Total Tayangan Halaman

Jumat, 05 Oktober 2012

Perkembangan Emosi

free download



BAB 1
PENDAHULUAN



Menurut Carole Wade dan Carol Tavris emosi adalah situasi stimulus yang melibatkan perubahan pada tubuh dan wajah, aktivasi pada otak, penilaian kognitif, perasaan subjektif dan kecenderungan melakukan kegiatan, yang dibentuk seluruhnya oleh peraturan-peraturan yang terdapat disuatu kebudayaan. Emosi adalah sebagai suatu suasanayang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (a strid up state) yang menyertai atau munculnya sebelum dan sesudah terjadinya perilaku. (syamsudin, 2005:114).
Setiap anak memiliki emosi yang berbeda-beda biasanya hal itu tergantung dari suasana hatinya dan kadang juga dipengaruhi dari situasi lingkungannya. Perasaan emosi anak ada yang negative dan ada juga yang positif. Perasaan marah dan takut merupakan emosi negative, sedangkan perasaan senang atau gembira merupakan emosi positif pada anak.
Gejala-gejala emosional pada anak seperti perasaan sayang, marah, takut, bangga dan rasa malu, cinta dan benci, harapan-harapan dan putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik. Sebagai pendidik mengetahui setiap aspek tersebut dan hal yang lain merupakan suatu yang terbaik sehingga perkembangan anak-anak sebagai peserta didik berjalan dengan normal dan mulus tanpa mengalami gangguan sedikitpun.
Emosi dapat juga didefinisikan sebagai suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa  yang menyertai atau muncul sebelum/sesudah terjadinya prilaku. Gejala-gejala seperti takut, cemas, marah, dongkol, iri, cemburu, senang, kasih saying, simpati, dan sebagainya merupakan proses manifestasi dari keadaan emosional pada diri seseorang.




BAB II
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN



  1. Teori Erikson (1902 – 1994)
Mengatakan bahwa kita berkembang dalam tahap-tahap psikososial. Erikson menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia.
Dalam teori Erikson, 8 tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas yang menghadapkan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan & peningkatan potensi. Semakin berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangan mereka. Termasuk integrasi perkembangan personal, emosional dan sosial, serta implikasinya dalam proses pembelajaran.

1. Tahap Erikson : Basic Trust vs Basic Mistrust (Kepercayaan vs Ketidakpercayaan)
-          Periode Perkembangan : masa bayi (tahun pertama)
-          Karakteristik :         
Ialah tahap Psikososial pertama menurut Erikson yang dialami dalam tahun pertama kehidupan. Suatu rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekuatiran akan masa depan.
Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk tanggap dan peka karena pada tahap ini, individu yang memiliki rasa percaya cenderung untuk memiliki rasa aman dan memiliki rasa percaya diri untuk mengeksplorasi lingkungan yang baru.
Anak-anak yang memasuki sekolah dengan rasa tidak percaya dapat mempercayai guru tertentu yang meluangkan banyak waktu untuk membuat dirinya sebagai orang yang dapat dipercayai.
2.      Tahap Erikson : Autonomy vs Shame and Doubt (Otonomi vs Rasa Malu dan   
         Ragu-ragu)
-          Periode Perkembangan : masa bayi (tahun kedua)
-          Karakteristik :
Setelah memperoleh kepercayaan diri pengasuh / orangtua mereka, individu mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri, menyadari kemauan mereka. Otonomi dibangun atas perkembangan kemampuan mental & motorik (otonomi = kemandirian).
Penting bagi orangtua untuk mengenal motivasi anak untuk melakukan apa yang dapat mereka lakukan sesuai dengan kemampuan mereka. Selanjutnya mereka dapat belajar mengendalikan kemampuan psikomotorik dan dorongan keinginan mereka sendiri. Bila tahap ini terlalu banyak dibatasi / dihukum terlalu keras, maka cenderung mengembangkan rasa malu dan ragu-ragu.
Pada usia ini, anak mencoba untuk mandiri yg secara fisik dimungkinkan oleh kemampuan mereka untuk berjalan, lari dan berkelana tanpa dibantu orang dewasa lagi.  Dengan kebebasan ini, anak masuk dalam periode menjelajah/eksplorasi.
3.      Tahap Erikson : Initiative vs Guilt (Prakarsa vs Rasa Bersalah)           
-          Periode Perkembangan : masa awal anak-anak (tahun pertama pra
           sekolah 3-5 tahun)
-          Karakteristik :
Ketika anak-anak sekolah menghadapi dunia sosial yang lebih luas, mereka lebih tertantang dan perlu mengembangkan perilaku yang bertujuan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Anak-anak belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum ia mampu berpikir mengenai apa yang sedang ia perbuat / intelegensi dasar dimiliki anak tersebut kelak. Pada tahap ini anak-anak belajar secara praktis dengan keterampilan-keterampilan perseptual, motorik, kognitif dan kemampuan bahasa yang mereka miliki untuk melakukan sesuatu.
Atas prakarsa mereka sendiri, anak-anak pada tahap ini beralih ke dunia sosial yang lebih luas. Pengatur utama prakarsa adalah suara hati, prakarsa dan antusiasme mereka dapat menyebabkan mereka menerima hadiah / hukuman.
                                                                                                                                    3
Perasaan bersalah jika anak tidak diberi tanggung-jawab dan dibuat terlalu cemas, rasa bersalah dengan cepat digantikan oleh rasa berhasil.
4.      Tahap Erikson : Industry vs Inferiority (Tekun vs Rasa Rendah Diri)
-          Periode Perkembangan : masa pertengahan dan akhir anak-anak (tahun-
           tahun sekolah, 6 tahun – pubertas)
-          Karakteristik :
Masa awal anak-anak yang penuh imajinasi, ketika anak-anak / individu memasuki tahun-tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan & keterampilan intelektual. Tertarik pada bagaimana sesuatu diciptakan & bagaimana sesuatu itu bekerja.
Orang tua / guru memberikan antusiasme pada daya tarik anak / siswa pada kegiatan-kegiatannya, untuk mendorong bangkitnya rasa tekun anak / siswa. Periode ini individu / anak berpikir intuisif / berpikir mengandalkan ilham, anak-anak berimajinasi memperoleh kemampuan 1 langkah berpikir mengkoordinasi pemikiran & idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri.
5.      Tahap Erikson : Ego-Identity vs Role Confusion (Identitas Diri vs Kekacauan
         Peran)
-          Periode Perkembangan : masa remaja 12 - 18/20 tahun.
-          Karakteristik :
Pada tahap ini remaja / individu dihadapkan pada temuan siapa mereka? Bagaimana mereka nantinya? Kemana tujuan mereka?
Menuju dalam kehidupannya => Penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran karir merupakan hal penting. Pada tahap ini remaja memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak / berurutan 2 ragam kemampuan kognitif.
1.      Kapasitas menggunakan hipotesis.
2.      Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, logis dan idealisitk (berpikir tentang pemikiran itu sendiri).
                                                                                                                                    4
Anggapan dasar seorang remaja akan berpikir hipotesis => berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam pemecahan masalah dengan menggunakan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon, memiliki perhatian ke masa depan, etika ideal, dsb.
Guru & orang tua mengetahui bahwa kecerdasan itu melibatkan interaksi aktif antara siswa dengan dunia disekitarnya. Oleh karenanya lingkungan siswa, seperti rumah tinggal, seyogyanya ditata sebaik-baiknya agar memberi efek positif terhadap perkembangan intelegensi anak.
6.      Tahap Erikson : Intimacy vs Isolation (Keintiman vs Pengasingan)
-          Periode Perkembangan : masa awal dewasa (18/19 - 30 tahun)
-          Karakteristik:
Individu menghadapi tugas perkembangan pembentukan relasi yang akrab dengan orang lain, Erikson menggambarkan keakraban sebagai penemuan diri sendiri, tanpa kehilangan diri sendiri pada orang lain.
Pada periode ini, individu termotivasi untuk berhasil melalui perkembangan sosial. Pada proses belajar individu membentuk keintiman dalam proses pembentukan identitas yang tetap dan berhasil, jika keintiman tidak berkembang individu mengalami “isolasi” yang membentuk persahabatan yang sehat dan ketidakmampuan melakukan hubungan sosial individu => frustasi => introspeksi diri untuk menemukan kesalahan.
Introspeksi diri mengakibatkan depresi dan isolasi => menghambat keinginan untuk bertindak atas inisiatifnya sendiri. Orang tua / guru memiliki implikasi penting pada kematangan mereka (kemandirian & kebebasan).
Perkembangan emosional, intelektual dan sosial.
Pada usia ini, kita sudah bukan lagi anak-anak atau remaja, tetapi pemuda atau pemudi.  Kita sudah dianggap dewasa dan kita dituntut untuk bertanggung jawab penuh atas segala keberhasilan dan kegagalan kita.
                                                                                                                                    5
Tugas kita pada periode ini adalah mengenal dan mengijinkan diri kita untuk mengenal orang lain secara sangat dekat,
 atau masuk ke hubungan yang intim sedang kegagalan kita akan membuat kita terisolasi atau mengisolasi diri dari sekeliling kita.
7.      Tahap Erikson : Generativity vs Stagnation (Perluasan vs Stagnasi)
-          Periode Perkembangan : masa pertengahan dewasa (antara  pertengahan 20-an tahun sampai 50-an)
-          Karakteristik :
Mencakup rencana-rencana orang dewasa atas apa yang mereka harap guna membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna melalui generativitas / bangkit.
Sebaliknya, stagnasi / mandeg => ketika individu tidak melakukan apa-apa untuk generasi berikutnya.
Memberikan asuhan, bimbingan pada anak-anak, individu generatif adalah seseorang yang mempelajari keahlian, mengembangkan warisan diri yang positif dan membimbing orang yang lebih muda.
 Tugas kita dalam fase ini adalah mengembangkan keseimbangan antara generativity dan stagnasi. Generativity adalah rasa peduli yang sudah lebih dewasa dan luas daripada intimacy karena rasa kasih ini telah men"generalize" ke kelompok lain, terutama generasi selanjutnya. Stagnasi adalah lawan dari generativity yakni terbatasnya kepedulian kita pada diri kita,  tidak ada rasa peduli pada orang lain.
8.      Tahap Erikson : Integrity vs Despair (Integritas dan Kekecewaan)
-          Periode Perkembangan : masa akhir dewasa (60 tahunan)
-          Karakteristik :   
Masa untuk melihat kembali apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan kita, harapan positif.
Kehidupan baik -> merasa puas / integritas. Masa lalu negatif -> keputusasaan. Memaknai yang terjadi, merevisi dan memperluas pemahaman. Pada tahap ini, memiliki 3 makna biologis, emosional dan terpencil.
 Masa ini dimulai sekitar usia 60, ketika seseorang mulai meninggalkan masa-masa aktif di masyarakat dan bersiap untuk hidup lebih menyendiri. 
                                                                                                                                    6
Sangat berbeda dengan rata-rata orang yang ketakutan dengan datangnya usia tua, maka bagi Erikson, ini adalah masa yang sama pentingnya dengan fase-fase sebelumnya.  Bahkan, masa
ini mungkin masa yang paling penting karena ini adalah masa terakhir di mana kita harus bersiap untuk meninggalkan dunia ini. Tugas kita saat ini adalah mengembangkan "ego integrity ", Integritas Diri, suatu rasa harga diri untuk tidak takut mati karena telah melalui hidup dengan “OK”. Lawan dari rasa integritas diri ini adalah Despair atau rasa putus asa. Orang-orang yang putus asa pada masa usia lanjut ini ditandai dengan meluapnya rasa jijik pada diri mereka sendiri, terhadap kegagalan mereka, cara mereka menyia-nyiakan hidup.  Orang-orang ini seringkali penuh amarah pada mereka yang juga gagal, menganggap itu hasil kebodohan Orang-orang itu sendiri. Namun juga marah dan iri pada yang berhasil. Intinya, sebagian besar Orang-orang ini putus asa dan memandang hidup dengan negatif.


B. Attachment
Attachment adalah pembentukan keterikatan emosi, fisik, dan ruhaniah antara satu dengan yang lainnya.
v  Proses pengembangan anak-anak
1.      Birth to 2 months, bayi menggunakan sinyal sosial yang peduli mendatangkan dari orang lain.
2.      Two to 6 months, dari bulan keenam setelah kelahiran, bayi mulai belajar bahwa mereka tidak dapat mengandalkan sembarang orang untuk kasih sayang dan perhatian, melainkan harus berpaling kepada orang-orang khusus beberapa orang yang secara teratur merawat mereka.
3.      Seven month to 2 years, sekitar 7 bulan bayi menunjukkan lampiran penuh untuk satu orang, termasuk, mungkin, seorang ibu, ayah, kakek dan nenek, pengasuh, dan individu lainnya.
4.      Stranger anxiety, takut orang dewasa asing di paruh kedua tahun pertama dan tahun kedua kehidupan
5.      Early childhood, biasanya, anak-anak menghargai perawatan penuh kasih yang mereka terima dari orang tua dan pengasuh tercinta lainnya dan aktif membalas dengan kasih sayang menunjuk mereka sendiri.


C. Pengertian emosi
Emosi adalah perasaan, dimana seseorang mempunyai respon atas suatu kejadian yang ada hubungannya dengan pribadi untuk mencapai tujuannya.
                                                                                                                                               
Menurut Crow & Crow (1958) (dalam Sunarto, 2002:149) emosi adalah “An emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental physiological strred up states in the individual, and that shows it self in has overt behavior. Jadi emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.


D. Perkembangan Emosi berdasarkan periode perkembangan
1. Infant (masa bayi 0-2 tahun)
Pada waktu lahir, emosi tampak dalam bentuk sederhana, dan reaksi emosional dapat ditimbulkan oleh berbagai macam rangsangan. Pola emosional yang lazim pada masa bayi yaitu kemarahan, rasa ingin tahu, kegembiraan, dan kesenangan akan sesuatu.
v  Mendukung perkembangan emosi anak
a)      Tetapkan waktu bermain dengan anak. Beri kesempatan pada anak untuk menentukan apa yang diinginkan.
b)      Luangkan waktu untuk memecahkan masalah bersama anak. Membantu anak dalam menyelesaikan masalahnya, mencari penyebabnya dan memberi masukan untuk jalan keluar dari maslahnya.
c)      Melihat masalah dari sudut pandang anak. Misalnya pada anak yang sedang mengamuk atau marah, orang tua harus mendengarkan apa yang anak inginkan.
d)     Meminimalkan masalah. Sebagai orang tua atau pendidik menunjukan penyebab masalah yang dialami anak.
e)      Berikan batasan. Berikan batasan dan bimbingan kepada anak.

2. Early childhood (masa kanak-kanak awal)
Pada masa kanak-kanak awal emosi sangat kuat. Saat ini merupakan saat ketidakseimbangan karena anak-anak “keluar dari focus”, dalam arti bahwa ia mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit dibimbing dan diarahkan.



3. Late childhood (masa kanak-kanak akhir)                                                                   
Pada kanak-kanak akhir merupakan ungkapan menyenangkan. Adanya ledakan amarah dan menderita kekhawatiran serta perasaan kecewa. 
 4. Early Adolescence
Masa remaja awal secara tradisional dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, dimana masa itu emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Pada masa remaja awal anak berusaha menyesuaikan diri terhadap pola perilaku baru dan harapan social yang baru.
 5. Late adolescence (masa remaja akhir)
Ciri-ciri emosional akhir yaitu “pemberontakan” karena perubahan dari masa kanak-kanak awal menuju masa kanak-kanak akhir yang mengalami konfilk dengan orang tua mereka, sering kali melamun, dan memikirkan masa depan mereka ingin menjadi apa.
 6. Masa dewasa awal
Perkembangan emosinya mulai stabil dan mampu mengendalikan emosi.
 7.  Masa dewasa madya (40-60 tahun)
a)      Emosi laki-laki, lebih banyak berkonsentrasi ke karir, waktunya habis dipekerjaan, kondisi emosionalnya melatarbelakangi pekerjaannya.
b)      Emosi perempuan, (mengalami menopause) emosi menjadi tidak stabil dan mudah tersinggung dan menjadi sangat sensitive.
8. Masa dewasa akhir (usia lanjut)
Emosi sedikit menurun, seperti anak kecil yang mudah tersinggung dan mudah marah serta biasanya segala keinginannya ingin terpoenuhi.


E. Perubahan Perkembangan dalam Emosi
1)      Bayi memulai dengan sedikit dasar emosi dan dengan perlahan menambah perasaan baru.
2)      Bayi merespon emosi dari orang disekitarnya.
3)      Anak-anak belajar menunjukan perbuatannya berdasarkan ekspresi emosional orang lain.

4)      Anak-anak mengembangkan kemampuan mengendalikan emosi.
5)      Bertambahnya reflex emosi pada anak.
6)      Secara perlahan anak-anak dan remaja belajar untuk mengatur emosinya.
7)      Memperhatikan perasaan orang lain.
8)      Pada tahun akhir sekolah membawa kecemasan baru dan tekanan.


F. Perbedaan Kelompok dalam Emosi
Ø  Perbedaan Gender
·         Laki-laki :
-          bayi laki-laki sama emosinya dengan perempuan pada masa ini. Seperti menangis, marah, senang, sedih dan lain-lain.
-          Pada usia 2 tahun, laki-laki mulai menunjukan perbedaan dengan wanita tentang emosinya.
-          Pada prasekolah anak laki-laki mulai menunjukan rasa marah.
-          Anak laki-laki merasakan kelakatan emosional pada teman-teman.
-          Anak laki-laki cenderung menyukai pertemanan “berdampingan”. Seperti pada saat main bola.
-          Memiliki kemampuan untuk merasakan emosi mulai dari cinta, duka hingga marahan.
-          Pria lebih reaktif.
-          Pria yang lebih sering menyembunyikan perasaan.
·         Perempuan :
-          Bayi perempuan sama emosinya dengan laki-laki pada masa ini. Seperti menangis, marah, senang, sedih dan lain-lain.
-          Pada usia 2 tahun, perempuan mulai menunjukan perbedaan dengan laki-laki tentang emosinya
-          Pada usia pra sekolah anak perempuan kurang menunjukan rasa marah.
-          Pada usia sekolah perempuan lebih sering mengungkapkan perasaan sedih, takut dan rasa bersalah.
-          Perempuan merasakan kelekatan emosional pada teman-temannya.
-          Semenjak masa kanak-kanak lebih cenderung menyukai pertemanan “tatap muka” yang didasarkan pada perilaku perasaan.


-          Memiliki kemampuan untuk merasakan emosi mulai dari cinta, duka hingga marahan.
-          Perempuan kurang reaktif.
-          Wanita lebih menggunakan perasaan.
Ø  Perbedaan Keluarga dan Budaya
Keluarga dalam suatu budaya berbeda satu dengan lainnya cara mengekspresikan emosinya. Contoh :
a)      Anak-anak di cina dan jepang tumbuh menjadi anak yang pemalu dan menahan diri.
b)      Anak-anak di Eropa Timur dan Utara Amerika mereka lebih aktif, terbuka dan mengekspresikan emosinya.
Ø  Perbedaan Sosial Ekonomi
Perbedaan social ekonomi sangat berpengaruh pada kondisi emosi anak. Anak yang tinggal di keluarga ekonomi rendah mempunyai banyak alasan untuk merasa bersedih, ketakutan dan marah. 


G. Tempramen dan Kepribadian
Tempramen adalah cirri seseorang merespon kejadian dan stimulasi yang baru. Ada 3 dimensi tempramen (Rothbart, 2007;Rothbart & Bates, 2006) :
1)  Anak-anak dengan nilai tinggi pada extraversion/surgency, menunjukan level optimis antisipasi, dorongan, aktivitas, dan mencari sensasi, dan mereka selalu tersenyum dan tertawa.
2)     Anak-anak dengan nilai tinggi pada pengaruh negative (negative affectivity) cenderung menjadi pemalu dan selalu ketakutan, frustasi, sedih, tidak nyaman dan tidak puas.
3)      Anak-anak yang nilai tinggi pada mengatur usaha (affortful control) adalah pintar dalam focus strategi, mengubah perhatian mereka. Mereka mempunyai rencana yang efektif untuk masa depan.


Kepribadian adalah karakteristik yang dimiliki seseorang yaitu tingkah laku, cara berfikir dan perasaan. Ada 5 dimensi kepribadian :
a)      Extraversion                    : Sejauh mana seseorang itu bisa berinteraksi dengan orang lain
 b)      Agreeableness                  : Sejauh mana seseorang bisa bersimpatik kepada orang lain
c)      Conscientiousness           : Sejauh mana seseorang itu gigih dan terorganisir
d)     Neuroticism                     : Sejauh mana seseorang itu cemas dan takut
e)      Openness                         : Sejauh mana seseorang ingin tahu dan imajinatif.


H. Cara Menyelesaikan Maslah Emosi dan Tingkah Laku pada Anak dan remaja   
a)      Menunjukkan perhatian pada kesejahteraan semua anak dan remaja
 b)      Mengajarkan keterampilan sosial
c)      Menyediakan struktur tambahan untuk anak-anak yang memiliki tingkat kecemasan
d)     Menetapkan batasan-batasan dalam perilaku
e)       Memberi anak-anak dan remaja perasaan bahwa mereka memiliki kendali

 







Kesimpulan
  Teori Erikson (1902 – 1994) mengatakan bahwa kita berkembang dalam tahap-tahap psikososial.Erikson menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia.
Dalam teori Erikson, 8 tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas yang menghadapkan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan & peningkatan potensi. Semakin berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangan mereka. Termasuk integrasi perkembangan personal, emosional dan sosial, serta implikasinya dalam proses pembelajaran.
Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Jenis emosi yang secara normal dialami antara lain: cinta, gembira, marah, takut, cemas, sedih dan sebagainya.
Attachment adalah pembentukan keterikatan emosi, fisik dan ruhaniah antar satu dengan yang lainnya.
Perkembangan emosi berdasarkan periode perkembangan     :
a)      Infant (masa bayi 0-2 tahun) reaksi emosional dapat ditimbulkan oleh berbagai macam rangsangan.
b)      Early childhood (masa kanak-kanak awal) mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit dibimbing dan diarahkan.
c)      Late childhood (masa kanak-kanak akhir) Pada kanak-kanak akhir merupakan ungkapan menyenangkan. Adanya ledakan amarah dan menderita kekhawatiran serta perasaan kecewa.
d)     Early adolescence (masa rmaja awal) merupakan periode badai dan tekanan dimana emosi meninggi akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
e)      Late adolescence (masa kanak akhir) merupakan “pemberontakan”
f)       Masa dewasa awal, emosinya mulai stabil.
g)      Masa dewasa madya,  emosinya kdang stabil dan mulai menurun.
h)      Masa dewasa akhir, emosi sedikit menurun, seperti anak kecil danmudah tersinggung.

Implikasi dari perkembangan emosi anak terhadap pendidikan dasar
Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan, guru dapat melakukan beberapa upaya dalam pengembangan emosi remaja misalnya: konsisten dalam pengelolaan kelas, mendorong anak bersaing dengan diri sendiri, pengelolaan diskusi kelas yang baik, mencoba memahami remaja,dan membantu siswa untuk berprestasi.
      Pemberian tugas - tugas yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar menimbang, memilih dan mengambil keputusan yang tepat akan sangat menunjang bagi pembinaan kepribadiannya. Cara yang paling strategis untuk ini adalah apabila para pendidik terutama para orang tua dan guru dapat menampilkan pribadi-pribadinya yang dapat merupakan objek identifikasi sebagai pribadi idola para remaja.
      Semakin banyak kita mempelajari tentang perkembangan emosi anak, diperkirakan akan semakin baik kita dalam membimbing dan mengembangkan emosi anak. Implikasi perkembnagan emosi terhadap pendidikan dasar sangat berpengaruh sekali. Implikasinya dari segi perkembangannya, apabila seorang anak dapat mengontrol emosinya, maka anak tersebut akan melakukan tugas-tugasnya dengan baik. Apabila emosinya baik atau stabil, maka belajarnya atau pendidikannyapun akan baik.




                                                                                                                                   
Daftar Pustaka

Syamsudin, Abin M. (2005). Psikologi Kependidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mc Devit, T.M.,& Jeanne, E.O.,(2010).Child Development And Education (4th ed.)New Jersey : Pearson.
Tavris, Carol., & Carol Wade., Psikologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Hurlock, elizabethj T. Psikologi Perkembangan (5 th ed). Jakarta : Erlangga
Makalah Denis Adrian








Tidak ada komentar:

Posting Komentar