Total Tayangan Halaman

Jumat, 12 Oktober 2012

IMPLEMENTASI SUPERVISI PENDIDIKAN ISLAM (in Java)

free download





PENDAHULUAN


Sejak reformasi industri bergema, pada abad ke 18 segala aspek organisasi memerlukan kegiatan inspeksi. Memasuki abad ke 19, mengikuti perkembangannya istilah inspeksi berubah menjadi supervisi. Kegiatan supervisi berkaitan erat dengan kegiatan manajemen, khususnya perancanaa. Peran dan fungsi supervisi kian terasa dalam segala aspek kegiatan yang tidak terkecuali pendidikan.
Dalam dunia pendidikan peranan supervisi tidak pernah sederhana, orang yang bertugas mensupervisi kita kenal dengan sebutan “supervisor”. Sebagai bagian dari manajemen pendidikan, supervisor memainkan peran crutial dalam tercapainya tanggung jawab dan pekerjaan yang berat lagi menantang, karena selain bertanggung jawab atas dirinya sendiri dia juga bertanggung jawab atas orang lain.
Di Indonesia, kegiatan Supervisi masuk pertama kali pada zaman penjajahan Belanda telah mengalami perkembangan. Meski terbilang lamban, perlahan tapi pasti kegiatan supervisi menemukan posisinya sebagai “alat ampuh” tercapainya visi dan misi Pendidikan Nasional.
Peningkatan mutu pendidikan merupakan tugas yang tidak mudah karena dipengaruhi oleh berbagai factor seperti mutu masukan pendidikan, mutu sumber daya pendidikan, mutu guru dan pengelola pendidikan, mutu proses pembelajaran, kemampuan pengelolaan pendidikan mengantisipasi dan menangani berbagai pengaruh lingkunagn pendidikan.
Selain itu, supervisi tidak hanya menangani masalah profesionalitas guru tetapi juga menyangkut segi fisik seperti pengelolaan dana, pegawai, bangunan, alat dan fasilitas lainnya. Dengan demikian semakin kompleks pula masalah yang timbul dilapangan. Yang paling nyata adalah guru selaku target man supervisor bahkan kepala supervisor sendiri kurang paham akan kegiatan supervisi itu sendiri, ditambah pula dengan kurang optimalnya peran supervisor dilapangan.
Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. Kesupervisian berpengaruh terhadap ke-efektifan program tersebut. Oleh karena itu, supervisi haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.

Berangkat dari realitas yang terjadi seperti yang sudah tersebut diatas, maka diperlukan sebuah penjelasan secara rinci dan mendetail tentang supervisi pendidikan agar para pendidik dapat memahami betapa perlu dan pentingnya supervisi dalam pendidikan.



A.    Pengertian Supervisi

Istilah supervisi mempunayi pengertian yang berbeda-beda tergnatung dari sisi mana orang membaca, mendengar atau menafsirkannya, istilah itu sesuai dengan penggolongan, kebutuhan dan tujuannya
Pergeseran makna telah terjadi semenjak muncul pertama kali yaitu “inspeksi” menjadi pengawasan, pengendalian yang terakhir yaitu istilah supervisi. Selanjutnya akan diterangkan perbedaan pengawasan, pengendalian  dan supervisi yang terangkum dalam tabel dibawah ini.


Pengawasan
Istilah pengawasan bertalian dengan administrasi. Mengamati dan mencatat segala Sesutu yang ada dilapangan kemudian hasilnya dibawa dan diserahkan kepada Kepala Sekolah selaku administrator. Hasil catatan selanjutnya menjadi bahan musyawarah guru untuk perkembangan kedepan


Pengendalian
Istilah Pengandalian bertalian dengan manajemen. Setelah perencanaan selesai dilakukan lalu di organisasi, diaktifksn para personalia yang hasil kerjanya dikendalikan. Kata Pengendalian  mengacu pada aktivitas langsung member pengarahan dan pembetulan apabila menemukan esalahan di lapangan.

Supervisi
Ha,pir sama dengan Pengendalian sebab perbaikan atas kesalahan yang ditemukan langsung diperbaiki setelah pembelajaran selesai. Namun ia berbeda dengan Pengendalian sebab hanya terjadi pada pembinaan guru-guru terutama dalam memperbaiki pembelajaran.


Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, karena inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena bersifat demokratis. Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asl-usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu (semantik).

1.      Etimologi
Istilah supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “Supervision” artinya pengawasan dibidang pendidikan. Orang ynag melakukan supervisi disebut supervisor.
2.      Morfologis
Supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk perkataannya. Suprvisi terdiri dari dua kata, yaitu Super yang berarti atas, lebih dan Visi yang berarti lihat, tilik, awasi. Seorang supervisor memang mempunyai posisi diatas atau mempunayai kedudukan yang lebih tinggi dari orang yang di supervisi
3.      Semantik
Pada hakekatnya isi yang terkandung dalam definisi yang rumusannya tenmtang sesuatu tergantung dari orang yang mendefinisikannya.


Menurut beberapa ahli pendidikan pengertian Supervisi Pendidikan adalah:

1.      Carter V. Good dalam bukunya, Dictionary of Education
Sebagaimana yang dikutip oleh Burhanuddin, memberikan pengertian bahwa supervisi pendidikan adalah usaha dari seorang kepala atau atasan untuk memimpin atau membantu guru-guru dan petugas lainnya dalam memperbaiki kinerja, pengajaran termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan, dan perkembangan guru-guru dan merefisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode mengajar serta evaluasi pengajaran.
2.      Konsep supervisi modern dari Kimball Willes (1967)
“Supervision is assistance in the development of a better teaching, learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar-mengajar. (goal, material, technique, method, teacher, student, an environment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki da ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan kegiatan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.
3.      Depdiknas (1994)
Supervisi merupakan: “Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat menungkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang baik.
4.      Willes secara singkat telah merumuskan
Bahwa supervisi sebagia bantuan pengembangan situasi belajar agar lebih baik. Adam dan Dickey merumuskan bahwa supervisi sebagai pelayanan, khusunya menyangkut perbaikan proses belajar-mengajar.
5.      Supervisi Pendidikan secar umum adalah
Upaya mebina guru dalam mengembangkan proses pembelajaran yang mencakup;
a). Materi pembelajaran
b). Proses pembelajaran
c). Kecakapan hidup yang dibutuhkan
d). Tingkat kompetensi guru
e). Kondisi Siswa


Dan dari sekian banyak pengertian ahli pakar pendidikan maka dapat disimpulkan bahwa Supervisi adalah: “Usaha untuk membantu, membina, membimbing dan mengarahkan seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar dengan lebih baik. Dengan demikian, supervisi ditujuakan kepada penciptaan atau pengembangan situasi belajar-mengajar yang lebih baik.

Untuk hal itu ada dua aspek yang perlu diperhatikan:
1.      Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar
2.      Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar-mengajar




Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas ke-supervisian harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar-mengajar
Tidak berbeda dengan supervisi secara umum, Supervisi Pendidikan Islam adalah suatu usaha untuk membantu para guru dan staf sekolah lainnya dalam segala hal, khususnya yang terkait dengan kegiatan-kegiatan edukatif dan administrative yang dilaksanakan dengan secara sistematis, demokratis, dan kooperatif agar dapat mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif dan efisien.



       B. Sistem, Fungsi dan Tujuan Supervisi Pendidikan Islam

Sistem Supervisi Pendidikan Islam ialah upaya untuk meningkatkan mutu supervisi pendidikan dan pengajaran di madrasah, serta perbaikan dan perkembangan proses supevisi secara total, bahwa tujuan Supervisi Pendidikan Islam tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru tetapi juga membina pertumbuhan fasilitas-fasilitas pembelajaran yang baik kepada semua peserta didik. Sistem supervisi yang dilakukan dengan kesungguhan dan komitment yang kuat atas dasar tujuan yang jelas akan mampu menciptakan institusi pendidikan yang bermutu.
Tujuan supervisi pada akhirnya dalah ditujukan untuk meningkatkan kualitas para siswa. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Sergiovanni (1983) bahwa tujuan supervisi adalah:
1.      Tujuan akhir adalah untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan para siswa (yang bersifat total).
2.      Tujuan kedua adalah untuk membantu Kepala Sekolah dalam menyesuaikan program pendidikan dari waktu ke waktu secara continue (dalam rangka menghadapi tantangan perubahan zaman).
3.      Tujuan dekat adalah bekerjasama mengembangkan proses belajar-mengajar.
4.      Tujuan perantara adalah membina gur-guru agar dapat mendidik para siswa dengan lebih baik atau menegakkan disiplin kerja secara manusiawi.

Supervisi memiliki perbedaan fungsi dan tujuan, sebagaimana yang dijelaskan pada tabel dibawah ini;

Fungsi Supervisi
a)      Membantu sekolah untuk menciptakan lulusan yang berkualitas
b)      Membantu guru bekerjasama secara professional
c)      Membantu sekolah bekerja sama dengan masyarakat




Tujuan Supervisi
a)      Membantu menciptakan lulusan yang optimal dalam kualitas dan kuantitas
b)      Membantu guru mengembangkan profesi, pribadi, sosial
c)      Membantu Kepala Sekolah dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas lulusan
d)     Ikut meningkatkan kerja sama dengan masyarakat atau komite sekolah.


Kegiatan Supervisi Pendidikan Islam disekolah umum lebih ditekankan pada segi teknis kependidikan, sedangkan di sekolah mencakup segi teknis pendidikan dan teknis administrasi dalam rangka membantu pengelolaan sekolah.

Sedangkan fungsi dan tujuan Supervisi Pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan supervisi Pendidikan. Fungsi Supervisi Pendidikan Islam adalah;
1). Membantu sekolah dalam menciptakan lulusan yang berkualitas
2). Membantu guru bekerja secara professional
3). Membantu sekolah bekerjasama dengan masyarakat

Peran Supervisi Pendidikan Islam yaitu:
1)        Membantu menciptakan lulusan sekolah yang optimal dalam kuantitas dan kualitas
2)        Membantu guru mengembangkan profesi, pribadi, sosial
3)        Membantu Kepala Sekolah dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas lulusan
4)        Ikut meningkatkan kerjasama dengan masyarakat atau komite sekolah













C.    Masalah-masalah Ke-supervisian Kontemporer

Dari sekian masalah, terdapat tiga masalah yang sangat urgent, yaitu:

1.      Banyaknya kalangan guru atau Kepala Sekolah sendiri belum     mengenal istilah supervisi; konsep, peran, tujuan serta fungsinya
2.      Petugas pengawas yang ditentukan Dinas kurang memenuhi syarat kompetensi karena penunjukan cenderung berdasarkan tingkat kesenioran (PNS yang tua hampir pensiun) bukan didasarkan kemampuan
3.      Kepala Sekolah selaku supervisor utama kebanyakan tidak memenuhi standar pengawas, karena hanya pintar dalam perencanaan tetapi kurang dalam pelaksanaan apalagi dalam hal tindak lanjut.
4.      Aturan birokrasi pendidikan (in Java) terlalu menjerat sehingga menimbulkan efek samping yaitu munculnya praktek “Bribery” antar kalangan baik supervisor maupun yang di supervisi, selain itu birokrasi pemerintah menyebabkan ruang lingkup tugas supervisor terbatas.
5.      Bagi supervisor di daerah kurang ideal dalam menjalankan teknik supervisi, mayoritas mereka menggunakan teknik supervisi kunjungan klas, padahal banyak guru baru atau mayoritas dari mereka belum pernah di supervisi sama sekali.
6.      Tidak diragukan lagi, banyak guru takut untuk meminta bantuan dari supervisor karena mereka percaya dengan meng-ekxpose masalah dengan pengajaran mereka, mereka mengundang evaluasi rendah dari pekerjaan mereka
7.      Penetapan supervisor bidang studi dan supervisor personalia tidak ada. Karena pemerintah berpandangan bahwa Kepala Sekolah dapat mengatasi masalah ini, padahal tidak semua Kepala Sekolah ahli dalam bidang sudi.


Sedangkan mengenai kajian tentang sikap guru terhadap supervisi menjadi perhatian oleh Neagley dan Evans (dalam Mantja, 1998) dengan merujuk sejumlah hasil penelitian beberapa pakar supervisi pengajaran. Temuan-temuan yang dilaporkan, amtara lain:
1.      Supervisi yang efektif harus didasarkan atas dasar prinsip-prinsip yang sesuai dengan perubahan sosial dan dinamika kelompok
2.      Para guru menghendaki supervisi dari Kepala Sekolah sebagaimana yang seharusnya dikerjakan oleh tenaga personil yang berjabatan supervisor
3.      Kepala Sekolah tidak melakukan supervisi dengan baik
4.      Semua guru membutuhkan supervisi dan mengharapkan untuk di supervisi
5.      Para guru lebih menghargai dan menilai secara positif perilaku supervisor yang ‘hangat”, saling mempercayai, bersahabat dan menghargai guru
6.      Supervisi dianggap bermanfaat bila direncanakan dengan baik, supervisor menunjukan sifat membantu dan menyediakan model-model pengajaran yang efektif
7.      Supervisor memberikan peran serta yang cukup tinggi kepada guru untuk pengambilan keputusan dalam wawancara supervisi
8.      Supervisor mengutamakan pengembangan keterampilan hubungan “humanism”, sepeti halnya dengan keterampilan dan ketekunan
9.      Supervisor seharusnya menciptakan iklim organisasional yang terbuka, yang memungkinkan kemantapan hubungan yang saling menunjang (supportive).

Dari berbagai masalah dalam ke-supervisian pada akhirnya akan menjadi kendala-kendala teknis dalam implementasi supervisi dalam dunia pendidikan. Dengan demikian kita mengenal serta dapat memetakan masalah tersebut dalam beberapa kategori sebagaimana dibawah ini:

1.      Supervisor tidak mengkomunikasikan rencana/program supervisinya kepada para guru sebagai subyek supervisi.
2.      Fokus supervisi hanya terarah pada aspek administrasi, kurang menyentuh pada pengembangan kemampuan guru dalam mengelolal proses belajar-mengajar.
3.      Supervisor tidak melaksanakan kunjungan kelas secara rutin
4.      Supervisor tidak mendominasi pembicaraan dan berjalan satu arah.
5.      Tidak ada penilaian umpan balik
6.      Supervisir tidak pernah meminta kepada guru untuk memberikan komentar maupun penilain terhadap supervisi yang telah dilaksanakan.

Apabila supervisor mampu menjlankan tugas dengan baik, dengan memperhatikan masalah-maslah yang biasa muncul dalam ke-supervisian, maka kendala-kendala diatas bisa di minimalisir sehingga tahapan-tahapan yang telah disusun dapat terlaksana dengan baik.
Supervisi yang baik akan menghasikan pola kinerja yang baik, jika supervisi dilakukan dengan cara dan metode yang benar pula, tentu ini menuntut pengetahuan yang benar pula bagi para supervisor dalam melaksanakan tugasnya. Untuk mempermudah Kepala Sekolah dalam pelaksanaan kegiatan supervisi diperlukan teknik-teknik supervisi. Para ahli berbeda-beda dalam merumuskan tahapan teknik-teknik supervisi akan tetapi pada dasarnya tetap sama.
Secara sederhana kegiatan supervisi bisa dilakukan dengan berbagi teknik yang dianggap tepat, meengacu pada situasi dan kondisi sekolah tersebut. Diantara ragam kegiatan suopervisi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1
1.      Kunjungan kelas
2.      Pembicaraan individual
3.      Diskusi kelompok
4.      Demontarsi kelompok
5.      Kunjunagan kelas antar guru
6.      Pengembangan kurikulum
7.      Buletin supervisi
8.      Perpustakaan professional
9.      Lokakarya 
10.  Surfey sekolah-masyarakat

Dengan demikian teknik supervisi sangat penting untuk dikuasi oleh kepala sekolah, tanpa pengasaan teknik dalam pelaksanaannya tidak akan berjalan dengan baik. Teknik supervisi akan lebih memudahkan pencapaian sasaran-sasaran dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, penerapan teknik dari supervisi merupakan wujud dari kemajuan sekilah untuk berkembang.






DAFTAR PUSTAKA



Soebagyo Atmodiwiryo. 2011. Manajemen Pengawasan (Supervisi Kepala Sekolah). Jakarta: PT. Ardadizya, hal.230

Made Pidarta. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipt, hal. 12



Binti Maunah.2009.Supervisi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Penerbit Teras, hal.281
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar