Total Tayangan Halaman

Selasa, 17 Januari 2012

ILMU DAN TEKNOLOGI


Teknologi dan Pendidikan
Dalam abad informasi ini, berbicara apa saja, apalagi bidang pendidikan hampir tidak bermakna, tanpa dikaitkan dengan "perubahan" (change) dan "persaingan" (competition). Baik perubahan maupun persaingan, langsung atau tidak ditentukan oleh manusia. Sedangkan bobot sang manusia tadi "nilai tambahnya" ditentukan oleh proses pendidikan. Jadi ketiganya (perubahan, persaingan dan pendidikan) dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Dimana pendidikanpun, tidak saja mengalami perubahan tetapi sekaligus menjadi medium untuk memenangkan perlombaan alias persaingan serta menjadikan orang mampu untuk menghadapi perubahan.
Salah satu segi yang menonjol dari perubahan tadi adalah Perkembangan IPTEK termasuk Teknotogi Komunikasi serta kaitannya dengan Teknolo Informasi (Komputer) yang hyper peka terhadap Inovasi. Yang pada gilirannya turut melahirkan lagi perubahan demi perubahan berikutnya. Kesan dan pesan yang dibawa oleh informasi tadi bergerak serentak menjagad dan terus menerus, membuat bumi kita semakin mengecil dan menyatu, tak ubahnya seperti kapal angkasa yang bemama "BUMI", dengan beratus Kabin, baik diburitan maupun dihaluan. Satu diantaranya kabin bernama INDONESIA dengan 200 juta penumpang yang berjubel didalamnya. Pertanyaan yang relevan dengan hal ini adalah Bagaimana peran TEKNOLOGI dalam alam perubahan tersebut diatas ?
Industrialisasi yang demikian sarat dengan teknologi didalamnya akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan terhadap tatanan social kemasyarakatan yang ada. Industrialisasi juga banyak diharapkan akan menyerap tenaga kerja. Masalah pokok yang dihadapi disini justru kualitas sumber daya manusia yang ada dianggap terlalu rendah, yang ditunjukkan dengan rendahnya tingkat pendidikan angkatan kerja Indonesia.
Kurangnya tenaga kerja yang berkualitas dan berketrampilan tinggi akan bisa menghambat laju pertumbuhan industri yang terus meningkat pesat.
Proril tenaga kerja Indonesia kita pada saat ini (Pada awal Pembangunan Jangka Panjang Kedua) seharusnya:
5 %    Berpendidikan Tinggi
32 % Berpendidikan Menengah
52 % Berpendidikan Dasar
11% Tidak berpendidikan
Kenyataannya sampai saat ini, profil tenaga kerja Indonesia, masih
2 % Berpendidikan Tinggi
11 % Berpendidikan Menengah
34 % Berpendidikan Dasar
53 % Tidak Berpendidikan Artinya kita masih belum memenuhi syarat yang dibutuhkan untuk masuk era industrialisasi untuk lepas
Kemajuan Teknologi pada negara-negara industri 40 % sampai dengan 50 % disebabkan oleh penggunaan teknologi Jepang 65 % disebabkan oleh penggunaan teknologi.
Pandangan bahwa Teknologi yang lebih tinggi akan menyebabkan penurunan kesempatan kerja, adalah pandangan yang tidak tepat karena persepsinya adalah jangka pendek; malahan yang terjadi adalah sebaliknya kalau kita menurunkan tingkat teknologi berarti akan menurunkan pula daya saing, dan dengan turunnya daya saing berarti pangsa pasar akan mengecil, dan dengan demikian surutlah kesempatan kerja, dan jelas ini merupakan proses mundur.
Didalam mengantisipasi tantangan abad XXI yan diramalkan akan sangat sarat dengan IPTEK, maka strategi yang harus diambil adalah sejauh mana pendidikan mampu menjadi wadah untuk mempersiapan peserta didik memasuki abad teknologi tersebut. Kenyataan yang dihadapi pendidikan (kurikulum, laboratorium, kualitas pengajar, dan lain-lain) seringkali tampak sering tertinggal didalam menghadapi kemajuan IPTEK yang begitu cepatnya. Industri dan lapangan pekerjaan lainnya seringkali justru tampak jauh lebih cepat mengaplikasikan kemajuan teknologi yang ada, sedangkan pendidikan karena birokrasi kelembagaan yang di hadapi tampak tidak begitu saja bisa cepat menyesuaikan dirinya. Akibatnya, lembaga pendidikan yang seharusnya bias memasok kebutuhan tenaga kerja dalam jumlah, mutu dan kesesuaian dengan lapangan kerja yang ada seringkali tidaklah bisa memenuhinya. Kondisi inilah yang kemudian sering dikeluhkan oleh masyarakat industri dengan istilah "tidak siap pakai".
Haruslah disadari bahwa IPTEK adalah sesuatu yang akan terus berkembang. Teknologi sendiri yang sekarang diaplikasikan dalam berbagai macam sektor industri, mungkin dalam waktu 3 sampai 5 tahun lagi sudah akan dianggap usang dan tidak terpakai lagi. Kecenderungan yang ada sekarang adalah perkembangan teknologi tampak sedemikian pesat, tetapi disisi lain daur hidupnyapun jadi lebih pendek. Oleh karena sifat teknologi yang dernikian itu , maka sebaiknya dalam pendidikan kepada peserta didik diajarkan dan diupayakan untuk lebih menguasai ilmu-ilmu dasar (science) dan ilmu-ilmu terapan (engineering) yang melandasi perkembangan teknologi tersebut.
Didalam menghadapi perkembangan dan kemajuan teknologi maka ada beberapa hal yang perlu ditanamkan kepada para peserta didik, yaitu kesadaran, disiplin dan kepekaan mereka terhadap kualitas, waktu dan biava. Ketiga hal ini merupakan jiwa dan semangat (spirit) yang melandasi lndustri didalam melaksanakan kegiatan operasionalnya.
Bilamana pendidikan dianggap sebagai tempat untuk mempersiapkan pescrta didik didalam mengisi lapangan kerja di Industri maka tak pelak lagi penanaman nitai-nilai (kualitas, waktu dan biaya) yang pada saatnya nanti justru akan menentukan kelangsungan hidup industri haruslah bisa diberikan sedini mungkin. Industri juga menuntut satu etos kerja yang harus dipenuhi oleh setiap tenaga kerja yang ada dan kesadaran untuk bekerja sama dalam sebuah tim.

Proses industrialisasi keberhasilannya akan dilihat tidak saja dari pertumbuhan ekonomi, melainkan juga seberapa jauh industrialisasi tersebut akan mampu mengatasi problem ketenaga-kerjaan. Dengan industrialisasi, maka akan dipertanyakan seberapa efektif pembangunan di sektor indlistri ini mampu menyerap tenaga kerja dan seberapa efektif pula kesempatan kerja yang telah tercipta tersebut akan berhasil dipakai sebagai ukuran pemerataan pendapatan.


Penerapan Teknologi Maju di Indonesia
Teknologi Maju yang padat modal dicetuskan dalam Pembangunan Indonesia karena bcrbagat pertimbangan, yaitu :
·   Pembangunan Sektor Industrr yang menggunakan Teknologi Modern yang mutakhir merupakan pertanda bahwa suatu negara sanggup untuk secara ekonomi berkembang.
·   Perlu diadakan Investasi dengan Proyeksi yang jauh kemasa depan.
·   Penggunaan dari Teknologi Modern dan Maju memungkinkan manager dan pekerja untuk menguasai keterampilan-ketrampilan yang harus dipunyai untuk dapat menggerakkan ekonomi yang modern.
·   Industri-industri yang mempunyai laju pertumbuhan besar adalah Industri-industri yang menggunakan Teknologi Maju.
·   Derajat intensitas modal yang besar dari industri modem memungkinkan dikumpulkannya surplus yang besar yang kemudian dapat diinvestasikan untuk mendapatkan laju portumbuhan yang lebih besar lagi.
Penggunaan Teknologi Maju pada negara-negara berkembang pada umumnya gagal untuk menghasilkan laju pertumbuhan yang diperkirakan, dan malah dicap sebagai biang keladi dari
·   Ketidakmampuan dari ekonomi yang dihasilkan dari strategi tersebut untuk menciptakan lapangan kerja yang cukup bagi angkatan kerjanya.
·   Pendorong urbanisasi, yang menyebabkan masalah-masalah urban yang kompleks dan menakutkan di kota-kota atau didaerah urban.
Alternatif TEKNOLOGI apa yang tepat untuk diterapkan disuatu negara berkembang ?
Perlu diperhatikan pemasalahan-permasalahan sebagai berikut :
·      Sejauh mana Teknologi Alternatif tersebut dapat memadukan berbagai komposisi faktor ekonomi berupa modal, tanah, ketrampilan tenaga kerja untuk menghasilkan produk yang diinginkan ?.
·      Baikkah pengembangan finansial dari Teknologi Altematif tersebut ?
·      Apakah harga dari faktor-faktor produksi benar-benar sudah sesuai dalam mencerminkan secara relatif kelangkaannya didalam suatu ekonomi ?
Argumen-argumen yang mendukung digunakannya Teknologi Tepat (Appropriate Technology) di dalam pembangunan negara-negara berkembang :
Teknologi Modern yang mutakhir dikembangkan untuk memenuhi tuntutan dan negara-negara yang maju industrinya. Negara-negara tersebut mempunyai pasar yang besar akibat daya belinya kuat. Kondisi dinegara maju adalah berlimpah dalam modal, entrepreneur dan keterampilan managemen, sedangkan tenaga kerja sangat langka. Modal yang tersedia di dalam suatu negara yang berkembang tidak dapat membeli teknologi modern yang cukup untuk mempekerjakan semua tenaga kerjanya dalam sektor-sektor industri yang cukup luas.
·         Sebaliknya di negara berkembang, tenaga kerja yang tidak trampil merupakan hal yang melimpah. Sumber ini sewaktu-sewaktu dapat dikerahkan kedalam usaha produksi dan suatu teknologi yang tepat akan memanfaatkan sumber kekayaan SDM ini dcngan lebih banyak dalam setiap satuan INPUT produksinya.
·         Setiap tahapan pertumbuhan mempunyai alternatif teknologinya yang terbaik. Oleh karena itu negara-negara yang berkembang jangan secara drastis dan tiba-tiba melepaskan diri dari tradisinya, sebaliknya negara-negara ini, mengembangkan dan menciptakan hubungan-hubungan dengan teknik-teknik, ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan-pengetahuan tradisionalnya. sektor-sektor Tradisional yang telah dikembangkan ini erat hubungannya dengan pertanian dan industri-industri penunjang, lagi pula bersifat meningkatkan permintaan akan "consumer's good" yang tradisional.
·         Oleh karena pada dasarnya investasi dapat dipecah-pecah, maka teknik-teknik yang lebih tepat dapat dengan lebih mudah. diintrodusir keunit-unit yang aktifitas ekonorninya tradisional dan kecil. Penyebaran modal kecil-kecilan serupa ini serasi dengan ukuran-ukuran organisasi dan kemampuan manajemen dan entrepreneur yang sudah ada.
·         Penerapan dari Teknologi Modern sering tidak memperhitungkan sumber-sumber bahan baku yang tersedia dinegara berkembang, karena teknologi-teknologi tersebut dikembangkan untuk alam lingkungan negara maju yang berbeda. Proses-proses dan konstruksi-konstruksi dari teknologi modern dapat tidak tepat sama sekali bagi iklim dan geografi dari negara-negara berkembang.
·         Teknologi-teknologi yang memanfaatkan sumber-sumber kekayaan suatu negara berkembang dengan lebih baik, pada kenyataaannya menghasilkan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih besar disamping juga mengakibatkan terdapatnya suatu distribusi pendapatan yang lebih imbang.
Jadi suatu Strategi Pembangunan yang komprehensif haruslah memanfaatkan, baik teknologi yang padat modal (teknologi tinggi), maupun yang padat tenaga kerja.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam mengelola tenaga kerja agar mereka berusaha keras menyesuaikan diri dan meningkatkan semangat kerja sesuai dengan program organisasi adalah
·         Adanya rasa kepastian akan kelanjutan mereka bekerja tanpa adanya pemecatan atau pemindahan yang tidak dimengerti oleh yang bersangkutan.
·         Pimpinan yang bersedia membuka diri, mempertimbangkan saran-saran bawahan, sudi melihat masalah dari sudut bawahan sebagai bahan pertimbangan sebelum mengambil keputusan.
·         Fasilitas kerja yang layak yang memungkinkan terlaksannya pekerjaan dalam batas minimal bagi jabatan tertentu.
·         Kemungkinan untuk maju, kesempatan menambah pengetahuan-pengalaman, mengikuti program-program training, upgrading dan sebagainya.
·         Penempatan jenis pekerjaan yang cocok dengan minat, bakat, pengalaman, pendidikan, dan cita-cita masa depan.
·         Adanya teman sepekerjaan yang sefaham, bisa diajak bicara dan bekerjasama, hubungan baik, dan saling mengerti
·         Adanya peraturan-peraturan kepegawaian yang adil, dipatuhi semua pejabat secara konsekwen, tak selalu berubah dalam waktu yang singkat, jelas dan praktis.
·         Adanya kondisi kerja yang layak bagi kesehatan karyawan, penerangan lampu, ventilasi, suhu dan kebersihan.

ILMU DAN TEKNOLOGI
Menurut pengertian bahasa, ilmu dapat diterjemahkan sebagai. pengetahuan. Sehingga nama pengetahuan menceminkan adanya redudensi peristilahan (words redudancy), yang tujuannya untuk lebih menegaskan suatu makna, seperti jatuh ke bawah, naik ke atas dan lain sebagainya. Ada dua jems pengetahuan, yaitu "pengetahuan ilmiah" dan "Pengetahuan Biasa". Pengetahuan Biasa (knowledge) diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan, seperti perasaan pikiran, pengalaman, pancaindera dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek, cara dan kegunaannya. Sedangkan "Pengetahuan Ilmiah" (science) juga merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu, tetapi dengan memperhatikan obyek, cara yang digunakan dan kegunaan dari pengetahuan tersebut. Dengan kata lain, pengetahuan ilmiah memperhatikan obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologis dari pengetahuan itu sendiri. Baik Science atau knowledge pada dasamya keduanya merupakan hasil observasi pada fenomena alam atau fenomena sosial. Dengan demikian, ilmu pengetahuan memiliki cakupan yang amat luas, yaitu ilmu pengetahuan alam, sosial budaya dan seterusnya.
Penjelasan di atas, merupakan penjelasan umum ilmu dan keterkaitannya dengan istilah Seins (Science) dan Knowledge, namun apabila dilihat dari sisi bawah makna yang terkandung dalam kata ilmu perlu lebih ditegaskan. Untuk menghindari kesalahpahaman, perlu dilakukan pambahasan tentang peristilahan Sains dan ilmu. Seringkali istilah Sains (Science) dan Ilmu ('Ilm) disepadankan, sehingga memberikan pensifatan yang sepadan pula yaitu antara Scientific dengan ilmiah. Penyepadanan antara ilmu dengan Sains, dimana Sains hanya berkaitan dengan obyek-obyek inderawi adalah menyempitkan makna ilmu yang sebenamya. Konsekwensi dari penyepadanan tersebut adalah mengeluarkan obyek-obyek yang tidak bisa diketahui, namun bisa dikenali (Ma'rifah), seperti hal-hal yang terkait dengan "ke-Tuhanan" dikeluarkan dari wilayah ilmu. Implikasi lebih jauhnya, tersirat dalam penggunaan kata "Ilmiah" (Scientific).
Segala pernyataan yang tidak "ilmiah" (tidak Sceintific) dianggap lebih rendah nilainya. Yang pada gilirannya berarti segala ilmu yang bersumber dari agama yang tidak bisa "dibuktikan" secara inderawi (masalah moral sebagai misal) menjadi tidak bernilai. Penyempitan makna ini, baik secara sadar atau tidak, telah memberikan isyarat tentang terjadinya proses penghapusan makna-makna ruhaniah (sekuralisasi) yang sesungguhnya memang dimulai dari pemberian makna suatu bahasa.
Dalam pembahasan di sini, tidak.dilakukan perbedaan antara Sains dan Ilmu dan tidak pula dilakukan penyempitan makna atau lingkup otoritas dari Sains. Artinya Sains yang dimaksudkan di sini bisa memiliki otoritas cakupan sama dengan yang dimiliki oleh limu.
Sains merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu dengan memperhatikan objek (Otologi), cara (episteinologi) dan kegunaaninya (aksiologi). Berangkat dari tiga kerangka tersebut, dengan memanfaatkan kemampuan akal untuk memahami fenomena alam semesta (keseluruhan ciptaan atau mahluk Allah) sebagai objek pemahaman yang pada akhirnya hasil pemahaman tersebuti dipergunakan untuk memberikan nilai manfaat sebesar-besamya bagi kemanusiaan.
Dalam perkembaiigan diskursus ilmu, daerah perbedaan yang sering terjadi dalam Sains adalah pada Epistemologi dan Aksiologi. Perbedaan itu terjadi di sekitar persoalan apakah sains itu bebas nilai atau surat nilai. Bagi kita bangsa Indonesia, atau umumnya pada bangsa dari negara-negara yang sedang berkembang persoalan mendasarnya bukanlah berada diskursus (discourse) tentang apakah ilmu itu bebas atau sarat nilai. tetapi lebih mendasar yaitu bagaimana kita bisa menguasai dan memanfaatkan ilmu untuk kemaslahatan (kesejahteraan) masyarakat secara luas.
Para filosofi masih berbeda pendapat tenatng bagaimana memperoleh Sains itu. Sehingga muncullah beberapa aliran antara lain : Skeptisme, Academic Doubt, Rasionalisme, Empirisme dan Intuisi. Aliran-aliran tersebut pada umumnya berbeda di dalam melihat fungsi dari panca indera dan akal, seakan terjadi pertentangan antara citra inderawi (mahshushat) dengan citra akliah (mu'qulat). Dalam dimensi keimanan, dari aspek aksiologinya, penguasaan Sains semuanya harus bermuara pada Peningkatan Kualitas Keimanan yang disimbolkan dengan. pengakuan kekuasaan Tuhan yang dalam konteks penciptaan, bahwa segala ciptaan Tuhan tidak ada yang sia-sia. jadi ada keterpaduan (koherenitas) antara penguasaan Sains dengan peningkatan 'kualitas Keimanan. Di samping pengakuan akan kekuasaan Tuhan, munculnya rasa takut dan permohonan -perlindungan dari kegagalan yang hakiki yaitu heraka.

Beberapa pengertian teknologi telah diberikan atara lain oleh David L. GOETCH : people tools, resources ,to solve problems or to extend their capabilities. Sehinga teknologi dapat dipahami sebagai "upaya" untuk mendapatkan suatu "produk" yang dilakukan oleh manusta dengan memanfaatkart peralatan (tools), proses dan sumberdaya (resources).
Pengertian yang lain, telah diberikan oleh Arnold Pacey "The application os scientific and other knowledge to practical task by ordered systems. that involve people and organizations, living things and machines". Dari definisi ini nampak, bahwa teknologi tetap terkait pada pihak-pihak yang terlibat dalain perencanaannya, karena itulah teknologi tidak bebas organisasi, tidak bebas budaya dan sosial, ekonomi dan politik.
Definisi teknologi yang lain diberikan oleh Rias Van Wyk "Technology is a "set of means" created by people to facilitate human endeavor". Dari definisi tersebut, ada bebempa esiensi yang terkandung yaitu :
1.        Teknologi terkait dengan ide atau pikiran yang tidak akan pernah berakhir, keberadaan teknotogi bersama dengan keberadaan budaya umat manusia.
2.        Teknologi merupakan kreasi dari manusia, sehingga tidak alami dan bersifat artificial
3.        Teknologi merupakan himpunan dari pikiran (set of means), sehingga teknologi dapat dibatasi atau bersifat universal, tergantung dari sudtit pandang analisis
4.        Teknologi bertujuan untuk memfasilitasi human endeavor (ikhtiar manusia). Sehingga tekno logi harus mampu merungkatkan performansi (kinreja) kemampuan manusia.
Dari definisi di atas, ada 3 (tiga) entitas Yang terkandung dalam teknologi yaitu, Skill (Keterampilan), Algorithnia (Logika berfikir) dan hardware (Perangkat Keras).Dalam pandangan Management of Technology, Teknologi dapat digambarkan dalam beragam cara
1.        Teknologi sebagai makna uiituk memenuhi suatu maksud di dalamnya terkandung apa saja yang dibutuhkan untuk merubah (mengkonversikan) sumberdaya (resources) ke suatu produk atau jasa.
2.        Teknologi tidak ubahriya sebagai pengetahuan, sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan (objective).
3.        Technologi adalah suatu tubuh dari ilmu pengetahuan dan rekayasa (Engineering) yang dapat diaplikasikan pada perancangan produk dan atau proses atau pada penelitian untuk mendapatkan pengetahuan baru.

Proses Alir Teknologi (Technology Flow Process)
Suatu teknologi biasanya dimulai dari imajinasi baik secara individual atau kelompok dengan memanfaatkan sentuhan fenomena almn dan kebutuhan-kebutuhan praktis. Dari imajinasi tersebut seorang individu atau kelompok mengembangkan menjadi suatu temuan (Invention).
Daya invensi tersebut sangat dipengaruhhi oleh kreatifitas, kemampuan menangkap fenomena alam dan kebutuhan praktis dalam memenuhi kebutuhan hidup. Ujung dari semua itu terletak pada kualitas Sumber Daya Manusia, yang didalamnya pendidikan sebagai salah satu faktor yang sangat dominan. Hasil dari invensi tersebut memiliki dua kemungkinan yang pertama dapat "dikemas" untuk memenuhi kebutuhan pasar (marketed) dan yang kedua hasil invensi tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan atau tidak dapat dikomersialkan. Produk teknologi yang berada di pasar akan mengikuti "Siklus Teknologi" (Technology Cycle) yang diakhiri dengan masa kadaluwarsa (Obsolete) suatu produk teknologi.
Sedangkan Siklus Teknologi (Technology Cyclc,) terdiri dari 5 (lima) Fase yaitu : Fase Kesadaran (Awareness Phase), Fase Akuisisi (Acqtiuisition Phase), Fase Adaptasi (Adaptatio" Phase), Fase pengembangan (Advancement Phase) dan diakhiri dengan Fase Kedaluwarsa.(Abandonment Phase).

Terdapat koreksi yang kuat antara kemajuan suatu bangsa dan penguasaan IPTEK. Beberapa indikator dapat dijadikan sebagai tingkat penguasaan IPTEK antara lain ; Tingkat Literacy (melek huruf), Rasio jumlah tenaga ahli atau pakar terhadap jumlah populasi, jumiah anggaran (%) yang dialokasikan untuk kegiatan keilmuan (Riset dan Pengembangan). Jumiah karya ilmiah (karya tulis, patent dan lain sebagainya). Data berikut ini (tabel 7. 1) memberikan gambaran bagaiinana bangsa Indonesia masih harus beduang lebih serius dalam pe guasaan IPTEK.
Meskipun data tersebut relatif lama yaitu 12 (dua belas) tahun yang lalu, namun secara relatif data tersebut masih dapat dipergunakan untuk menggambarkan keadaan sekarang ini. Menurut Prof De Solla Proce, terdapat hubungan kesebandingan antara jumlah pakar (saintis dan insinyur) yang melakukan tiset dan pengembangan di suatu negara dengan GNP (Gross National Product atau Produk -National Bruto) per kapital.
Perbandingan Jumiah Pakar dan GNP di Beberapa Negara
Negara
US$ GNP/CAP
Pakar / juta penduduk
Pakar / juta per $ 1000 GNP / CAP
Amerika Serikat
16.690
6.500
390
Perancis
9.540
4.500
472
Jerman Barat
10.925
3.000
275
Jepang
11.300
6.500
575
Belanda
9.290
4.500
484
Inggris
8.460
3.200
361
Pakistan
380
99
281
Indonesia
530
64
121
Nigeria
760
52
68
Turki
1.130
353
312
Iran
1.778
203
114
Israel

16.000

Penguasaan IPTEK memiliki beragam makna stratcgis yaitu untuk meningkatkan Kepercayaan Diri (Self Cotifidetice atau Self Reliatice), Kemandirian (Indepeiidence), Kesejahteraan ekonomi (Economical Welfare), dan Kewibawaan (Prestige). Keempat makna strategis tersebut dan pentingnya penguasaan IPTEK secara umum dapat disepakati oleh para ahli. Kontraversi yang seringkali muncul justru pada penentuan prioritas di dalam memilih jenis teknologi. Mana yang harus didahulukan, apakah teknologi rendah (Low Tech; biasanya dikaitkan dengan istilah kerakyatan) atau teknologi tinggi (High Tech). Dalam penerapannya, keempat makro tersebut memiliki tekanan yang berbeda tergantung dari tujuan asal penguasaan IPTEK tersebut. Jadi untuk mengevaluasi keberhasilan dari suatu penguasaan IPTEK harus ditinjau dengan menggunakan empat aspek tersebut, walaupun dengan pembobotan masing-masing aspek tersebut berbeda.
Pertanyaan / Diskusi :
1.  Jelaskan keterkaitan antara Ilmu dan Teknologi.
2.  Berikan beberapa contoh kasus suatu ilmu dengan menguraikan landasan Epistemologi, Ontologi dan Aksiologi.
3.  Jelaskan, inengapa dalam siklus suatu produk, pendifinisian produk (product definition) merupakan masalah yang paling krusial.
4.  Bagaimanakah pendapat Saudara tentang produk IPTN, yang jumlah terjualnya relatif rendah dan produk IPTN yang dibarter dengan Beras Ketan oleh Thailand dan Mobil Sedan Proton oleh Malaysia. Kalau dilihat dari.penguasaan Teknologi, apakah IPTN dikatagorikan memberikan makna pengembangan dan penguasaan Teknologi.
Referensi :
1. Gerard H. Gaynoi-, I-landbook of Technology Management, Mc Graw IEII, 1996.
2. Prof. A. Baiqui, Al Qur'an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Dana Bhakti Wakaf, 1995.
3. Muhammad Null, 'I'eknologi Tepat Guna Sebagai Penunjang Ekonomi Kerakyatan, Dies Natalis XXXIV IKIP Surabaya, 17 Desember 1998.

Olch Ir. Endrotonio
I. Pengertian Ilmu.
a.  lstilah ilmu dan pengetahuan dalam penggunaan sehari-hari (arti tersurat) mempunyai banyak arti
1. sebagai pengetahuan pada umui-nnya (misal, ilmunya tinggi
2. sebagai cabang ilmu tertentu (misal, Antropologi, Geologi, Psikologi)
3. sebagai pengetahuan yang memberikan gagasan ilmu-ilmu kealaman (Natural Sciences) atau scring disebut Saixs dan Teknologi
Secara tersirat ilmu (science) mempunyai tiga makna yakni :Sebagai pengetahuan, sebagai aktivitas, dan sebagai metode.
Jadi ilmu merupakan suatu aktivitas tertentu yang menggunakan metode tertentu dan menghasilkan pengetahuaan tertentu
b.  Suatu ilmu senantiasa membahas suatu pokok soal (subject matter) tertentu yang disebut obyek matereial yang bisa berupa ide abstrak (sifat bilangan) atau benda fisis (misalnya geologi - obyek materialnya tanah, ilmu sosial - obyek materiainya manusia, psikologi obyek materialnya juga manusia).
Tetapi obyek material saja tidak cukup untuk membedakan ilmu satu dengan yang lain, perlu titik usat minat / obyek formal (fociis of interest). Obyek material (manusia) bisa dibahas oleh Antropologi, biologic psikologi dan lain-lain. Obyek material (kekuasaan) bisa dibahas oleh ilmu politik, hukum, sosiologi Jadi misalnya psikologi - obyek materiainya manusia, obyek foi-malnya adalah kejiwaan.
Jadi Pengertian ilmu secara yang sesungguhnya (tersirat/konotatif) bisa dipahami dari ciri aktivitasnya, ciri metodenya dan ciri pengetahuannya.
c.  Dengan memiliki ilmu manusia dapat mencapai nilai kebenaran (ilmiah),
memahami aneka kejadian, meramalkan peristiwa yang akan terjadi bahkan menguasai alam untuk pemanfaatannya.
Untuk mendapatkan ilmu manusia menggunakan akalnya sebagai mahluk rasional yang memiliki do'rongan yang terus menerus dan mendalam guna memenuhi hasrat intelektual tersebut, dan ini tidak hanya menyangkut alam semesta dan diri sendiri, juga munculnya kebudayaan, masyarakat, melainkan perilaku, bahasa, dan berbagai segi kehidupan lainnya
Mengenai pemikiran rasional melainkan yang diartikan sebagai pernikiran yang mematuhi kaidah logika, bisa dibahas dalam bab Logika.
d.  Sikap ilmiah
Tujuan,pokok suatu ilmu adalah menemukan kebenaran, yaitu kebenaran ilmiah yang dapat ditemukan secara ilmiah atau dengan menggunakan Metode Ilmiah. Dalam proses menemukan kebenaran ilmiah ini dapat berkembang nilai-nilai lain yang sering dinamakan pola umum..Pemikiran Ilmiah yaitu kebenaran berfikir, kejujuran intelektual sikap obyektif, berpandangan terbuka dan sebagainya.
Mempunyai pemikiran ilmiah belum menjamin seseorang berkembang dalam menemukan kebenaran ilmiah tadi bila tidak didukung dengan sikap ilmiah. Sikap ilmiah bisa diartikan sebagai suatu kecenderungan pribadi seorang (ilmuwan) untuk berprilaku atau mcmberi tanggapan dalam hal-hal tertentu yang sesuai dengan pemikiran ilmiahnya atau tidak bertentangan dengan cita keilmuan pada umumnya.
Sikap ilmiah ini mempunyai ciri-ciri pokok yaitu :
· Keinginan mengetahui dan memahami.
· Kecondongan bertanya mengenai semua hal
· Kecondongan mencari data dan makna
· Kecondongan menuntut suatu pengujian
· Kecondongan memeriksa pangkal pikir,
· menyelidiki kesalahan atau kebenaran, dan kesimpulan logis.
· Penghargaan terliadap logika
Pertanyaan / diskusi :
1. bagaimana Ilmu itu dipahami secara baik dan benar ?
2. apa yang dibutuhkan untuk pemahaman "kebenaran ilmiah"
3. adakah kebenaran lainnya selain kebenaran ilmiah dan bagaimana penjelasannya
Referensi :
1. Susunan Ilmu Pengetahuan , CA Van Peursen (terjemahan), Gramedia, Jakarta
2. Kemmapuan Studi, No 21-26, tahun 1986 The Liang Gie 9id), Pusat Kemajuan Studi, Ygyakarta
3. Pengantar Filsafat Teknologi, The Liang Gie, 997, Penerbit andi, Jakarta

TEKNOLOGI DAN KEBUDAYAAN
Negara Indonesia melaksanakan pembangunan untuk menjadikan negeri ini menuju suatu negara yang makmur. Dalam pembangunan tersebut akan diperiukan SDM (sumber daya manusia) , Teknologi dan Kapital (Resources).
SDM diperlukan, karena dalam pembangunan diperlukan : Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian / Evaluasi. Kualitas SDM akan sangat mempengaruhi hasil pembangunan. Kualitas SDM tersebut meliputi: Pendidikan / Pelatihan (Kemampuan), Kejujuran, Kedisiplinan, Etos Kerja, dll. Kita bisa melihat berbagai fakta bahwa kualitas SDM adalah modal yang paling pokok dalam pembangunan, karena karena berapapun besarnya Kapital (resources) yang dipergunakan, apapun teknologi yang dipergunakan (dibeli) namun bila kwalitas SDM nya rendah maka kegagalan pembangunan akan menghadang kita semua.
Teknologi adalah suatu perangkat atau sarana yang diperlukan dalam suatu proses pembangunan. Kita membangun gedung bertingkat, maka diperlukan teknologi. Demikian pula dalam membangun saran transportasi (Kapat, Pesawat Terbang, Kereta Api, dll.) maka diperlukan teknologi. Teknologi diperlukan dalam proses pembangunan, schingga dalam proses pembangunan tersebut hasilnya (produknya) baik, tepat waktu, efesien, kompetitif (kualitas dan harga), dan lain sebagainya. Teknologi yang diperlukan dalam pembangunan bias tersedia, namun dalam dunia ketiga lazimnya harus diperoleh dari negara maju. Cara memperoleh teknologi (trasfer teknologi) dari negara maju dapat dilakukan dengan beberapa hal, misalnya lisensi, pembelian patent dan lain-lainnya. Untuk melakukan suatu proses transfer teknologipun diperlukan suatu kondisi, misalnya adanya suatu pemerintahan yang stabil.

Proses dan Kondisi untuk Transfer Teknologi
Tujuan pembangunan tentunya kita semuanya sudah tahu untuk mencapai masyarakat yang sejahtera, Untuk melakukan pembangunan perlu modal, teknologi dan tenaga kerja. Teknologi yang diperlukan untuk pembangunan bisa dari yang sudah ada di tanah air dan teknologi luar.
Kondisi atau syarat agar transfer teknologi dapt berlangsung :
1.  Willingness, yaitu kedua belah pihak pada dasanya harus mempunyai kemauan yang sama. Pihak penerima harus mempunyai persiapan yang baik dalam proses ini
2.  Pemeintahan yang Stabil, suatu proses yang dikehendaki tidak aakn tercapai kalau kondisi yang stabil dapat terwujud. Demikian pula dalam proses transfer teknologi. Kepercayaan akan adanya pemerintahan yang stabil harus ada, untuk adanya arus teknologi, penanaman modal dan sebagainya
3.  Perlunya Back Up dari R &D. kesiapan R & D dalam negeri adalah sangat vital dalam proses alih teknologi. R & D dalam negeri meberikan sarana untuk penemuan lebih lanjut, adptasi, dan penggunaan teknologi yang telah diimport.
4.  Kesiapan sistem pendidikan. Kesiapan perguruan teknik merupakan faktor terpenting, karena lembaga ini yang akan menghasilkan insinyur, teknisi selain jumlah juga kualitas yang memadai. Juga ditempat ini pula diharapkan adanya pengembangan ilmu dan penelitian.
5.  Proses alih teknnologi memeriukan perencanaan dan beaya yang besar. Kecepatan arus perpindahan diantaranya dipengaruhi oleh perencanaan yang baik.

Adapun sarana untuk alih teknologi adalah :
1. Kerjasama teknik luar negeri, misalnya kerja sama RI dengan pemerintah Republik Federasi Jerman, dani lain lainnya.
2. Pembeliaii patent/lisensi misalnya untuk pembuatan Helicopter B.O. 105, CASSA 212.
3. Training dan sekolah di negara maju. Pengiriman karyawan ataupun karyasiswa untuk mengikuti training atau sekolah dinegara maju.
4. Penanaman modal asing
5. Penempatan staf ahli asing di Indonesia, misalkan di perguruan tinggi, di angkatan laut, dan lain-lainnya.

Pemilihan Teknologi yang Diperlukan
Kenapa kita perlu mengimpor teknologi? Kita perlu mengimpor teknologi karena beberapa alasan, diantaranya :
1. Bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pokok.
2. Untuk ekstrasi kekayaan alam.
3. Kebutuhan akan ilmu dan toknologi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
4. Untuk dapat dipergunakan dalam proses added value dari hasil alam yang ada.
5. Strategis.
Dari uraian diatas, dapat disusun daftar teknologi yang kita perlukan:
1. Teknologi Pertanian dan Perikanan.
2. Food Teknologi.
3. Metallurgy and Material Engineering.
4. Chemistry dan Chemical engineering.
5. Mechanical and Construction Engineering.
6. Electrical dan Electronic Engineering.
7. Ocean dan Offshore Technology
8. Operation research, Informatika, Industrial Engineering
9. Information Technology (IT) and Information System (IS)
Teknologi pertanian dan perikanan diperlukan karena banyak kekayaan alam kita belum di manfaatkan secara optimal. Sebagai contoh sumber daya ikan kita sekitar 5.5 juta ton setahun, yang dapat kita ambil sekitar separohnya. Problem utama diantaranya adalah pengambilan dan pengawetan hasil tangkapan. Dengan kemajuan food teknologi tentunya banyak hasil alam yang dapat dimanfaatkan lebih baik, dan tentunya dapat diekspor. Penguasaan ilmu dan teknologi bahan . kiniia, elektro dan elektronics, mesin, merupakan landasan pokok dari industri. Industri kimia, refinery oil, pabrik kapal, pesawat terbang dan lain-lainnya memerlukan teknologi tersebut diatas. Selain itu kita perlu infra struktur transportasi yang baik untuk menunjang tumbuhnya industri, disini diperlukan teknologi sipil construction engineering.
Industri minyak kita sekarang ini sekitar sepertiga dari perairan laut Jawa, sekitar Balikpapan, sekitar Natuna, selat Malaka, namun ditahun 2025 industri pengambilan minyak akan bergeser ke laut yang lebih dalam, disekitar selat Bali, sekitar Timor, daerah laut Arafuru. Penguasaan ilmu dan teknologi di bidang ofsshore/ocean, selain memberikan lapangan kerja, juga dapat menekan beaya produksi. Makin maju dan besar jaringan industri dan kegiatan produksi lainnya, perlu perencanaan dan manajemen industri yang baik, untuk itu perlu penguasaan operation research, industrial engineering.

Peran Perguruan Tinggi dalam proses alih Teknologi
Proses alih teknologi adalah suatu proses yang mahal, sehingga memerlukan persiapan dan perencanaan yang baik. Perguruan tinggi adalah wadah untuk menghasilkan insinyur, teknisi, profesional, peneliti. Kesiapan perguruan tinggi untuk menghasilkan insinyur dengan kwalitas yang baik adalah sangat penting. Keterkaitan perguruan tinggi dengan industri adalah sangat membantu perkembangan kedua belah pihak. Dinamika kurikulum, dan aktivitas penelitian sangat bergantung kepada hubungan tersebut. Model kerjasama semacam ini dapat diharapkan dari hubungan Nurtanio - ITB, dan PAL - ITS. Selain itu diperguruan tinggi, pengembangan ilmu teknik dasar harus mendapatkan perhatian yang besar pula. Pengembangan teknologi maju lebih mudah diadaptasi kalau penguasaan ilmu dasarnya kuat. Bagaimanakah hubungan perguruan tinggi dan industri bisa rapat? Kita bisa melihat model hubungam SINTEF ( the Foundation of Scientific and Industrial Research at the Norwegian Institute of Technology ) dengan NTH the Norwegian Institut of Technology ).
SINTEF melakukan kegiatan riset untuk
· Bidang Industri swasta dan pemerintah.
· Lembaga
· Lain-lain
NTH, kemudian memasarkannya, untuk memperoleh kontrak kerja. Lembaga, semacam ini di Indonesia sebenarnya sudah ada, tetapi pendayagunaannya perlu lebih dihidupkan.
Kapital (Resources) di Indonesia begitu melimpah meskipun dalam bentuk kekayaan alam. Dalam pembangunan tentunya selain diperlukan modal dalam bentuk finansial (cash), bentuk kekayaan alam juga sangat diperiukan. Meskipun Indonesia memiliki keterbatasan dalam kekayaan finansial (cash), namun dengan keadaan alam yang melimpah dan menjajikan dapat menarik investor asing untuk menanamkan modalnya. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana mengatur sedemikain rupa sehingga kekayaan alam tidak punah dan hasil dari pada proses ekstraksi / penggunaan kekayaan alam, dapat memberikan kesejahteraan rakyat di Indonesia. Untuk itu, tentunya sangat diperlukan manajemen sumber daya alam untuk pengelolaan tersebut. Didepan dinyatakan Perguruan Tinggi (PT) adalah wadah untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional. Menghadapi melinium ketiga yang akan datang, akan tedadi globalisasi. kerjasama teknik sebagai akibat integrasi ekonomi berbagai bangsa/negara, ini membawa konsekuensi peningkatan kebutuhan supplay dan deman jasa-jasa teknik secara intemasional, termasuk Indonesia.
Dengan berlakunya AFTA mulai tahun 2003 (disusul APEC dan WTO/GATT tahun tahun berikutnya), maka lulusan Perguruan Tinggi dalam negeri harus mampu bersaing dengan lulusan luar negeri untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dalam negeri atau lebih-lebih di luar negeri, karena kesepakatan-kesepakatan bersama tersebut diatas akan memberikan kebebasan lulusan luar negeri masuk ke Indonesia dan sebaliknya. Bila kemampan profesional lulusan perguruan tinggi Indonesia ingin setara dengan lulusan perguran tinggi luar negeri, sangat urgent semua pengelola perguruan tinggi maupun sivitas akademiknya memperhatikan kriteria lulusan sarjana (S1) bidang teknik dan teknologi yang diterbitkan oleh Badan Akreditasi independen di Amerika bernama ABET 2000. Program Studi Teknik Teknologi harus dapat mendemonstrasikan bahwa lulusan SI memiliki
1. Kemampuan memahami pengetahuan matematika, science dan teknik.
2. Kemampuan dasar dan melakukan eksperimen, juga menganalisa dan menginterpret data.
3. Kemampuan design suatu sistem, komponen atau proses memenuhi suatu kebutuhan.
4. Kemampuan bekerja dalam tim multidisiplin.
5. Kemampuan mengidentifisir, memformulasi, dan memecahkan masalah-masalah teknik.
6. Pengertian kewajiban profesional dan etika.
7. Kemampuan berkomunikasi secara efektif (terutama dalam bahasa Inggris).
8. Pendidikan yang luas sehingga memahami impect pemakaian teknik.
9. Mengakui pentingnya dan mampu mengikuti "long life learning" pengetahuan mengenai tempovery issues.
10. Kemampuan memakai teknik, ketrampilan, dan peralatan teknik modern yang diperiukan untuk melakukan praktek-praktek keteknikan.
Nampaknya kurikulum Perguruan Tinggi di Indnesia masih terlalu memperhatikan proses untuk memperoleh kemampuan 1, 2 dan 3. Karena itu untuk waktu-waktu yang akan datang kriteria untuk mewujudkan kemampuan 4 sampai dengan 10 harus secepatnya dimasukkan dalam kurikulum yang baru.
Satu catatan yang perlu dipahami oleh semua yang terlibat dalam proses pendidikan tinggi ini adalah keberhasilan mencapai lulusan seperti yang diidentifisir oleh ABET 2000 tidak saja membutuhkan commitment pengelola perguruan tinggi tapi juga commitment mahasiswa dan orang tuanya. Mahasiswa dituntut bersedia bekerja lebih keras dan orang tua bersedia menyediakan dana lebih besar lagi.
DiskusilPertanyaan :
1. Jelaskan peran teknologi dalam membawa kemakmuran masyarakat
2. Peran Perguruan Tinggi dalam pengembangan teknologi
3. Dalam transfer teknologi uraikan hal yang berkaitan dengan syarat-syarat dan sarana
Referensi :
1. "Teknologi dan Dampak Kebudayaan" Vol. I dan 11, YB. Mangun Wijaya,Yayasan Obor, Jakarta, 1983.
2. "Konsep Transfer Teknologi", WA. Pratikto, Seminar Persentasi Mahasiswa Se Amerika Serikat, Ames - Iowa, 1990.
3. Gelombang ketiga, Alvin Toffler, Pantja Simpati,Jakarta, 1992.

Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi telah banyak membawa berkah bagi umat manusia baik teknologi yang lahir dari rahim ilmu, maupun yang telah ada mendahului eksistensi ilmu. Berkat kemajuan di bidang teknologi maka pemenuhan kebutuhan manusia bisa diwujudkan lebih cepat dan lebih mudah, lagi pula telah menciptakan berbagai kemudahan di berbagai bidang, misalnya kesehatan, transportasi, komunikasi, pendidikan, pemukiman dan sebagainya. Namun secara keseluruhan benarkah teknologi selalu membawa dampak positif bagi manusia dan kemanusiaan.
Sejak awal perkembangan, peradaban manusia sudah terlihat adanya benang merah antara teknologi dan perang, dengan teknologi sebagai salah satu sarana dalam mencapai tujuan perang. Manusia tidak hanya menciptakan senjata pembunuh maupun pemusnah massal, namun juga berhasil mengembangkan berbagai teknik penyiksaan dan cara memperbudak massa. Di sisi lain perkembangan teknologi sering mengabaikan faktor manusia. Sering pula terjadi, teknologi tidak berkembang seirama dengan perkembangan dan kebutuhan manusia, tetapi yang terjadi justru sebaliknya, manusialah yang terpaksa harus menyesuaikan diri dengan teknologi dengan berbagai macam produknya.
Dewasa ini semakin nampak berkembangnya gejala-gejaia dehumanisasi. Perkembangan teknologi kadang-kadang harus dibayar mahal oleh manusia karena kehilangan sebagian arti kemanusiannya. Manusia sering dihadapkan dengan situasi yang tidak bersifat manusiawi, terpenjara dalam kisi-kisi teknologi, yang merampas kemanusiaan, serta harkat dan martabaatnya
Kecenderungan di atas, memaksa manusia khususnya para ilmuwan / teknolog untuk menjawab ulang pertanyaan-pertanyaan, antara lain Untuk apa sebenarnya Iptek itu harus dipergunakan ?. Ke arah mana perkembangan Iptek harus diarahkan ?. Sampai di mana batas-batas pengembangan lptek ?. Bagi ilmuwan seperti Copernicus, Galileo dan ilmuwan se zamannya, pertanyaan di atas dirasa belum penting. Tetapi bagi ilmuwan/teknolog yang hidup di abad kedua puluh dan kedua puluh satu yang mengalami dua kali perang dunia, eksploitasi sumber-sumber kekayaan alam secara semena-mena tanpa memikirkan kelestariannya, dan menyaksikan kerusakan-kerusakan di darat, di laut, dan di udara, pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat merisaukan hatinya. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, mereka harus berpaling kepada hakekat "moral". Dengan demikian iptek secara moral harus ditujukan untuk kebaikan/kebahagiaan manusia tanpa harus merendahkan martabat atau mengubah hakekat kemanusiaan. Dengan demikian ilmu, khususnya teknologi harus senantiasa berjalan dalam koridor moral yang dilandasi ajaran agama.
Salah satu bentuk teknologi yang memberikan harapan masa depan cerah bagi umat manusia di samping sekaligus melahirkan kekhawatiran-kekhawatiran adalah apa yang dinamakan bioteknologi. Bioteknologi adalah ilmu yang bersifat multidisiplin, yaitu gabungan dari berbagai ilmu, seperti genetika, biologi molekuler, bio-kirnia, mikrobiologi, immunologi, dan embriologi, yang ditujukan untuk proses-proses produktif. Proses-proses tersebut juga didukung oleh ilmu-ilmu keteknikan seperti rekayasa kimia, teknologi informasi dan robotik.
Teknik-teknik modern bioteknologi, seperti rekayasa genetik (teknologi DNA rekombinan), anti bodi monoklonal dan metode kultur jaringan yang baru, telah memungkinkan ilmuwan untuk mengubah "jasad hidup menja&jasad hidup baru " contoh sederhana adalah pemanfaatkan rekayasa genetik untuk mendobrak hambatan genetik antar spesies yang tadinya tidak mungkin disilangkan, dewasa ini menjadi mungkin. Baahkan akhir-akhir ini pengembangan reproduksi oleh ilmuwan di Skotlandia (oleh lan Wilmut) dan di China (oleh Zhu Yuding) dengan teknik yang berbeda, masing-masing telah berhasil menciptakan "klon domba Dolly". Hasil penelitian tersebut ternyata telah merangsang untuk membuat kion manusia seperti yang dilakukaii di Belgia (oleh Martine Nys).
Diakut bahwa Bioteknologi berkembang dengan pesat. Para pakar bioteknologi; telah mampu mengubah kodrat alami suatu jasad. Hal ini tidak hanya memberikan janji dan harapan dalam meningkatkan produksi pangan dan memperbaiki kesehatan hewan dan manusia, mencegah pencemaran terhadap lingkungan yang disebablcan penanganan lingkungan yang tidak cermat, tetapi dimungkinkan mengubah kodrat alami manusia, serta kemungkinan digunakannya untuk senjata biologis, Maka masalah keselamatan hayati (biosafety) dan bioetika perlu mendapatkan perhatian utama agar resiko yang terkait dengan produk bioteknologi tidak merupakan bencana bagi umat manusia. Ada faktor-faktor lain yang perlu dicermati dalam mengembangkan terdesaknya produk-produk tradisional, serta dampak negatif terhadap kondisi sosial dan ketenagakerjaan yang dapat mengarah kepada timbulnya konflik sosial. Di samping itu karahasiaan pengetahuan karena dipatenkan menyebabkan perkembangan iptek agak terhambat, juga dapat menimbulkan kemampuan pemasok untuk melakukan monopoli serta kemungkinan terjadinya erosi sumber daya genetik.
Untuk itu perlu dicatat bahwa dalam mencermati perkembangan teknologi yang sangat cepat, dalam mengharapkan keuntungan yang akan diperoleh serta menghadapi resiko besar yang mungkin terjadi, seyogyanya kita jangan menggunakan tolak ukur budaya negara-negara maju, tetapi mungkin akan lebih aman apabila kita menggunakan tolak ukur budaya (filsafat dan agama), kebutuhan masyarakat yang mendesak dalam upaya memecahkan permasalahan pangan, kesehatan industri dan lingkungan. (Soedarsono, Yoedoro, 1997).
Dalam menyingkapi perkembangan teknologi khususnya teknologi nuklir, orientasi pikir manusia harus selalu mengedepankan pertanyaan; Bagaimana sebaiknya kita menggunakan tenaga nuklir untuk keluhuran martabat manusia, sedangkan dalam menyingkapi perkembangan bioteknologi bidang reproduksi manusia, sebaiknya kita berpegang pada pesan filisofis "Jangan petik buah terlarang itu". Manusia berharap dapat menciptakan Superman namun yang muncul adalah Frankenstein. Sungguh mengerikan ! Apakah ilmu dan teknologi mampu memberi jaminan ?. Sekali lagi, lebih baik mencegah daripada mengobati. Pertimbangkan balk-baik, manfaat dan kerugiannya. Begitulah pesan moral agama.
Diskusi / Pertanyaan:
1.  Berikan komentar Anda tentang rencana pemerintah membangun pembangkit listrik tenaga nuklir yang mendapat protes keras anggota DPR RI
2.  Bagaimana pendapat anda mengenai pemasangan jaringan listrik tegangan tinggi yang melintasi perumahan penduduk di desa Manyaran Tuban, sehingga meresahkan penduduk setempat yang dimanifestasikan dalam bentuk unjuk rasa ?. Berikan tinjauan dari berbagai segi dan berikan pula solusi anda
3.  Jelaskan sikap anda mengenai upaya pengkloningan manusia dari berbagai sudut pandang (aspek)
4.  Bagaimana pendapat anda mengenai upaya pasangan suami-istri yang menginginkan keturunan melalui bank sperma. Berikan tinjauan dari berbagai segi
Referensi :
1.  Ulrich Beck, Anthony Giddens and Scott Lash, "Reflexive Modernization Politics" Tradition and Aesthetic in the Modem Social Order", Standford University Press, Stanford, 1994
2.  Lorenzo C. Simson, "Technology, Time and the Conversations ofmodernity",Routledge, New York, London, 1995.
3.  Soedarsono, Joedono, "Biotelatologi data Perkembangannya", Makalah pada Internship Filsafat Ilmu, Universitas Gajah Mada, 1997.
4.  Miller, D.D., and A.R. Nayak Nature Biotech, India, 1997.

Peran teknologi dalam Masyarakat
Kita memahami teknologi telah menjadi motor dan penggerak perubahan. Banyak hal yang tidak dapat dapat diselesaikan dan terungkap dimasa lalu sekarang dapat dipecahkan. Perhitungan perhitungan non linear yang sangat kompleks sekarang telah dapat diselesaikan dengan super computer atau bahkan dengan mempergunakan Personal Computer versi mutkhir yang terbaru. Dari satu aspek, maka dapat dikatakan bahwa teknologi dapat dikatakan sebagai motor perubahan dan perbaikan kualitas hidup manusia. Dalam hal produktivitas Robot Cerdas telah dapat menggantikan pekerjaan manusia dengan ketelitian yang sangat tinggi dan tanpa niempunyai perasaan lelah. Namun, untuk kasus Indonesia dampak lain seyogyanya memperoleh perhatian yang seksama. Dampak tersebut antara lain penyerapan angkatan kerja yang selalu menumpuk.
Sisi lain dari kemajuan teknologi dalam bidang elektronik, komputer dan software adalah dikembangkannya Sistem Pakar, sehingga dampaknya adalah banyak aktivitas yang personilnya dapat dikurangi. Sebagai contoh masalah ini adalah Sistim Pakar untuk Kegiatan Medis dan Sistim Permesinan Kapal telah dapat menguarangi banyak staf yang lazimnya diperlukan di lingkungan tersebut. Dalam kasus ini Kemajuan Teknologi telah merampas pekerjaan manusia.
Teknologi dan Sistem Value
Teknologi telah mengubah sistem nilai dari suatu masyarakat. Pada masa masa sebelumnya, perusahaan besar yang mempunyai markas besar di beberapa kota besar, misalnya New York, Chicago, Los Angeles dan Houston pada umumnya memiliki suatu setting perkantoran yang lengkap termasuk staffingnya. Namun sekarang ini dengan sistem komunikasi yang sangat canggih hal tersebut (perkantoran cabang) dapat dikurangi dan dapat dikendalikan dari suatu markas besar dengan fasilitas cabang yang jauh sederhana dari masa sebelumnya. Pada hampir segala posisi dan waktu seorang pimpinan dapat mengontrol kemajuan pekerjaan dari stafnya. Letak dan geografis sekarang ini bukan lagi merupakan kendala dalam suatu sistem manajemen.
Memperhatikan diatas, maka nilai kebangsaan sudah bergeser. Pada mulanya nilai kebangsaan dibatasi oleh letak geografis atau suatu negara, sekarang ini banyak warga suatu negara menjadi anggota kosmopolitan atau warga dunia. Seandainya pengertian ini tidak dari awal disampaikan, hal tersebut akan mcmberikati kemungkinan salah persepsi atau cap yang keliru kepada orang yang mempunyai kualitas mendunia dengan sebutan anasionalis. Ini adalah suatu paradigma baru dari sistem kehidupan akibat kemajuan dalam teknologi khususnya dalam bidang elektronik atau telekomunikasi. Contoh lain dapat dielaborasi dalam perkuliahan dikelas.
Diskusi / Pertanyaan :
1. Coba dielaborate lebih jauh perihal dampak peralatan elektronik pada kehidupan manusia
2. Berikan suatu bahasan atas perubahan tatanan masyarakat akibat perkembangan teknologi
3. Dalam aspek values dari kehidupan berikan suatu evaluasi baik kebaikan maupun ketidakbaikannya menurut Saudara
Referensi :
1. "Teknologi dan Dampak Kebudayaan", Vol I dan II, YB. Mangun Wijaya, Yayasan Obor, Jakarta, 1983
2. Teich, Albert ed , "Technology and the Future", St. Martin Press Inc. NewYork, USA, 1997
3. Pytlik, E.C. et al, "Technology Change ad Society", Davis Publication Inc, Masachussets, USA. 1978
4. Ravianto, J. ; "Produktivitas dan Teknoloi;, EvolusiTeknologi, Robotisasi dan Manajemen Produksi, Lembaga sarana Informasi Usaha dan Produktivitas", Jakarta, Indonesia. 1985
5. Toffler, A; "The Thrd Wafe", alih bahasa a.n. PT. Pantja Simpati, Jakarta Indonesia. 1989

Pendahuluan
Arus Globalisisi yang inelanda dunia bisnis pada saat ini, dicirikan oleh perubahan- perubahan dalam proses bisnis internasional yang tidak pernah dibayangkan semula. Jika globalisasi tersebut dapat dianggap sebagai proses integrasi bisnis global tanpa mengenal batas-batas negara lagi, maka tekanan-tekanan yang terjadi dalam dunia bisnis dimana saja membawa serta peluang, tantangan dan ancaman yang semakin sulit dihadapi dunia bisnis negara-negara berkembang dan yang sedang membangun.
Laju kemajuan teknologi, ditandai oleh kemajuan dalam
· Bidang "Advanced Material Technology",
· Bio Technology,
· Teknologi Informasi dan Komunikasi,
· serta kecepatan informasi yang bersifat global, merupakan suatu ancaman yang berat bagi industri di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Globalisasi telah menyebabkan gelombang-gelombang dan gejolak ekonomi global yang tidak menentu arahnya, sehingga menimbulkan kesulitan dan kendala khusus bagi negara-negara bekembang, yang pada umumnya masih bergantung pada sektor primer dan sektor sekunder yang bersifat konvensional dan tradisional.
Proteksionisme, baik yang direkayasa secara canggih, maupun yang diterapkan secara terang-terangan, seperti "Super Law 301" Amerika, merupakan hasil rekayasa yang disebut "Keunggulan Komparatif buatan manusia" (Man Made Comparative Advantages) , Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan eksternal bisnis industri nasional, menuntut adaptasi dan terobosan tepat waktu dan secara tepat.
Gejaia-gejala berikut ini adalah merupakan indikator tantangan global masa depan industri di Indonesia yaitu
· Tumbuhnya kawasan wilayah pasar bersama yang saling bersaing denganketat.
· Makin singkatnya daur hidup produk dan makin canggihnya teknologi proses produksi dan teknologi manufaktur.
· Meningkatnya penemuan material baru.
· Persepsi yang berbeda di antara kelompok-kelompok dalam lembaga wilayah pasar bersama
· Terjadi "Cross Cultural problems" dalam proses bisnis intern
· semakin meningkatnya peran IPTEK dengan dukungan R & D Dasar dalam persaingan produk dan jasa hasil industri.
· Teknologi pemasaran dan operasional berwawasan global yang terselubung dan makin canggih.
· Fluktuasi mata uang dunia yang berdampak pada tingkat harga produk dan jasa yang dipasarkan.
· Terjadinya resesi dunia yang bekepanjangan.
· Export Financing dengan rekayasa keuangan yang makin canggih dan bersifat global, yang dikaitkan dengan suplai produk dan jasa industri.
Dalam dunia yang pertumbuhannya makin saling mendekati antar negara dan bangsa, sehingga makin kompleks, dan terjadi persaingan yang makin ketat tetapi menuntut kerjasama yang makin koperatif; dan ciri-ciri proses bisnis menjadi sebagai berikut
· Perubahan lingkungan eksternal yang berlangsung semakin cepat.
· Teknologi yang berubah semakin maju dan cepat.
· Kecepatan komunikasi dan arus informasi berlaku secara global.
· Timbulnya unifikasi kawasan dan wilayah pasar, yang merombak tatanan ekonomi, sosial, politik, budaya dan pertahanan keamanan.
· Persaingan yang makin keras berdimensi lintas batas negara dalam konteks perdagangan bebas, dan membawa serta masalah lintas budaya silang (Cross Cultural Problems), tetapi membawa serta makin meningkatnya proteksionisme diantara negara maju.
· Mencuatnya masalah lingkungan hidup, hak asasi manusia dan "Intelectual Property Right" dan perdagangan global.
· Perubahan dalam gaya hidup, yang membawa serta singkatnya daur hidup produk, mengecil dan makin cepatnya "Production Batch", tuntutan "Total & Fast Services" bagi industri jasa, untuk memenuhi kebutuhan pasar yang memuaskan pelanggan.
Permasalahan yang Dihadapi
Demikian cepatnya pembangunan sektor industri serta sector-sektor ekonomi lainnya pada PJP I temyata telah menimbulkan pennasalahan-permasalahan di bidang penyediaan SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRIAL yang memiliki keahlian dan kemampuan / keterampilan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan ekonomi yang bersangkutan.
Hal tersebut dapat timbul karena antara pihak penyedia tenaga kerja dengan pihak pengguna tenaga kerja masih belum terkait secara seimbang dan serasi (terjadi "mismatch"). Belum adanya "LINK and MATCH", antara pihak-pihak yang berkecimpung dibidang pengembangan Sumber daya Manusia Industrial dengan Pihak pengguna sumber . daya manusia industrial ditandai dengan terjadinya "kontradiksi" sebagai berikut
·         Disatu pihak dunia usaha/dunia industri memerlukan adanya sumber daya manusia yang siap keja dan memiliki kemampuan untuk memenuhi persyaratan kualifikasi jabatan industri yang telah ditetapkan. Didalam praktek, seringkali dunia usaha mengalami kesulitan untuk memperolehnya.
·         Dilain pihak ternyata banyak dijumpai tenaga kerja yang tidak mendapatkan tempat kerja (menganggur) yang jumlahnya relatif cukup besar.
Permasalahan yang terungkap diatas adalah sebagai akibat adanya hal-hal sebagai berikut
·      Belum adanya lembaga pendidikan Umum (General Education) dan Lembaga Pendidikan Khusus (Special Education) dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia yang ahli dan terampil (dalam jenis, klasifikasi dan kualifikasi yang sesuai) dan dalam jumiah yang memadai untuk mengisi adanya kebutuhan sumber daya inanusia yang siap kerja bagi sektor industri dan sektor-sektor lainnya yang dalam lima tahun terakhir ini berkembang dengan relatif sangat cepat.
·      Belum jelas hubungan antara kegiatan pendidikan umum dengan pendidikan spesial kejuruan sehingga tidak dapat diciptakan iklim yang mendukung penyelenggaraan pendidikan tersebut secara lebih mantap.
·      Sudah tidak sesuainya kurikulum dan silabus pendidikan secara nasional sehingga hal tersebut tidak dapat menghasilkan sumber daya manusia yang tepat dan siap kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar