Free down load
Design Evaluation
BAB. I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Undang-undang
sitem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1 mengamanatkan
kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiap warga negara. Terwujudnya
pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang terus-menerus untuk selalu
meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan
memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran (instructional quality)
karena muara dari berbagai program pendidikan adalah pada terlaksananya program
pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu usaha meningkatkan kualitas
pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran.
Dalam manajemen
sumber daya manusia terdapat beberapa fungsi pokok, dan fungsi evaluasi
merupakan salah satu diantaranya, selain perencanaan, pengorganisasian dan
pelaksanaan. Evaluasi program sebagai salah satu strategi pengembangan sumber
daya manusia memerlukan fungsi evaluasi untuk mengetahui efektifitas program
yang bersangkutan. Pada umumnya orang beranggapan bahwa evaluasi program
diadakan pada akhir pelaksanaan. Anggapan yng demikian adalah kurang tepat,
karena evaluasi merupakan salah satu mata rantai dalam system, yang jika
dilihat dari waktu pelaksanaannya kegiatan penilaian dapat berada diawal proses
perencanaan, ditengah proses pelaksanaan, dan pada akhir penyelenggaraan.
Penilaian yang dilaksanakan pada proses perencanaan disebut dengan analis
kebutuhan (need assessment) yang berusaha untuk mengumpulkan informasi tentang kemampuan,
keterampilan maupun keahlian yang akan dikembangkan dalam prosesnya,
karakteristik peserta, kualitas materi dilihat dari relevansi dan kebaharuan,
kompetensi pelatih/instruktur/pengajar, tempat beserta sarana dan prasarana
yang dibutuhkan, akomodasi dan konsumsi kegiatan program. Penilaian yang
dilaksanakan pada saat proses disebut dengan monitoring yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi tetang sejauh mana program yang telah disusun dapat
diimplementasikan dengan baik. Dalam
kegiatan monitoring ini berusaha untuk menilai kualitas proses pelatihan, baik
dari aspek kinerja, instruktur, iklim kelas, sikap dan motivasi belajar atau
berlatih bagi para peserta. Sedangkan penilain pasca program tersebut bertujuan
untuk mengetahui perubahan kinerja para peserta setelah kembali ketempat
kerjanya/belajarnya masing-masing.
Peningkatan kualitas pembelajaran
memerlukan upaya peningkatan kualitas program pembelajaran secara keseluruhan karena hakikat
kualitas pembelajaran adalah merupakan kualitas implementasi dari program pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Upaya
peningkatan kualitas program pembelajaran memerlukan informasi hasil evaluasi
terhadap kualitas program pembelajaran sebelumnya. Dengan demikian untuk dapat
melakukan pembaharuan program pendidikan termasuk didalamnya adalah program
pembelajaran kegiatan evaluasi terhadap program yang sedang maupun telah
berjalan sebelumnya perlu dilakukan dengan baik. Untuk dapat menyusun program
yang lebih baik, hasil evaluasi program sebelumnya merupakan acuan yang tidak
dapat ditinggalkan.
BAB. II
PEMBAHASAN
B. Konsep Dasar Evaluasi
Ada
tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu test, pengukuran dan
penilaian (test, measurement,assessment).
Test merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan
seseorang secara tidak langusng, yaitu melalui respons seseorang terhadap
stimulus atau pertanyaan. (Djemari Mardapi, 2008: 67)
1. Test merupakan salah satu alat untuk
melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik
suatu obyek. Obyek ini berupa kemapuan peseta didik, sikap, minat, maupun
motivasi. Respon peserta test terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan
kemampuan dalam bidang tertentu . Test merupakan bagian tersempit dari
evaluasi. Pengukuran (measurement) dapat didefinisikan sebagai the process by
which information about the attribute or characteristic of thing are determined
and differentiated. (Oriondo, Oriondo, L. L. & Antonio, E. M.D., 1998: 2 )
2.
Guilford
mendefinsikan pengukuran dengan “assigning numbers to, or quantifying, things
according to a set of rules.” (Griffin, P. & Nix, 1991.: 3)
3.
Pengukuran
dinyatakan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau
karakteristiknta menurut aturan tertentu. (Ebel, R.L. & Frisbie, D.A.1986: 14)
4.
Allen
& Yen mendefinisikan pengukuran sebagai penetapan angka dengan cara yang
sistematik untuk menyatakan keadaan individu. (Djemari Mardapi, 2000: 1)
5.
Dengan
demikian, esensi pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang
karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu. Keadaan
individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Pengukuran
memiliki konsep yang lebih luas dari pada test, misalnya dengan pengamatan,
skala rating atau cara lain untuk memperoleh informasi dalam bentuk
kuantitatif.
Penilaian (assessment) memiliki makna yang berbeda dengan
evaluasi.
1.
Popham,
( Popham, W.J. 1995. Allyn and Bacon,
L.L.& Antonio, E. M.. 1998: 3) mendefinisikan assessment dalam konteks
pendidikan sebagai sebuah usaha secara formal untuk menetukan status siswa
berkenaan dengan berbagai kepentingan pendidikan. Boyer & Ewel,
mendefinisikan assessment sebgagai proses yang menyediakan informasi tentang
individu siswa, tentang kurikulum atau program, tentang institusi atau segala
sesuatu yang berkaitan dengan sitem institusi (“process that provide
information about individual students, about curriculum or programs, about
institutions, or about entire systems of institutions. (Stark, J.S. &
Thomas, A. , Simon& Schuster 1994 : 46).
2.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa assessment atau penilaian dapat
diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.
Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan
penilaian, pengukuran maupun test:
1.
Menurut
Stufflebeam dan Shinkfied menyatakan bahwa: Evaluation is the process of delineating, obtaining, and
providing descriptive and judgemental information about the worth and merit of
some object’s goals, design, implementation, and impact in order to guided
decision making, serve needs for accountability, and promote understanding of
the involved phenomena
(Stark,
J.S. & Thomas, A. , Simon & Schuster 1994 : 159) , yang artinya yaitu: “Evaluasi merupakan
suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan
untuk menetukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai,
desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu
pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.” Menurut
dari rumusan tersebut diatas, inti dari evaluasi adalah menyediakan informasi
yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
2.
Komite
Studi Nasional tentang Evaluasi (National Study Committee on Evaluation) dari
UCLA, menyatakan bahwa : Evaluation is the process of ascertaining the decision
of concern, selecting appropriate information, and collecting and analyzing
information in order to report summary data useful to decision makers in
selecting among alternatives. Yang artinya yaitu: Evaluasi merupkan suatu
proses atau kegiatan, pemilihan, pengmpulan, analisi dan penyajian informasi
yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana suatu tujuan program, prosedur,
produk, atau strategi yang dijalankan telah tercapai, sehingga bermanfaat bagi
pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif keputusan
untuk program selanjutnya. Menurut dari rumusan tersebut diatas, inti
dari evaluasi adalah proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan informasi
untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan dan atau menyusun
kebijakan.
3.
Tujuan
evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan obyektif tentang
suatu program. Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program,
dampak hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang
difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan: apakah
dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu juga dipergunakan untuk
kepentingan penyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang
terkait dengan program.
C. Jenis evaluasi berdasarkan tujuan,
dibedakan atas:
1.
Evaluasi
diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan
siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
2.
Evaluasi
selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk memilih
siswa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
3.
Evaluasi
penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk
menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan
karakteristik siwa.
4.
Evaluasi
formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar dan mengajar.
5.
Evaluasi
sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menetukan
hasil dan kemajuan belajar siswa.
D. Jenis evaluasi berdasarkan sasaran,
dibedakan atas:
1.
Evaluasi
konteks
Evaluasi
yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai rasional tujuan, latar belakang program, maupun
kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan.
2.
Evaluasi
input
Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input, baik dari segi
sumber daya maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
3.
Evaluasi
proses
Evaluasi
yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai kelancaran proses, kesesuaian dengan rencana,
faktor pendukung danfaktor hambatan yang muncul dalam proses
pelaksanaan, dan sejenisnya.
4.
Evaluasi
hasil atau product
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai
sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir (untuk diperbaiki atau
dimodifikasi, ditingkatkan, atau diberhentikan).
5.
Evaluasi
outcome atau lulusan
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih
lanjut, yakni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.
E. Model-model evaluasi program
pelatihan (training evaluation model)
Ada banyak model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli yang
dapat dipakai dalam mengevaluasi suatu program. Seperti diantaranya:
1.
CIPP
Model (Daniel Stufflebeam’s)
Konsep evalusi model CIPP (Context, Input, Process and Product)
diperkenalkan oleh Daniel Stufflebeam pada tahun 1965. Dalam bidang pendidikan
Stufflebeam menggolongkan system pendidikan atas 4 dimensi, yaitu Context,
Input, Process and Product atau disingkat menjadi CIPP. Nana Sudjana &
Ibrahim (2004; 246) menterjemahkan masing-masing dimensi tersebut dengan makna
sebagai berikut:
a.
Context:
Situasi atau
latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan
yang akan dikembangkan dalam system yang bersangkutan, seperti misalnya masalah
pendidikan yang dirasakan, keadaan ekonomi negara, pandangan hidup masyarakat.
b.
Input:
Sarana/modal/bahan
dan rencana strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan
c.
Process:
Pelaksanaan
strategi dan penggunan sarana/modal/bahan di dalam kegiatan nyata dilapangan.
d.
Product:
Hasil yang
dicapai baik selama maupun pada akhir pengembangan system pendidikan yang
bersangkutan.
1.
Evaluasi
Model Brinkerhoff
Brinkerhoff
membagi komposisinya sebagai berikut:
a.
Fixed
vs Emergent Evaluation Design
Desain yang
tetap (fixed) ditentukan dan direncanakan secara sistematik sebelum
implementasi dikerjakan. Desain dikembangkan berdasakn tujuan program disertai
seperangkat pertanyaan yang akan dijawab dengan informasi yang akan diperoleh
dari sumber-sumber tertentu.
b.
Formative
vs Sumative Evaluation
Evaluasi
formatif digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat membantu memperbaiki
program. Evaluasi formatif dilaksanakan pada saat implementasi program sedang
berjalan. Fokus evaluasi berkisar pada kebutuhan yang dirmuskan oleh karyawan
atau orang-rang. Sedangkan evaluasi sumatif
dilaksanakan untuk menilai manfaat suatu program tertentu akan
diteruskan atau dihentikan. Pada evaluasi dumatif difokuskan pada
variable-variabel yang dianggap penting bagi sponsor program maupun pihak
pembuat keputusan.
c.
Experimental
and Quasi experimental Design vs Natural/Unotrusive
Beberapa
evaluasi memakai metodologi penelitian klasik. Dalam hal ini subyek penelitian
diacak, perlakuan diberikan dan pengukuran dampak dilakukan. Tujuan dari
penelitian ini untuk menilai manfaat suatu program yang dicobakan.
3.
Evaluasi
model Kirkpatrick
Menurut
Kirkpatrick model tersebut yaitu:
a.
Evaluating
Reaction
Evaluasi ini
memfokuskan terhadap reaksi peserta yang berarti mengukur kepuasan peserta
(cuctomer satisfaction) dengan kata lain program dianggap efektif apabila dalam
prosesnya sirasakan menyenagkan dan
memuaskan peserta program, sehingga mereke tertarik termotivasi untuk belajar
dan terlatih.
b.
Evaluation
Learning
Menurut
Kirkpatrick (1988: 20) learning can be devined as the extend to which
participans change attitudes, improving knowledge, and/or increase skill as a
result of attending the program. Peserta dikatakan telah belajar apabila pada
dirinya telah mengalami perubahan sikap, perbaikan pengetahuan maupun
peningkatan keterampilan.
c.
Evaluating
Behavior
Evaluasi ini
difokuskan para perubahan sikap yang terjadi pada saat kegiatan dilakukan sehingga
lebih bersifat internal, sedangka perubahan tingkah laku difokuskan pada
perubahan tingkah laku setelah peserta kembali ke tempat kerjanya.
d.
Evaluating
Result
Evaluasi ini difokuskan pada hasil
akhir (result) yang terjadi karena peserta telah mengikuti suatu program dengan
kata lain adalah evaluasi terhadap impact program.
F. Desain
Evaluasi
Pengertian desain evaluasi adalah suatu kondisi
dan prosedur yang diciptakan oleh evaluator untuk mengumpulkan data. Kebanyakan
pendidik ketika mendengar istilah “evaluasi” akan langsung mengarah kepada
desain penelitian yang sudah umum seperti desain pre test dan desain post test.
Padahal istilah evaluasi harusnya dimaknai dalam konteks yang lebih besar.
Evaluator pendidikan biasanya mendasarkan
pekerjaan mereka terhadap bukti, bukan sekedar intuisi belaka. Bukti-bukti yang
digunakan dalam evaluasi sangat bervariasi, contohnya: kinerja murid, tes,
pengamatan pada tingkah laku murid,dll.
Kerangka kerja yang digunakan evaluator sangat
beragam, namun meskipun kerangka kerja tersebut sangat berguna bagi evaluator
dalam mengambil keputusan, namun tetap dibutuhkan suatu desain evaluasi untuk
membantu evaluator bagaimana caranya pengambilan keputusan yang tepat.
Sebelum melakukan desain evaluasi maka terlebih
dahulu harus dilakukan fokus evaluasi yaitu mengkhususkan apa dan bagaimana
evaluasi akan dilakukan. Bila evaluasi sudah berfkus, maka ini berarti proses
dan desain dimulai. Ada tiga elemen dalam pemfokusan yaitu: mempertemukan
pengetahuan dan harapan, mengumpulkan informasi dan merumuskan rencana
evaluasi.
Penyusunan desain evaluasi program merupakan
langkah pertama menyangkut aspek perencanaan. Di dalam tahap perencanaan ini
diuraikan garis besar mengenai hal-hal yang lain yang berkaitan dengan kegiatan
evaluasi tersebut.
G.
Langkah-langkah Desain Evaluasi
Evaluasi program merupakan pelayanan bantuan
kepada pelaksana program untuk memberikan input bagi pengambilan keputussan
tentang kelangsungan program tersebut. Oleh karena itu maka pelaksana evaluasi
program harus memahami seluk-beluk program yang dinilai, yaitu:
1.
Pengambilan keputusan mengeluarkan kebijakan
mengenai pelaksanaan suatu program.
2.
Kepala sekolah menunjuk evaluator program
(dapat dari bagian dalam pengelola ataupun orang luar dari program) untuk melaksanakan
evaluasi program setelah melaksanakan selama jangka waktu tertentu.
3.
Penilai program
melaksanakan kegiatan penilaiannya, mengumpulkan data, menganalisis dan menyusun
laporan.
4.
Penilaian program menyampaikan penemuannya
kepada pengelola program
Dalam mengadakan evaluasi terhadap progam
secara sistematis umumnya menepuh 4 langkah, hal ini sesuai yang di terangkan
oleh Purwanto dan Atwi Suparman (1999: 73) dalam strategi menyusun hasil
laporan evaluasi, yaitu diantaranya:
1.
Menyusun desain evaluasi
Pada langkah ini evaluator mulai mempersiapkan
segala sesuatu yang berkaitan engan pelaksanaan evaluasi, mulai menetukan
tujuan evaluasi, model yang akan digunakan, informasi yang akan dicari serta
metode pengumpulan dan analisis data.
2.
Mengembangkan instrumen pengumpulan data
Setelah metode pengumpulan data data
ditentukan, langkah selanjutnya adalah menentukan bentuk instrument yang akan
digunakan serta kepada siapa instrument tersebut ditujukan (responden).
Kemudian setelah itu dikembangkan buti-butir dalam instrument.
3.
Mengumpulkan data, analisis dan Judgement
Pada langkah ini evaluator terjun kelapangan
untuk mengimplementasikan desain yang telah dibuat, mulai dari mengumpulkan dan
menganalisis data, menginterpretasikan, dan menyajikan dalam bentuk yang mudah
untuk dipahami dan komunikatif. Pengumpulan data bisa dengan populasi ataupun
teknik sampling. Berdasarkan data yang dikumpulkan kemudian dianalisis kemudian
dibuat judgement berasarkan kriteria atau standar yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dari hasil judgement kemudian disusun rekomendasi kepada penyelenggara
kegiatan maupun pihak lain yang berkepentingan dengan kegiatan.
4.
Menyusun hasil laporan evaluasi
Laporan disusun sesuai dengan kontrak yang
telah disetujui. Gaya dan format penyampaian laporan harus disesuaikan dengan
penerima laporan.
PENUTUP
Kegiatan penilaian dalam evaluasi tidak hanya
dilaksanakan pada akhir kegiatan program, tetapi sebaiknya dilakukan sejak
awal, yaitu dari penyusunan rancangan program, pelaksanaan program dan hasil
dari pelatihan program. Penilaian hasil program tidak cukup pada hasil jangka
pendek (output) tetapi dapat menjangkau hasil dalam jangka panjang (outcome and
impact program). Ada berbagai macam model evaluasi program. Model mana yang
akan digunakan tergantung pada tujuan maupun kemampuan evaluator.
DAFTAR
PUSTAKA
Djemari
Mardapi, (2008),Teknik penyusunan instrumen tes dan non tes. Yogyakarta:
MitraCendekia.
______________.(1999).Pengukuran,
penilaian dan evaluasi. Makalah dari Penataran evaluasi pembelajaran PPPG
Matematika Yogyakarta.
Djemari
mardapi.(2000).Evaluasi pendidikan.Makalah dari Konvensi Pendidikan Nasional
UNJ.
Ebel,
R.L. & Fisbie, D.A.(1986).Essential of educational measurement.New Jerseey:
Prentice-Hall, Inc.
Farida
Yusuf Tayibnapis.(2000).Evaluasi program.Jakarta.Rineka Cipta
Griffin,.P.
& Nix,.P.(1991).Educational assessment and reporting. Sydney:Harcout Brance
Javanvich, Publisher.
Kirkpatrick,
D.L.(1998).Evaluating training programs, The four levels, second edition. San
Francisco: Berrett-Koehler Publisher.Inc.
Kirkpatrick,
D.L.(2005).Kirkpatrick’s training evaluation model. http://www.businessballs.com/Kirkpatricklearnigevaluationmodel.htm.
Madaus,
G.F. & Scriven, M.S. & Stufflebeam,. D.L .(1993).Evaluation models,
view points on educational and human servivec evaluation. Boston:
Kluwer-Nijhoff Publishing.
Nana
Sudjana & Ibrahim.(2004).Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung:
Sinar Baru Algesindo.
Naugle.(2005).
Kirkpatrick’s evaluation model as a means of evaluating teacher pervformance. http://www.findarticles.com/p/articles.
Oriondo,
Oriondo, L. L. & Antonio, E. M.D. 1998, Evaluating educational
outcomes (Test,measurement and evaluation). Manila: Rex Book Store
_______________,
(1998). Evaluating educational outcomes (Test measurement and evaluation).
Florentino St; Rex Printing Company, Inc.
Purwanto
dan Atwi suparman. (1999). Evaluasi program diklat. Jakarta: Sekolah Tinggi
Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara.
Popham,
W.J. (1995). Classroomassessment. Boston: Allyn and Bacon, L.L.& Antonio,
E. M.. (1998).Manila: Rek Book Store.
Stark,
J.S. & Thomas, A. (1994). Assessment and program evaluation. Needham
Heights: Simon & Schuster Custom Publishing.
Stufflebeam,
D.L. & Shinkfield, A.J. (1985). Systematic evaluation. Boston: Kluwer Nijhof
Publishing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar