free download
B. Sistem, Fungsi dan Tujuan Supervisi Pendidikan
Islam
PENDAHULUAN
Sejak
reformasi industri bergema, pada abad ke 18 segala aspek organisasi memerlukan
kegiatan inspeksi. Memasuki abad ke 19, mengikuti perkembangannya istilah
inspeksi berubah menjadi supervisi. Kegiatan supervisi berkaitan erat dengan
kegiatan manajemen, khususnya perancanaa. Peran dan fungsi supervisi kian
terasa dalam segala aspek kegiatan yang tidak terkecuali pendidikan.
Dalam
dunia pendidikan peranan supervisi tidak pernah sederhana, orang yang bertugas
mensupervisi kita kenal dengan sebutan “supervisor”. Sebagai bagian dari
manajemen pendidikan, supervisor memainkan peran crutial dalam tercapainya tanggung
jawab dan pekerjaan yang berat lagi menantang, karena selain bertanggung jawab
atas dirinya sendiri dia juga bertanggung jawab atas orang lain.
Di
Indonesia, kegiatan Supervisi masuk pertama kali pada zaman penjajahan Belanda
telah mengalami perkembangan. Meski terbilang lamban, perlahan tapi pasti
kegiatan supervisi menemukan posisinya sebagai “alat ampuh” tercapainya visi
dan misi Pendidikan Nasional.
Peningkatan
mutu pendidikan merupakan tugas yang tidak mudah karena dipengaruhi oleh
berbagai factor seperti mutu masukan pendidikan, mutu sumber daya pendidikan,
mutu guru dan pengelola pendidikan, mutu proses pembelajaran, kemampuan
pengelolaan pendidikan mengantisipasi dan menangani berbagai pengaruh
lingkunagn pendidikan.
Selain
itu, supervisi tidak hanya menangani masalah profesionalitas guru tetapi juga
menyangkut segi fisik seperti pengelolaan dana, pegawai, bangunan, alat dan
fasilitas lainnya. Dengan demikian semakin kompleks pula masalah yang timbul
dilapangan. Yang paling nyata adalah guru selaku target man supervisor bahkan
kepala supervisor sendiri kurang paham akan kegiatan supervisi itu sendiri,
ditambah pula dengan kurang optimalnya peran supervisor dilapangan.
Setiap
pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.
Kesupervisian berpengaruh terhadap ke-efektifan program tersebut. Oleh karena
itu, supervisi haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan
memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Berangkat
dari realitas yang terjadi seperti yang sudah tersebut diatas, maka diperlukan
sebuah penjelasan secara rinci dan mendetail tentang supervisi pendidikan agar
para pendidik dapat memahami betapa perlu dan pentingnya supervisi dalam
pendidikan.
A.
Pengertian Supervisi
Istilah
supervisi mempunayi pengertian yang berbeda-beda tergnatung dari sisi mana
orang membaca, mendengar atau menafsirkannya, istilah itu sesuai dengan
penggolongan, kebutuhan dan tujuannya
Pergeseran
makna telah terjadi semenjak muncul pertama kali yaitu “inspeksi” menjadi pengawasan,
pengendalian yang terakhir yaitu istilah supervisi. Selanjutnya akan
diterangkan perbedaan pengawasan, pengendalian
dan supervisi yang terangkum dalam tabel dibawah ini.
Pengawasan
Istilah
pengawasan bertalian dengan administrasi. Mengamati dan mencatat segala Sesutu
yang ada dilapangan kemudian hasilnya dibawa dan diserahkan kepada Kepala
Sekolah selaku administrator. Hasil catatan selanjutnya menjadi bahan
musyawarah guru untuk perkembangan kedepan
Pengendalian
Istilah
Pengandalian bertalian dengan manajemen. Setelah perencanaan selesai dilakukan
lalu di organisasi, diaktifksn para personalia yang hasil kerjanya
dikendalikan. Kata Pengendalian mengacu
pada aktivitas langsung member pengarahan dan pembetulan apabila menemukan
esalahan di lapangan.
Supervisi
Ha,pir
sama dengan Pengendalian sebab perbaikan atas kesalahan yang ditemukan langsung
diperbaiki setelah pembelajaran selesai. Namun ia berbeda dengan Pengendalian
sebab hanya terjadi pada pembinaan guru-guru terutama dalam memperbaiki pembelajaran.
Konsep
supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, karena inspeksi lebih
menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih
menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan
kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena bersifat demokratis.
Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asl-usul
(etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam
perkataan itu (semantik).
1.
Etimologi
Istilah supervisi
diambil dalam perkataan bahasa Inggris “Supervision” artinya pengawasan
dibidang pendidikan. Orang ynag melakukan supervisi disebut supervisor.
2.
Morfologis
Supervisi dapat
dijelaskan menurut bentuk perkataannya. Suprvisi terdiri dari dua kata, yaitu Super
yang berarti atas, lebih dan Visi yang berarti lihat, tilik, awasi. Seorang
supervisor memang mempunyai posisi diatas atau mempunayai kedudukan yang lebih
tinggi dari orang yang di supervisi
3.
Semantik
Pada hakekatnya
isi yang terkandung dalam definisi yang rumusannya tenmtang sesuatu tergantung
dari orang yang mendefinisikannya.
Menurut
beberapa ahli pendidikan pengertian Supervisi Pendidikan adalah:
1.
Carter
V. Good dalam bukunya, Dictionary of Education
Sebagaimana
yang dikutip oleh Burhanuddin, memberikan pengertian bahwa supervisi pendidikan
adalah usaha dari seorang kepala atau atasan untuk memimpin atau membantu
guru-guru dan petugas lainnya dalam memperbaiki kinerja, pengajaran termasuk
menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan, dan perkembangan guru-guru dan
merefisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode mengajar
serta evaluasi pengajaran.
2.
Konsep
supervisi modern dari Kimball Willes (1967)
“Supervision is
assistance in the development of a better teaching, learning situation”.
Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih
baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan
situasi belajar-mengajar. (goal, material, technique, method, teacher, student,
an environment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki da
ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan
kegiatan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran.
3.
Depdiknas
(1994)
Supervisi merupakan:
“Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat
menungkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang baik.
4.
Willes
secara singkat telah merumuskan
Bahwa supervisi
sebagia bantuan pengembangan situasi belajar agar lebih baik. Adam dan Dickey
merumuskan bahwa supervisi sebagai pelayanan, khusunya menyangkut perbaikan
proses belajar-mengajar.
5.
Supervisi
Pendidikan secar umum adalah
Upaya mebina
guru dalam mengembangkan proses pembelajaran yang mencakup;
a). Materi
pembelajaran
b). Proses
pembelajaran
c). Kecakapan
hidup yang dibutuhkan
d). Tingkat
kompetensi guru
e). Kondisi
Siswa
Dan
dari sekian banyak pengertian ahli pakar pendidikan maka dapat disimpulkan
bahwa Supervisi adalah: “Usaha untuk membantu, membina, membimbing dan
mengarahkan seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk
mengembangkan situasi belajar-mengajar dengan lebih baik. Dengan demikian, supervisi
ditujuakan kepada penciptaan atau pengembangan situasi belajar-mengajar yang
lebih baik.
Untuk
hal itu ada dua aspek yang perlu diperhatikan:
1.
Pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar
2.
Hal-hal
yang menunjang kegiatan belajar-mengajar
Karena
aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas ke-supervisian harus lebih diarahkan
kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola
kegiatan belajar-mengajar
Tidak
berbeda dengan supervisi secara umum, Supervisi Pendidikan Islam adalah suatu
usaha untuk membantu para guru dan staf sekolah lainnya dalam segala hal,
khususnya yang terkait dengan kegiatan-kegiatan edukatif dan administrative
yang dilaksanakan dengan secara sistematis, demokratis, dan kooperatif agar
dapat mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif dan efisien.
Sistem
Supervisi Pendidikan Islam ialah upaya untuk meningkatkan mutu supervisi
pendidikan dan pengajaran di madrasah, serta perbaikan dan perkembangan proses
supevisi secara total, bahwa tujuan Supervisi Pendidikan Islam tidak hanya
untuk memperbaiki mutu mengajar guru tetapi juga membina pertumbuhan
fasilitas-fasilitas pembelajaran yang baik kepada semua peserta didik. Sistem supervisi
yang dilakukan dengan kesungguhan dan komitment yang kuat atas dasar tujuan
yang jelas akan mampu menciptakan institusi pendidikan yang bermutu.
Tujuan
supervisi pada akhirnya dalah ditujukan untuk meningkatkan kualitas para siswa.
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Sergiovanni (1983) bahwa tujuan supervisi
adalah:
1.
Tujuan
akhir adalah untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan para siswa (yang
bersifat total).
2.
Tujuan
kedua adalah untuk membantu Kepala Sekolah dalam menyesuaikan program
pendidikan dari waktu ke waktu secara continue (dalam rangka menghadapi
tantangan perubahan zaman).
3.
Tujuan
dekat adalah bekerjasama mengembangkan proses belajar-mengajar.
4.
Tujuan
perantara adalah membina gur-guru agar dapat mendidik para siswa dengan lebih
baik atau menegakkan disiplin kerja secara manusiawi.
Supervisi
memiliki perbedaan fungsi dan tujuan, sebagaimana yang dijelaskan pada tabel
dibawah ini;
Fungsi
Supervisi
a)
Membantu
sekolah untuk menciptakan lulusan yang berkualitas
b)
Membantu
guru bekerjasama secara professional
c)
Membantu
sekolah bekerja sama dengan masyarakat
Tujuan
Supervisi
a)
Membantu
menciptakan lulusan yang optimal dalam kualitas dan kuantitas
b)
Membantu
guru mengembangkan profesi, pribadi, sosial
c)
Membantu
Kepala Sekolah dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas lulusan
d)
Ikut
meningkatkan kerja sama dengan masyarakat atau komite sekolah.
Kegiatan
Supervisi Pendidikan Islam disekolah umum lebih ditekankan pada segi teknis
kependidikan, sedangkan di sekolah mencakup segi teknis pendidikan dan teknis
administrasi dalam rangka membantu pengelolaan sekolah.
Sedangkan
fungsi dan tujuan Supervisi Pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan supervisi
Pendidikan. Fungsi Supervisi Pendidikan Islam adalah;
1). Membantu sekolah dalam menciptakan lulusan yang berkualitas
2). Membantu guru bekerja secara professional
3). Membantu sekolah bekerjasama dengan masyarakat
Peran Supervisi Pendidikan Islam
yaitu:
1)
Membantu
menciptakan lulusan sekolah yang optimal dalam kuantitas dan kualitas
2)
Membantu
guru mengembangkan profesi, pribadi, sosial
3)
Membantu
Kepala Sekolah dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas lulusan
4)
Ikut
meningkatkan kerjasama dengan masyarakat atau komite sekolah
C.
Masalah-masalah Ke-supervisian Kontemporer
Dari
sekian masalah, terdapat tiga masalah yang sangat urgent, yaitu:
1.
Banyaknya
kalangan guru atau Kepala Sekolah sendiri belum mengenal istilah supervisi; konsep, peran,
tujuan serta fungsinya
2.
Petugas
pengawas yang ditentukan Dinas kurang memenuhi syarat kompetensi karena
penunjukan cenderung berdasarkan tingkat kesenioran (PNS yang tua hampir
pensiun) bukan didasarkan kemampuan
3.
Kepala
Sekolah selaku supervisor utama kebanyakan tidak memenuhi standar pengawas,
karena hanya pintar dalam perencanaan tetapi kurang dalam pelaksanaan apalagi
dalam hal tindak lanjut.
4.
Aturan
birokrasi pendidikan (in Java) terlalu menjerat sehingga menimbulkan efek samping
yaitu munculnya praktek “Bribery” antar kalangan baik supervisor maupun yang di supervisi,
selain itu birokrasi pemerintah menyebabkan ruang lingkup tugas supervisor
terbatas.
5.
Bagi
supervisor di daerah kurang ideal dalam menjalankan teknik supervisi, mayoritas
mereka menggunakan teknik supervisi kunjungan klas, padahal banyak guru baru
atau mayoritas dari mereka belum pernah di supervisi sama sekali.
6.
Tidak
diragukan lagi, banyak guru takut untuk meminta bantuan dari supervisor karena
mereka percaya dengan meng-ekxpose masalah dengan pengajaran mereka, mereka
mengundang evaluasi rendah dari pekerjaan mereka
7.
Penetapan
supervisor bidang studi dan supervisor personalia tidak ada. Karena pemerintah
berpandangan bahwa Kepala Sekolah dapat mengatasi masalah ini, padahal tidak
semua Kepala Sekolah ahli dalam bidang sudi.
Sedangkan
mengenai kajian tentang sikap guru terhadap supervisi menjadi perhatian oleh
Neagley dan Evans (dalam Mantja, 1998) dengan merujuk sejumlah hasil penelitian
beberapa pakar supervisi pengajaran. Temuan-temuan yang dilaporkan, amtara
lain:
1.
Supervisi
yang efektif harus didasarkan atas dasar prinsip-prinsip yang sesuai dengan
perubahan sosial dan dinamika kelompok
2.
Para
guru menghendaki supervisi dari Kepala Sekolah sebagaimana yang seharusnya
dikerjakan oleh tenaga personil yang berjabatan supervisor
3.
Kepala
Sekolah tidak melakukan supervisi dengan baik
4.
Semua
guru membutuhkan supervisi dan mengharapkan untuk di supervisi
5.
Para
guru lebih menghargai dan menilai secara positif perilaku supervisor yang
‘hangat”, saling mempercayai, bersahabat dan menghargai guru
6.
Supervisi
dianggap bermanfaat bila direncanakan dengan baik, supervisor menunjukan sifat
membantu dan menyediakan model-model pengajaran yang efektif
7.
Supervisor
memberikan peran serta yang cukup tinggi kepada guru untuk pengambilan
keputusan dalam wawancara supervisi
8.
Supervisor
mengutamakan pengembangan keterampilan hubungan “humanism”, sepeti halnya
dengan keterampilan dan ketekunan
9.
Supervisor
seharusnya menciptakan iklim organisasional yang terbuka, yang memungkinkan
kemantapan hubungan yang saling menunjang (supportive).
Dari
berbagai masalah dalam ke-supervisian pada akhirnya akan menjadi
kendala-kendala teknis dalam implementasi supervisi dalam dunia pendidikan.
Dengan demikian kita mengenal serta dapat memetakan masalah tersebut dalam
beberapa kategori sebagaimana dibawah ini:
1.
Supervisor
tidak mengkomunikasikan rencana/program supervisinya kepada para guru sebagai
subyek supervisi.
2.
Fokus
supervisi hanya terarah pada aspek administrasi, kurang menyentuh pada
pengembangan kemampuan guru dalam mengelolal proses belajar-mengajar.
3.
Supervisor
tidak melaksanakan kunjungan kelas secara rutin
4.
Supervisor
tidak mendominasi pembicaraan dan berjalan satu arah.
5.
Tidak
ada penilaian umpan balik
6.
Supervisir
tidak pernah meminta kepada guru untuk memberikan komentar maupun penilain
terhadap supervisi yang telah dilaksanakan.
Apabila
supervisor mampu menjlankan tugas dengan baik, dengan memperhatikan
masalah-maslah yang biasa muncul dalam ke-supervisian, maka kendala-kendala
diatas bisa di minimalisir sehingga tahapan-tahapan yang telah disusun dapat
terlaksana dengan baik.
Supervisi
yang baik akan menghasikan pola kinerja yang baik, jika supervisi dilakukan
dengan cara dan metode yang benar pula, tentu ini menuntut pengetahuan yang
benar pula bagi para supervisor dalam melaksanakan tugasnya. Untuk mempermudah
Kepala Sekolah dalam pelaksanaan kegiatan supervisi diperlukan teknik-teknik supervisi.
Para ahli berbeda-beda dalam merumuskan tahapan teknik-teknik supervisi akan
tetapi pada dasarnya tetap sama.
Secara
sederhana kegiatan supervisi bisa dilakukan dengan berbagi teknik yang dianggap
tepat, meengacu pada situasi dan kondisi sekolah tersebut. Diantara ragam
kegiatan suopervisi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1
1.
Kunjungan
kelas
2.
Pembicaraan
individual
3.
Diskusi
kelompok
4.
Demontarsi
kelompok
5.
Kunjunagan
kelas antar guru
6.
Pengembangan
kurikulum
7.
Buletin
supervisi
8.
Perpustakaan
professional
9.
Lokakarya
10.
Surfey
sekolah-masyarakat
Dengan
demikian teknik supervisi sangat penting untuk dikuasi oleh kepala sekolah,
tanpa pengasaan teknik dalam pelaksanaannya tidak akan berjalan dengan baik.
Teknik supervisi akan lebih memudahkan pencapaian sasaran-sasaran dari
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, penerapan teknik dari supervisi
merupakan wujud dari kemajuan sekilah untuk berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Soebagyo
Atmodiwiryo. 2011. Manajemen Pengawasan (Supervisi Kepala Sekolah).
Jakarta: PT. Ardadizya, hal.230
Made Pidarta.
2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipt, hal. 12
http://pujakesuma-blogspotcom.blogspot.com/2011/05/prosedur -pengembangan-sitem-supervisi.html diakses tanggal 04/03/2012
Binti
Maunah.2009.Supervisi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Penerbit Teras,
hal.281
Tidak ada komentar:
Posting Komentar