free download
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut Carole
Wade dan Carol Tavris emosi adalah situasi stimulus yang melibatkan perubahan
pada tubuh dan wajah, aktivasi pada otak, penilaian kognitif, perasaan
subjektif dan kecenderungan melakukan kegiatan, yang dibentuk seluruhnya oleh
peraturan-peraturan yang terdapat disuatu kebudayaan. Emosi adalah sebagai
suatu suasanayang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (a strid
up state) yang menyertai atau munculnya sebelum dan sesudah terjadinya
perilaku. (syamsudin, 2005:114).
Setiap anak
memiliki emosi yang berbeda-beda biasanya hal itu tergantung dari suasana
hatinya dan kadang juga dipengaruhi dari situasi lingkungannya. Perasaan emosi
anak ada yang negative dan ada juga yang positif. Perasaan marah dan takut
merupakan emosi negative, sedangkan perasaan senang atau gembira merupakan
emosi positif pada anak.
Gejala-gejala
emosional pada anak seperti perasaan sayang, marah, takut, bangga dan rasa
malu, cinta dan benci, harapan-harapan dan putus asa, perlu dicermati dan
dipahami dengan baik. Sebagai pendidik mengetahui setiap aspek tersebut dan hal
yang lain merupakan suatu yang terbaik sehingga perkembangan anak-anak sebagai
peserta didik berjalan dengan normal dan mulus tanpa mengalami gangguan
sedikitpun.
Emosi
dapat juga didefinisikan sebagai suatu suasana yang kompleks dan getaran
jiwa yang menyertai atau muncul
sebelum/sesudah terjadinya prilaku. Gejala-gejala seperti takut, cemas, marah,
dongkol, iri, cemburu, senang, kasih saying, simpati, dan sebagainya merupakan
proses manifestasi dari keadaan emosional pada diri seseorang.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
- Teori Erikson (1902 – 1994)
Mengatakan bahwa kita berkembang dalam tahap-tahap
psikososial. Erikson menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus
kehidupan manusia.
Dalam teori Erikson, 8 tahap perkembangan terbentang
ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas
perkembangan yang khas yang menghadapkan individu dengan suatu krisis yang
harus dihadapi, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik
peningkatan kerentanan & peningkatan potensi. Semakin berhasil individu
mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangan mereka. Termasuk integrasi
perkembangan personal, emosional dan sosial, serta implikasinya dalam proses
pembelajaran.
1.
Tahap Erikson : Basic Trust vs Basic Mistrust (Kepercayaan vs Ketidakpercayaan)
-
Periode Perkembangan : masa bayi (tahun pertama)
-
Karakteristik :
Ialah tahap
Psikososial pertama menurut Erikson yang dialami dalam tahun pertama kehidupan.
Suatu rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil
ketakutan serta kekuatiran akan masa depan.
Peran orang tua
sangat dibutuhkan untuk tanggap dan peka karena pada tahap ini, individu yang
memiliki rasa percaya cenderung untuk memiliki rasa aman dan memiliki rasa
percaya diri untuk mengeksplorasi lingkungan yang baru.
Anak-anak yang
memasuki sekolah dengan rasa tidak percaya dapat mempercayai guru tertentu yang
meluangkan banyak waktu untuk membuat dirinya sebagai orang yang dapat
dipercayai.
2.
Tahap Erikson : Autonomy vs Shame and Doubt (Otonomi vs Rasa Malu dan
Ragu-ragu)
-
Periode Perkembangan : masa bayi (tahun kedua)
-
Karakteristik :
Setelah
memperoleh kepercayaan diri pengasuh / orangtua mereka, individu mulai
menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri, menyadari kemauan
mereka. Otonomi dibangun atas perkembangan kemampuan mental & motorik
(otonomi = kemandirian).
Penting bagi
orangtua untuk mengenal motivasi anak untuk melakukan apa yang dapat mereka
lakukan sesuai dengan kemampuan mereka. Selanjutnya
mereka dapat belajar mengendalikan kemampuan psikomotorik dan dorongan
keinginan mereka sendiri. Bila tahap ini terlalu banyak dibatasi / dihukum
terlalu keras, maka cenderung mengembangkan rasa malu dan ragu-ragu.
Pada usia ini,
anak mencoba untuk mandiri yg secara fisik dimungkinkan oleh kemampuan mereka
untuk berjalan, lari dan berkelana tanpa dibantu orang dewasa lagi.
Dengan kebebasan ini, anak masuk dalam periode menjelajah/eksplorasi.
3.
Tahap Erikson : Initiative vs Guilt (Prakarsa vs Rasa Bersalah)
-
Periode Perkembangan : masa awal anak-anak (tahun pertama pra
sekolah 3-5 tahun)
-
Karakteristik :
Ketika anak-anak
sekolah menghadapi dunia sosial yang lebih luas, mereka lebih tertantang dan
perlu mengembangkan perilaku yang bertujuan untuk mengatasi tantangan-tantangan
ini. Anak-anak belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum ia mampu berpikir
mengenai apa yang sedang ia perbuat / intelegensi dasar dimiliki anak tersebut
kelak. Pada tahap ini anak-anak belajar secara praktis dengan
keterampilan-keterampilan perseptual, motorik, kognitif dan kemampuan bahasa
yang mereka miliki untuk melakukan sesuatu.
Atas prakarsa
mereka sendiri, anak-anak pada tahap ini beralih ke dunia sosial yang lebih
luas. Pengatur utama prakarsa adalah suara hati, prakarsa dan antusiasme mereka
dapat menyebabkan mereka menerima hadiah / hukuman.
3
Perasaan
bersalah jika anak tidak diberi tanggung-jawab dan dibuat terlalu cemas, rasa
bersalah dengan cepat digantikan oleh rasa berhasil.
4.
Tahap Erikson : Industry vs Inferiority (Tekun vs Rasa Rendah Diri)
-
Periode Perkembangan : masa pertengahan dan akhir anak-anak (tahun-
tahun sekolah, 6 tahun – pubertas)
-
Karakteristik :
Masa awal
anak-anak yang penuh imajinasi, ketika anak-anak / individu memasuki
tahun-tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan
pengetahuan & keterampilan intelektual. Tertarik pada bagaimana sesuatu
diciptakan & bagaimana sesuatu itu bekerja.
Orang tua / guru
memberikan antusiasme pada daya tarik anak / siswa pada kegiatan-kegiatannya,
untuk mendorong bangkitnya rasa tekun anak / siswa. Periode ini individu / anak
berpikir intuisif / berpikir mengandalkan ilham, anak-anak berimajinasi
memperoleh kemampuan 1 langkah berpikir mengkoordinasi pemikiran & idenya
dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri.
5.
Tahap Erikson : Ego-Identity vs Role Confusion (Identitas Diri vs Kekacauan
Peran)
-
Periode Perkembangan : masa remaja 12 - 18/20 tahun.
-
Karakteristik :
Pada tahap ini
remaja / individu dihadapkan pada temuan siapa mereka? Bagaimana mereka
nantinya? Kemana tujuan mereka?
Menuju dalam
kehidupannya => Penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran karir
merupakan hal penting. Pada tahap ini remaja memiliki kemampuan
mengkoordinasikan baik secara serentak / berurutan 2 ragam kemampuan kognitif.
1.
Kapasitas menggunakan hipotesis.
2.
Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, logis dan idealisitk (berpikir
tentang pemikiran itu sendiri).
4
Anggapan dasar
seorang remaja akan berpikir hipotesis => berpikir mengenai sesuatu
khususnya dalam pemecahan masalah dengan menggunakan dasar yang relevan dengan
lingkungan yang ia respon, memiliki perhatian ke masa depan, etika ideal, dsb.
Guru & orang
tua mengetahui bahwa kecerdasan itu melibatkan interaksi aktif antara siswa
dengan dunia disekitarnya. Oleh karenanya lingkungan siswa, seperti rumah
tinggal, seyogyanya ditata sebaik-baiknya agar memberi efek positif terhadap
perkembangan intelegensi anak.
6.
Tahap Erikson : Intimacy vs Isolation (Keintiman vs Pengasingan)
-
Periode Perkembangan : masa awal dewasa (18/19 - 30 tahun)
-
Karakteristik:
Individu
menghadapi tugas perkembangan pembentukan relasi yang akrab dengan orang lain,
Erikson menggambarkan keakraban sebagai penemuan diri sendiri, tanpa kehilangan
diri sendiri pada orang lain.
Pada periode
ini, individu termotivasi untuk berhasil melalui perkembangan sosial. Pada
proses belajar individu membentuk keintiman dalam proses pembentukan identitas
yang tetap dan berhasil, jika keintiman tidak berkembang individu mengalami
“isolasi” yang membentuk persahabatan yang sehat dan ketidakmampuan melakukan
hubungan sosial individu => frustasi => introspeksi diri untuk menemukan
kesalahan.
Introspeksi diri
mengakibatkan depresi dan isolasi => menghambat keinginan untuk bertindak
atas inisiatifnya sendiri. Orang tua / guru memiliki implikasi penting pada
kematangan mereka (kemandirian & kebebasan).
Perkembangan
emosional, intelektual dan sosial.
Pada usia ini,
kita sudah bukan lagi anak-anak atau remaja, tetapi pemuda atau pemudi.
Kita sudah dianggap dewasa dan kita dituntut untuk bertanggung jawab penuh atas
segala keberhasilan dan kegagalan kita.
5
Tugas kita pada
periode ini adalah mengenal dan mengijinkan diri kita untuk mengenal orang lain
secara sangat dekat,
atau masuk ke hubungan yang intim sedang kegagalan
kita akan membuat kita terisolasi atau mengisolasi diri dari sekeliling kita.
7.
Tahap Erikson : Generativity vs Stagnation (Perluasan vs Stagnasi)
-
Periode Perkembangan : masa pertengahan dewasa (antara pertengahan 20-an
tahun sampai 50-an)
-
Karakteristik :
Mencakup rencana-rencana orang
dewasa atas apa yang mereka harap guna membantu generasi muda mengembangkan dan
mengarahkan kehidupan yang berguna melalui generativitas / bangkit.
Sebaliknya, stagnasi / mandeg =>
ketika individu tidak melakukan apa-apa untuk generasi berikutnya.
Memberikan asuhan, bimbingan pada
anak-anak, individu generatif adalah seseorang yang mempelajari keahlian,
mengembangkan warisan diri yang positif dan membimbing orang yang lebih muda.
Tugas kita dalam fase ini
adalah mengembangkan keseimbangan antara generativity dan stagnasi.
Generativity adalah rasa peduli yang sudah lebih dewasa dan luas daripada
intimacy karena rasa kasih ini telah men"generalize" ke kelompok
lain, terutama generasi selanjutnya. Stagnasi adalah lawan dari
generativity yakni terbatasnya kepedulian kita pada diri kita, tidak ada
rasa peduli pada orang lain.
8.
Tahap Erikson : Integrity vs Despair (Integritas dan Kekecewaan)
-
Periode Perkembangan : masa akhir dewasa (60 tahunan)
-
Karakteristik :
Masa untuk melihat kembali apa yang
telah kita lakukan dalam kehidupan kita, harapan positif.
Kehidupan baik -> merasa puas
/ integritas. Masa lalu negatif -> keputusasaan. Memaknai yang terjadi,
merevisi dan memperluas pemahaman. Pada tahap ini, memiliki 3 makna biologis,
emosional dan terpencil.
Masa ini dimulai sekitar usia
60, ketika seseorang mulai meninggalkan masa-masa aktif di masyarakat dan
bersiap untuk hidup lebih menyendiri.
6
Sangat berbeda dengan rata-rata
orang yang ketakutan dengan datangnya usia tua, maka bagi Erikson, ini adalah
masa yang sama pentingnya dengan fase-fase sebelumnya. Bahkan, masa
ini mungkin masa yang paling penting karena ini
adalah masa terakhir di mana kita harus bersiap untuk meninggalkan dunia ini.
Tugas kita saat ini adalah mengembangkan "ego integrity ",
Integritas Diri, suatu rasa harga diri untuk tidak takut mati karena telah
melalui hidup dengan “OK”. Lawan dari rasa integritas diri ini adalah Despair
atau rasa putus asa. Orang-orang yang putus asa pada masa usia lanjut ini
ditandai dengan meluapnya rasa jijik pada diri mereka sendiri, terhadap
kegagalan mereka, cara mereka menyia-nyiakan hidup. Orang-orang ini
seringkali penuh amarah pada mereka yang juga gagal, menganggap itu hasil
kebodohan Orang-orang itu sendiri. Namun juga marah dan iri pada yang berhasil.
Intinya, sebagian besar Orang-orang ini putus asa dan memandang hidup dengan
negatif.
B. Attachment
Attachment adalah pembentukan keterikatan emosi,
fisik, dan ruhaniah antara satu dengan yang lainnya.
v Proses pengembangan anak-anak
1.
Birth to 2 months, bayi menggunakan sinyal sosial yang peduli mendatangkan
dari orang
lain.
2.
Two to 6 months, dari bulan keenam setelah
kelahiran, bayi mulai belajar bahwa mereka tidak dapat mengandalkan sembarang
orang untuk kasih sayang dan perhatian, melainkan harus berpaling kepada
orang-orang khusus beberapa orang yang secara teratur merawat mereka.
3.
Seven month to 2 years, sekitar 7 bulan bayi
menunjukkan lampiran penuh untuk satu orang, termasuk, mungkin, seorang ibu,
ayah, kakek dan nenek, pengasuh, dan individu lainnya.
4. Stranger
anxiety, takut orang dewasa asing di paruh kedua tahun pertama dan
tahun kedua kehidupan
5.
Early childhood, biasanya, anak-anak menghargai perawatan penuh kasih yang
mereka terima dari orang tua dan pengasuh tercinta lainnya dan aktif membalas
dengan kasih sayang menunjuk mereka sendiri.
C. Pengertian emosi
Emosi adalah perasaan, dimana
seseorang mempunyai respon atas suatu kejadian yang ada hubungannya dengan
pribadi untuk mencapai tujuannya.
Menurut Crow & Crow (1958)
(dalam Sunarto, 2002:149) emosi adalah “An emotion, is an affective experience
that accompanies generalized inner adjustment and mental physiological strred
up states in the individual, and that shows it self in has overt behavior. Jadi
emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri
individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang
tampak.
D. Perkembangan Emosi berdasarkan
periode perkembangan
1. Infant (masa
bayi 0-2 tahun)
Pada
waktu lahir, emosi tampak dalam bentuk sederhana, dan reaksi emosional dapat
ditimbulkan oleh berbagai macam rangsangan. Pola emosional yang lazim pada masa
bayi yaitu kemarahan, rasa ingin tahu, kegembiraan, dan kesenangan akan
sesuatu.
v Mendukung perkembangan emosi anak
a)
Tetapkan waktu bermain dengan anak. Beri
kesempatan pada anak untuk menentukan apa yang diinginkan.
b)
Luangkan waktu untuk memecahkan masalah
bersama anak. Membantu anak dalam menyelesaikan masalahnya, mencari penyebabnya
dan memberi masukan untuk jalan keluar dari maslahnya.
c)
Melihat masalah dari sudut pandang anak.
Misalnya pada anak yang sedang mengamuk atau marah, orang tua harus
mendengarkan apa yang anak inginkan.
d) Meminimalkan
masalah. Sebagai orang tua atau pendidik menunjukan penyebab masalah yang
dialami anak.
e)
Berikan batasan. Berikan batasan dan
bimbingan kepada anak.
2.
Early childhood (masa kanak-kanak awal)
Pada masa kanak-kanak awal emosi sangat kuat. Saat
ini merupakan saat ketidakseimbangan karena anak-anak “keluar dari focus”,
dalam arti bahwa ia mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit
dibimbing dan diarahkan.
3.
Late childhood (masa kanak-kanak akhir)
Pada kanak-kanak akhir merupakan ungkapan
menyenangkan. Adanya ledakan amarah dan menderita kekhawatiran serta perasaan
kecewa.
4.
Early Adolescence
Masa remaja awal secara tradisional dianggap sebagai
periode “badai dan tekanan”, dimana masa itu emosi meninggi sebagai akibat dari
perubahan fisik dan kelenjar. Pada masa remaja awal anak berusaha menyesuaikan
diri terhadap pola perilaku baru dan harapan social yang baru.
5.
Late adolescence (masa remaja akhir)
Ciri-ciri emosional akhir yaitu “pemberontakan”
karena perubahan dari masa kanak-kanak awal menuju masa kanak-kanak akhir yang
mengalami konfilk dengan orang tua mereka, sering kali melamun, dan memikirkan
masa depan mereka ingin menjadi apa.
6.
Masa dewasa awal
Perkembangan emosinya mulai stabil dan mampu
mengendalikan emosi.
7. Masa dewasa madya (40-60 tahun)
a)
Emosi laki-laki, lebih banyak
berkonsentrasi ke karir, waktunya habis dipekerjaan, kondisi emosionalnya
melatarbelakangi pekerjaannya.
b)
Emosi perempuan, (mengalami menopause)
emosi menjadi tidak stabil dan mudah tersinggung dan menjadi sangat sensitive.
8.
Masa dewasa akhir (usia lanjut)
Emosi sedikit menurun, seperti anak kecil yang mudah
tersinggung dan mudah marah serta biasanya segala keinginannya ingin
terpoenuhi.
E. Perubahan Perkembangan dalam
Emosi
1)
Bayi memulai dengan sedikit dasar emosi
dan dengan perlahan menambah perasaan baru.
2)
Bayi merespon emosi dari orang
disekitarnya.
3)
Anak-anak belajar menunjukan
perbuatannya berdasarkan ekspresi emosional orang lain.
4)
Anak-anak mengembangkan kemampuan mengendalikan
emosi.
5)
Bertambahnya reflex emosi pada anak.
6)
Secara perlahan anak-anak dan remaja
belajar untuk mengatur emosinya.
7)
Memperhatikan perasaan orang lain.
8)
Pada tahun akhir sekolah membawa
kecemasan baru dan tekanan.
F. Perbedaan Kelompok dalam Emosi
Ø Perbedaan Gender
· Laki-laki
:
-
bayi
laki-laki sama emosinya dengan perempuan pada masa ini. Seperti menangis,
marah, senang, sedih dan lain-lain.
-
Pada
usia 2 tahun, laki-laki mulai menunjukan perbedaan dengan wanita tentang
emosinya.
-
Pada
prasekolah anak laki-laki mulai menunjukan rasa marah.
-
Anak
laki-laki merasakan kelakatan emosional pada teman-teman.
-
Anak
laki-laki cenderung menyukai pertemanan “berdampingan”. Seperti pada saat main
bola.
-
Memiliki
kemampuan untuk merasakan emosi mulai dari cinta, duka hingga marahan.
-
Pria
lebih reaktif.
-
Pria
yang lebih sering menyembunyikan perasaan.
· Perempuan
:
-
Bayi
perempuan sama emosinya dengan laki-laki pada masa ini. Seperti menangis,
marah, senang, sedih dan lain-lain.
-
Pada
usia 2 tahun, perempuan mulai menunjukan perbedaan dengan laki-laki tentang
emosinya
-
Pada
usia pra sekolah anak perempuan kurang menunjukan rasa marah.
-
Pada
usia sekolah perempuan lebih sering mengungkapkan perasaan sedih, takut dan
rasa bersalah.
-
Perempuan
merasakan kelekatan emosional pada teman-temannya.
-
Semenjak
masa kanak-kanak lebih cenderung menyukai pertemanan “tatap muka” yang
didasarkan pada perilaku perasaan.
-
Memiliki
kemampuan untuk merasakan emosi mulai dari cinta, duka hingga marahan.
-
Perempuan
kurang reaktif.
-
Wanita
lebih menggunakan perasaan.
Ø Perbedaan Keluarga dan Budaya
Keluarga dalam
suatu budaya berbeda satu dengan lainnya cara mengekspresikan emosinya. Contoh
:
a)
Anak-anak di cina dan jepang tumbuh
menjadi anak yang pemalu dan menahan diri.
b)
Anak-anak di Eropa Timur dan Utara
Amerika mereka lebih aktif, terbuka dan mengekspresikan emosinya.
Ø Perbedaan Sosial Ekonomi
Perbedaan social
ekonomi sangat berpengaruh pada kondisi emosi anak. Anak yang tinggal di
keluarga ekonomi rendah mempunyai banyak alasan untuk merasa bersedih,
ketakutan dan marah.
G. Tempramen dan Kepribadian
Tempramen adalah
cirri seseorang merespon kejadian dan stimulasi yang baru. Ada 3 dimensi
tempramen (Rothbart, 2007;Rothbart & Bates, 2006) :
1) Anak-anak
dengan nilai tinggi pada extraversion/surgency, menunjukan level optimis
antisipasi, dorongan, aktivitas, dan mencari sensasi, dan mereka selalu
tersenyum dan tertawa.
2) Anak-anak
dengan nilai tinggi pada pengaruh negative (negative affectivity) cenderung
menjadi pemalu dan selalu ketakutan, frustasi, sedih, tidak nyaman dan tidak
puas.
3)
Anak-anak
yang nilai tinggi pada mengatur usaha (affortful control) adalah pintar dalam
focus strategi, mengubah perhatian mereka. Mereka mempunyai rencana yang
efektif untuk masa depan.
Kepribadian adalah karakteristik yang
dimiliki seseorang yaitu tingkah laku, cara berfikir dan perasaan. Ada 5
dimensi kepribadian :
a) Extraversion : Sejauh mana seseorang itu bisa
berinteraksi dengan orang lain
b)
Agreeableness : Sejauh mana seseorang bisa
bersimpatik kepada orang lain
c) Conscientiousness : Sejauh mana seseorang itu gigih dan
terorganisir
d) Neuroticism : Sejauh mana seseorang itu
cemas dan takut
e) Openness : Sejauh mana seseorang ingin tahu
dan imajinatif.
H. Cara
Menyelesaikan Maslah Emosi dan Tingkah Laku pada Anak dan remaja
a)
Menunjukkan perhatian pada kesejahteraan semua anak dan
remaja
b)
Mengajarkan
keterampilan sosial
c)
Menyediakan
struktur tambahan untuk anak-anak yang memiliki tingkat kecemasan
d)
Menetapkan
batasan-batasan dalam perilaku
e)
Memberi anak-anak dan remaja perasaan bahwa
mereka memiliki kendali
Kesimpulan
Teori
Erikson (1902 – 1994) mengatakan bahwa kita berkembang dalam tahap-tahap
psikososial.Erikson menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus
kehidupan manusia.
Dalam teori
Erikson, 8 tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus
kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas yang
menghadapkan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi, krisis ini
bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan &
peningkatan potensi. Semakin berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin
sehat perkembangan mereka. Termasuk integrasi perkembangan personal, emosional
dan sosial, serta implikasinya dalam proses pembelajaran.
Emosi adalah
pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang
keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Jenis
emosi yang secara normal dialami antara lain: cinta, gembira, marah, takut, cemas,
sedih dan sebagainya.
Attachment adalah pembentukan
keterikatan emosi, fisik dan ruhaniah antar satu dengan yang lainnya.
Perkembangan emosi berdasarkan periode perkembangan :
a)
Infant (masa bayi 0-2 tahun) reaksi
emosional dapat ditimbulkan oleh berbagai macam rangsangan.
b)
Early childhood (masa kanak-kanak awal)
mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit dibimbing dan diarahkan.
c)
Late childhood (masa kanak-kanak akhir)
Pada kanak-kanak akhir merupakan ungkapan menyenangkan. Adanya ledakan amarah
dan menderita kekhawatiran serta perasaan kecewa.
d) Early
adolescence (masa rmaja awal) merupakan periode badai dan tekanan dimana emosi
meninggi akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
e)
Late adolescence (masa kanak akhir)
merupakan “pemberontakan”
f)
Masa dewasa awal, emosinya mulai stabil.
g)
Masa dewasa madya, emosinya kdang stabil dan mulai menurun.
h)
Masa dewasa akhir, emosi sedikit
menurun, seperti anak kecil danmudah tersinggung.
Implikasi
dari perkembangan emosi anak terhadap pendidikan dasar
Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan, guru dapat melakukan beberapa upaya dalam pengembangan emosi remaja misalnya: konsisten dalam pengelolaan kelas, mendorong anak bersaing dengan diri sendiri, pengelolaan diskusi kelas yang baik, mencoba memahami remaja,dan membantu siswa untuk berprestasi.
Pemberian tugas - tugas yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar menimbang, memilih dan mengambil keputusan yang tepat akan sangat menunjang bagi pembinaan kepribadiannya. Cara yang paling strategis untuk ini adalah apabila para pendidik terutama para orang tua dan guru dapat menampilkan pribadi-pribadinya yang dapat merupakan objek identifikasi sebagai pribadi idola para remaja.
Semakin banyak kita mempelajari tentang perkembangan emosi anak, diperkirakan akan semakin baik kita dalam membimbing dan mengembangkan emosi anak. Implikasi perkembnagan emosi terhadap pendidikan dasar sangat berpengaruh sekali. Implikasinya dari segi perkembangannya, apabila seorang anak dapat mengontrol emosinya, maka anak tersebut akan melakukan tugas-tugasnya dengan baik. Apabila emosinya baik atau stabil, maka belajarnya atau pendidikannyapun akan baik.
Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan, guru dapat melakukan beberapa upaya dalam pengembangan emosi remaja misalnya: konsisten dalam pengelolaan kelas, mendorong anak bersaing dengan diri sendiri, pengelolaan diskusi kelas yang baik, mencoba memahami remaja,dan membantu siswa untuk berprestasi.
Pemberian tugas - tugas yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar menimbang, memilih dan mengambil keputusan yang tepat akan sangat menunjang bagi pembinaan kepribadiannya. Cara yang paling strategis untuk ini adalah apabila para pendidik terutama para orang tua dan guru dapat menampilkan pribadi-pribadinya yang dapat merupakan objek identifikasi sebagai pribadi idola para remaja.
Semakin banyak kita mempelajari tentang perkembangan emosi anak, diperkirakan akan semakin baik kita dalam membimbing dan mengembangkan emosi anak. Implikasi perkembnagan emosi terhadap pendidikan dasar sangat berpengaruh sekali. Implikasinya dari segi perkembangannya, apabila seorang anak dapat mengontrol emosinya, maka anak tersebut akan melakukan tugas-tugasnya dengan baik. Apabila emosinya baik atau stabil, maka belajarnya atau pendidikannyapun akan baik.
Daftar
Pustaka
Syamsudin, Abin M. (2005). Psikologi Kependidikan. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Mc Devit, T.M.,& Jeanne,
E.O.,(2010).Child Development And
Education (4th ed.)New Jersey : Pearson.
Tavris, Carol., & Carol Wade., Psikologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Hurlock, elizabethj T. Psikologi
Perkembangan (5 th ed). Jakarta : Erlangga
Makalah Denis Adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar