Total Tayangan Halaman

Sabtu, 28 April 2012

Pengertian Penelitian Kualitatif dan Penelitian Kuantitaif



Menurut Strauss dan Corbin (1997: 11-13), yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.
Bogdan dan Taylor (1992: 21-22) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yng menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasil kan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perpektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang kenyataan-kenyataan (Hadjar, 1996 dalam Basrowi dan Sukidin, 2002: 2).

Konsep dan Ragam Penelitian Kualitatif
Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miler (1986: 9) pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu pengamat pengamat mulai mencatat atau menghitung dari satu, dua, tiga dan seterusnya. Berdasarkan pertimbangan dangkal demikian, kemudian peneliti menyatakan bahwa penelitian kuantitatif mencakup setiap penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata dan perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka atau kuantitas.
Di pihak lain kualitas menunjuk pada segi alamiah yang dipertentangkan dengan kuantum atau jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Pemahaman yang demikian tidak selamanya benar, karena dalam perkembangannya ada juga penelitian kualitatif yang memerlukan bantuan angka-angka seperti untuk mendeskripsikan suatu fenomena maupun gejala yang diteliti.
Dalam perkembangan lebih lanjut ada sejumlah nama yang digunakan para ahli tentang metodologi penelitian kualitatif (Noeng Muhadjir. 2000: 17) seperti : interpretif grounded research, ethnometodologi, paradigma naturalistik, interaksi simbolik, semiotik, heuristik, hermeneutik, atau holistik, yang kesemuanya itu tercakup dalam klasifikasi metodologi penelitian postpositivisme phenomenologik interpretif.
Berdasarkan beragam istilah maupun makna kualitatif, dalam dunia penelitian istilah penelitian kualitatif setidak-tidaknya memiliki dua makna, yakni makna dari aspek filosofi penelitian dan makna dari aspek desain penelitian.
Pengertian penelitian kualitatif lainnya:
“Qualitative research is a loosely defined category of research designs or models, all of which elicit verbal, visual, tactile, olfactory, and gustatory data in the form of descriptive narratives like field notes, recordings, or other transcriptions from audio- and videotapes and other written records and pictures or films.” –Judith Preissle
Penelitian kualitatif juga disebut dengan: interpretive research, naturalistic research, phenomenological research (meskipun ini disebut sebagai jenis dari penelitian kualitaif yang dipakai penelitian deskriptif).

Perbedaan Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif
Penelitian untuk membuktikan atau menemukan sebuah kebenaran dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu kantitatif maupun kualitatif. Kebenaran yang di peroleh dari dua pendekatan tersebut memiliki ukuran dan sifat yang berbeda.
Pendekatan kuantitatif lebih menitik beratkan pada frekwensi tinggi sedangkan pada pendekatan kualitatif lebih menekankan pada esensi dari fenomena yang diteliti. Kebenaran dari hasil analisis penelitian kuantitatif bersifat nomothetik dan dapat digeneralisasi sedangkan hasil analisis penelitian kualitatif lebih bersifat ideographik, tidak dapat digeneralisasi.
Hasil analisis penelitian kualitatif naturalistik lebih bersifat membangun, mengembangkan maupun menemukan terori-teori sosial sedangkan hasil analisis kuantitatif cenderung membuktikan maupun memperkuat teori-teori yang sudah ada.

Perbedaan klasik antara kualitatif dan kuantitatif
Qualitative Research Quantitative Research

• phenomenological
• inductive
• holistic
• subjective/insider centered
• process oriented
• anthropological worldview
• relative lack of control
• goal: understand actor’s view
• dynamic reality assumed; “slice of life”
• discovery oriented
• explanatory • positivistic
• hypothetico/deductive
• particularistic
• objective/outsider centered
• outcome oriented
• natural science worldview
• attempt to control variables
• goal: find facts & causes
• static reality assumed; relative constancy in life
• verification oriented
• confirmatory


Diadaptasi dari Cook and Reichardt (1979)
Tetapi kesimpulan di sini masih terdapat dikotomi karena tidak menerangkan karakter khusus dari masing-masing jenis penelitian.
Metode Kuantitatif menggunakan angka-angka dan data staistik, seperti: experiments, correlational studies using surveys & standardized observational protocols, simulations, supportive materials for case study.
Yang biasanya ditandai dengan: 1. Observe events, 2. Tabulate, 3. Summarize data, 4. Analyze, 5. Draw conclusions
Sedangkan kualitatif menggunakan deskripsi dan kategori dalam wujud kata-kata, seperti: open-ended interviews, naturalistic observation (common in anthropology), document analysis, case studies/life histories, descriptive dan self-reflective supplements to experiments serta correlational studies.
Dengan ciri-ciri umum:
1. Observe events (ask questions with open-ended answers)
2. Record/log what is said and/or done
3. Interpret (personal reactions, hypotheses, monitor methods)
4. Return to observe
5. Formal theorizing (speculations and hypotheses)
6. Draw conclusions

Tiga proses yang dipakai
1.      Detail tapi open-ended interviews
2.      2. Observasi langsung
3.      3. Menulis dokumen (dengan kata bukan angka)
4.      Ditinjau dari sisi kemudahan
• kuantitatif, cukup dengan menggunakan software statistik tertentu lewat media komputer (meski harus tetap mengetahui proses statistik).
• Kualitatif, menganalisis konsep-konsep (bukan hanya satu prosedur)
• Kualitatif menggunakan banyak buku sebagai sumber analisa.
• Kuantitatif, cukup dengan mempelajari 2-3 artikel.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat ilmiah dan juga sistematis sebagaimana penelitian kuantitatif sekalipun dalam pemilihan sample tidak seketat dan serumit penelitian kuantitatif.
Dalam memilih sample penelitian kualitatif menggunakan teknik non probabilitas, yaitu suatu teknik pengambilan sample yang tidak didasarkan pada rumusan statistik tetapi lebih pada pertimbangan subyektif peneliti dengan didasarkan pada jangkauan dan kedalaman masalah yang ditelitinya.
Lebih lanjut pada penelitian kualitatif tidak ditujukan untuk menarik kesimpulan suatu populasi melainkan untuk mempelajari karakteristik yang diteliti, baik itu orang ataupun kelompok sehingga keberlakukan hasil penelitian tersebut hanya untuk orang atau kelompok yang sedang diteliti tersebut.
Perbedaan Antara Penelitian Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
Kebutuhan pemahaman yang benar dalam menggunakan pendekatan, metode ataupun teknik untuk melakukan penelitian merupakan hal yang penting agar dapat dicapai hasil yang akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah ditentukan sebelumnya. PErbedaan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yaitu:

1. Konsep yang berhubungan dengan pendekatan

Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir; oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan.

 Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat praktis.
Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masing-masing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya.

2. Dasar Teori
Jika kita menggunakan pendekatan kualitatif, maka dasar teori sebagai pijakan ialah adanya interaksi simbolik dari suatu gejala dengan gejala lain yang ditafsir berdasarkan pada budaya yang bersangkutan dengan cara mencari makna semantis universal dari gejala yang sedang diteliti. Pada mulanya teori-teori kualitatif muncul dari penelitian-penelitian antropologi , etnologi, serta aliran fenomenologi dan aliran idealisme. Karena teori-teori ini bersifat umum dan terbuka maka ilmu social lainnya mengadopsi sebagai sarana penelitiannya.
Lain halnya dengan pendekatan kuantitatif, pendekatan ini berpijak pada apa yang disebut dengan fungsionalisme struktural, realisme, positivisme, behaviourisme dan empirisme yang intinya menekankan pada hal-hal yang bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata.

3. Tujuan
Tujuan utama penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ialah mengembangkan pengertian, konsep-konsep, yang pada akhirnya menjadi teori, tahap ini dikenal sebagai “grounded theory research”.
Sebaliknya pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan antar variable, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan hasilnya.

4. Desain
Melihat sifatnya, pendekatan kualitatif desainnya bersifat umum, dan berubah-ubah / berkembang sesuai dengan situasi di lapangan. Kesimpulannya, desain hanya digunakan sebagai asumsi untuk melakukan penelitan, oleh karena itu desain harus bersifat fleksibel dan terbuka.
Lain halnya dengan desain penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, desainnya harus terstruktur, baku, formal dan dirancang sematang mungkin sebelumnya. Desainnya bersifat spesifik dan detil karena desain merupakan suatu rancangan penelitian yang akan dilaksanakan sebenarnya. Oleh karena itu, jika desainnya salah, hasilnya akan menyesatkan. Contoh desain kuantitatif: ex post facto dan desain experimental yang mencakup diantaranya one short case study, one group pretest, posttest design, Solomon four group design dll.nya.

5. Data
Pada pendekatan kualitatif, data bersifat deskriptif, maksudnya data dapat berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen, artefak dan catatan-catatan lapangan pada jsaat penelitian dilakukan.
Sebaliknya penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif datanya bersifat kuantitatif / angka-angka statistik ataupun koding-koding yang dapat dikuantifikasi. Data tersebut berbentuk variable-variajbel dan operasionalisasinya dengan skala ukuran tertentu, misalnya skala nominal, ordinal, interval dan ratio.

6. Sampel
Sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif karena pada pendekatan kualitatif penekanan pemilihan sample didasarkan pada kualitasnya bukan jumlahnya. Oleh karena itu, ketepatan dalam memilih sample merupakan salah satu kunci keberhasilan utama untuk menghasilkan penelitian yang baik. Sampel juga dipandang sebagai sample teoritis dan tidak representatif

Sedang pada pendekatan kuantitatif, jumlah sample besar, karena aturan statistik mengatakan bahwa semakin sample besar akan semakin merepresentasikan kondisi riil. Karena pada umumnya pendekatan kuantitatif membutuhkan sample yang besar, maka stratafikasi sample diperlukan . Sampel biasanya diseleksi secara random. Dalam melakukan penelitian, bila perlu diadakan kelompok pengontrol untuk pembanding sample yang sedang diteliti. Ciri lain ialah penentuan jenis variable yang akan diteliti, contoh, penentuan variable yang mana yang ditentukan sebagai variable bebas, variable tergantung, varaibel moderat, variable antara, dan varaibel kontrol. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat melakukan pengontrolan terhadap variable pengganggu.

7. Teknik
Jika peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka yang bersangkutan kan menggunakan teknik observasi terlibat langsung atau riset partisipatori, seperti yang dilakukan oleh para peneliti bidang antropologi dan etnologi sehingga peneliti terlibat langsung atau berbaur dengan yang diteliti. Dalam praktiknya, peneliti akan melakukan review terhadap berbagai dokumen, foto-foto dan artefak yang ada. Interview yang digunakan ialah interview terbuka, terstruktur atau tidak terstruktur dan tertutup terstruktur atau tidak terstruktur.
Jika pendekatan kuantitatif digunakan maka teknik yang dipakai akan berbentuk observasi terstruktur, survei dengan menggunakan kuesioner, eksperimen dan eksperimen semu. Dalam mencari data, biasanya peneliti menggunakan kuesioner tertulis atau dibacakan. Teknik mengacu pada tujuan penelitian dan jenis data yang diperlukan apakah itu data primer atau sekunder.

8. Hubungan dengan yang diteliti
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti tidak mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan yang dibangun didasarkan pada saling kepercayaan. Dalam praktiknya, peneliti melakukan hubungan dengan yang diteliti secara intensif. Apabila sample itu manusia, maka yang menjadi responden diperlakukan sebagai partner bukan obyek penelitian.
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif peneliti mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan ini seperti hubungan antara subyek dan obyek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat objektivitas yang tinggi. Pada umumnya penelitiannya berjangka waktu pendek.

9. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru, contoh dari model analisa kualitatif ialah analisa domain, analisa taksonomi, analisa komponensial, analisa tema kultural, dan analisa komparasi konstan (grounded theory research).

Analisa dalam penelitian kuantitatif bersifat deduktif, uji empiris teori yang dipakai dan dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara tuntas dengan menggunakan sarana statistik, seperti korelasi, uji t, analisa varian dan covarian, analisa faktor, regresi linear dll.nya.

Kesimpulan
Kedua pendekatan tersebut masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Pendekatan kualitatif banyak memakan waktu, reliabiltasnya dipertanyakan, prosedurnya tidak baku, desainnya tidak terstruktur dan tidak dapat dipakai untuk penelitian yang berskala besar dan pada akhirnya hasil penelitian dapat terkontaminasi dengan subyektifitas peneliti.

Pendekatan kuantitaif memunculkan kesulitan dalam mengontrol variable-variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap proses penelitian baik secara langsung ataupun tidak langsung. Untuk menciptakan validitas yang tinggi juga diperlukan kecermatan dalam proses penentuan sample, pengambilan data dan penentuan alat analisanya.

Memilih Penelitian Kualitatif: Sebuah Primer untuk Peneliti Teknologi Pendidikan

Marie C. Hoepfl

Sejumlah penulis telah berkomentar tentang kelangkaan penelitian substantif dalam bidang pendidikan teknologi, dan titik untuk perluasan agenda penelitian sebagai sarana untuk memperkuat disiplin. Waetjen, dalam panggilan-Nya untuk penelitian baik di bidang pendidikan teknologi, menyatakan bahwa "permohonan adalah menggunakan jenis penelitian eksperimental sebanyak mungkin" (1992, hal 30). Menariknya, tiga bidang penelitian perlu dijelaskan dalam esainya semua akan meminjamkan diri untuk metodologi alternatif, termasuk metodologi kualitatif.
Baru-baru ini, yang lain telah menyerukan perluasan jenis metode penelitian yang digunakan. Dari 220 laporan termasuk dalam's review Zuga pendidikan yang berhubungan dengan riset teknologi (1994), hanya 16 yang diidentifikasi memiliki menggunakan metode kualitatif, dan catatan Zuga bahwa banyak dari mereka penelitian dilakukan di luar Amerika Serikat. Johnson (1995) menunjukkan bahwa pendidik teknologi "terlibat dalam penelitian yang probe untuk pemahaman yang lebih dalam daripada menimbang fitur permukaan." Dia mencatat bahwa metodologi kualitatif adalah alat yang kuat untuk meningkatkan pemahaman kita mengajar dan belajar, dan bahwa mereka telah "memperoleh penerimaan meningkat dalam beberapa tahun terakhir" (hal. 4).

Ada alasan kuat untuk pemilihan metodologi kualitatif dalam arena penelitian pendidikan, namun banyak orang masih terbiasa dengan metode ini. Para peneliti dilatih dalam penggunaan desain kuantitatif menghadapi tantangan nyata ketika diminta untuk menggunakan atau mengajar penelitian kualitatif (Stallings, 1995). Ada, bagaimanapun, tubuh tumbuh sastra yang ditujukan untuk penelitian kualitatif dalam pendidikan, beberapa yang disintesis di sini.Tujuan artikel ini adalah untuk menguraikan alasan untuk memilih metodologi kualitatif, dan untuk memberikan pengenalan dasar dengan fitur dari jenis penelitian.

Paradigma Penelitian Kualitatif Kuantitatif Versus Para peneliti

Para peneliti telah lama memperdebatkan nilai relatif dan kuantitatif penyelidikan kualitatif (Patton, 1990). penyelidikan fenomenologis, atau penelitian kualitatif, menggunakan pendekatan naturalistik yang berusaha untuk memahami fenomena dalam konteks pengaturan khusus. positivisme logis, atau penelitian kuantitatif, menggunakan metode eksperimental dan ukuran kuantitatif untuk menguji generalisasi hipotesis. Masing-masing mewakili penyelidikan paradigma yang berbeda secara fundamental, dan tindakan peneliti didasarkan pada asumsi yang mendasari paradigma masing-masing.
penelitian kualitatif, didefinisikan secara luas, berarti "setiap jenis penelitian yang menghasilkan temuan tidak tiba di dengan menggunakan prosedur statistik atau cara lain dari kuantifikasi" (Strauss dan Corbin, 1990, hal 17). Dimana mencari penentuan peneliti kuantitatif kausal, prediksi, dan generalisasi dari temuan, peneliti kualitatif, bukan mencari pencerahan, pemahaman, dan ekstrapolasi untuk situasi yang sama. Analisis kualitatif menghasilkan jenis pengetahuan yang berbeda daripada penyelidikan kuantitatif.
Eisner menunjukkan bahwa semua pengetahuan, termasuk yang diperoleh melalui penelitian kuantitatif, yang dirujuk dalam kualitas, dan bahwa ada banyak cara untuk mewakili pemahaman kita tentang dunia:

Ada semacam kontinum yang bergerak dari fiksi yang "benar"-novel misalnya-untuk th e sangat dikontrol dan kuantitatif dijelaskan percobaan ilmiah. Bekerja di salah satu ujung kontinum ini memiliki kapasitas untuk menginformasikan secara signifikan. penelitian kualitatif dan evaluasi terletak menjelang akhir dari kontinum fiktif tanpa fiksi dalam arti sempit istilah Eisner 1991,, hlm 30-31).

Ini gema sentimen bahwa dari penulis sebelumnya. Cronbach (1975) menyatakan bahwa "tugas khusus dari ilmuwan sosial di setiap generasi adalah untuk pin down fakta kontemporer. Selain itu, ia saham dengan sarjana humanistik dan seniman dalam upaya untuk memperoleh informasi tentang hubungan kontemporer" (hal. 126).
Cronbach mengklaim bahwa penelitian statistik tidak dapat memperhitungkan efek interaksi banyak yang terjadi dalam pengaturan sosial. Dia memberikan beberapa contoh empiris "hukum" yang tidak terus benar dalam pengaturan yang sebenarnya untuk menggambarkan hal ini. Cronbach menyatakan bahwa "waktunya telah datang untuk mengusir hipotesis null," karena mengabaikan efek yang mungkin penting, tetapi yang tidak signifikan secara statistik (1975, hal 124). penyelidikan kualitatif menerima dan dinamis kualitas kompleks dunia sosial.
Namun, tidak perlu ke pit kedua paradigma terhadap satu sama lain dalam sikap bersaing. Patton (1990) menganjurkan suatu "paradigma pilihan" yang berusaha "kesesuaian metodologi sebagai kriteria utama untuk menilai kualitas metodologis. " Ini akan memungkinkan untuk "tanggap situasional" yang ketaatan satu paradigma atau yang lain tidak akan (hal. 39). Selain itu, beberapa peneliti percaya bahwa penelitian kualitatif dan kuantitatif secara efektif dapat dikombinasikan dalam proyek penelitian yang sama (Strauss dan Corbin, 1990; Patton, 1990). Sebagai contoh, Russek dan Weinberg (1993) mengklaim bahwa dengan menggunakan kedua data kuantitatif dan kualitatif, penelitian mereka tentang bahan berbasis teknologi untuk kelas dasar memberikan wawasan bahwa baik jenis analisis dapat menyediakan sendiri.
Dasar Penggunaan suatu Metodologi Kualitatif

Ada beberapa pertimbangan saat memutuskan untuk mengadopsi metodologi penelitian kualitatif. Strauss dan Corbin (1990) mengklaim bahwa metode kualitatif dapat digunakan untuk lebih memahami setiap fenomena tentang yang sedikit belum diketahui. Mereka juga dapat digunakan untuk mendapatkan perspektif baru pada hal-hal yang banyak yang sudah dikenal, atau untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam yang mungkin sulit untuk menyampaikan secara kuantitatif. Dengan demikian, metode kualitatif yang tepat dalam situasi di mana satu perlu terlebih dahulu mengidentifikasi variabel yang lambat mungkin diuji secara kuantitatif, atau dimana peneliti telah menetapkan bahwa tindakan kuantitatif tidak cukup untuk menjelaskan atau menafsirkan situasi. Penelitian masalah cenderung dibingkai sebagai-berakhir pertanyaan terbuka yang akan mendukung penemuan informasi baru. 1994 studi Greene perempuan dalam perdagangan, misalnya, bertanya, "Apa ciri-ciri pribadi yang tradeswomen memiliki kesamaan perdagangan? Dalam hal apa, jika ada, peran itu model kontribusi perempuan terhadap pilihan untuk bekerja di?"
(P. 524a).

Kemampuan data kualitatif untuk lebih menggambarkan suatu fenomena adalah suatu pertimbangan penting tidak hanya dari sudut pandang peneliti, tetapi dari sudut pandang pembaca juga. "Jika Anda ingin orang untuk memahami lebih baik dari mereka jika mungkin, menyediakan mereka informasi dalam bentuk di mana mereka biasanya mengalami hal itu" (Lincoln dan Guba, 1985, hal 120) laporan penelitian kualitatif., biasanya kaya dengan detail dan wawasan ke peserta 'pengalaman dunia, "mungkin epistemologis selaras dengan pengalaman pembaca" (Stake, 1978, hal 5) dan dengan demikian lebih bermakna.

Fitur Penelitian Kualitatif

Beberapa penulis telah mengidentifikasi apa yang mereka anggap sebagai ciri-ciri menonjol kualitatif, atau naturalistik, penelitian (lihat, sebagai contoh:Bogdan dan Biklen, 1982; Lincoln dan Guba, 1985; Patton, 1990; Eisner, 1991.) Daftar yang mengikuti merupakan sintesis penulis deskripsi ini penelitian kualitatif:

1. penelitian kualitatif menggunakan pengaturan alam sebagai sumber data. Peneliti
    mencoba untuk mengamati, menggambarkan dan menafsirkan pengaturan seperti
    mereka, menjaga apa yang Patton panggilan sebuah "netralitas empati" (1990, hal
    55).
2. Peneliti bertindak sebagai "instrumen manusia" pengumpulan data.
3. terutama peneliti kualitatif menggunakan analisis data induktif.
4. laporan penelitian kualitatif deskriptif, menggabungkan bahasa ekspresif dan
    "kehadiran suara dalam teks" (Eisner, 1991, hal 36).
5. penelitian kualitatif memiliki karakter interpretif, yang ditujukan untuk menemukan
    peristiwa makna "bagi individu yang mengalaminya, dan interpretasi dari makna
    oleh peneliti.
6. peneliti kualitatif memperhatikan istimewa serta meresap, mencari keunikan masing-
    masing kasus.
7. penelitian kualitatif memiliki (sebagai lawan yang telah ditentukan) desain muncul,
     dan peneliti fokus pada proses ini muncul sebagai serta hasil atau produk penelitian.
8. penelitian kualitatif dinilai menggunakan kriteria khusus untuk dipercaya (ini akan
    dibahas secara rinci pada bagian selanjutnya).


Patton (1990) menunjukkan bahwa ini bukan "karakteristik mutlak penyelidikan kualitatif, tetapi cita-cita strategis yang memberikan arah dan kerangka kerja untuk mengembangkan desain tertentu dan taktik pengumpulan data konkret" (hal. 59). Karakteristik ini dianggap "saling berhubungan" (Patton, 1990, hal 40) dan "saling menguatkan" (Lincoln dan Guba, 1985, hal 39).

Adalah penting untuk menekankan sifat muncul desain penelitian kualitatif. Karena peneliti berusaha untuk mengamati dan menafsirkan makna dalam konteks, adalah tidak mungkin dan tidak tepat untuk menyelesaikan strategi penelitian sebelum pengumpulan data telah dimulai (Patton, 1990). Proposal penelitian kualitatif harus, bagaimanapun, tentukan pertanyaan-pertanyaan primer untuk dijelajahi dan rencana untuk data koleksi strategi.

Desain khusus dari studi kualitatif tergantung pada tujuan penyelidikan, informasi apa yang akan paling bermanfaat, dan informasi apa yang akan memiliki kredibilitas yang paling. Tidak ada kriteria yang ketat untuk ukuran sampel (Patton, 1990). "Penelitian kualitatif biasanya menggunakan berbagai bentuk ....[ bukti dan] tidak ada uji statistik penting untuk menentukan apakah 'hasil' count" (Eisner, 1991, hal 39). Hukum tentang manfaat dan kredibilitas yang diserahkan kepada peneliti dan pembaca.
Peran Peneliti di Inquiry Kualitatif

Sebelum melakukan studi qualtitative, seorang peneliti harus melakukan tiga hal. Pertama, (s) ia harus mengambil sikap yang disarankan oleh karakteristik paradigma naturalis. Kedua, para peneliti harus mengembangkan tingkat keterampilan yang sesuai untuk instrumen manusia, atau kendaraan melalui data yang akan dikumpulkan dan diinterpretasikan. Akhirnya, para peneliti harus mempersiapkan desain penelitian yang memanfaatkan diterima strategi untuk penyelidikan naturalistik (Lincoln dan Guba, 1985).
Glaser dan Strauss (1967) dan Strauss dan Corbin (1990) merujuk pada apa yang mereka sebut "sensitivitas teoritis" peneliti. Ini adalah konsep yang berguna yang dapat digunakan untuk mengevaluasi peneliti keterampilan dan kesiapan untuk mencoba melakukan penyelidikan kualitatif.

kepekaan teoritis mengacu pada kualitas pribadi peneliti. Hal ini menunjukkan kesadaran seluk-beluk makna data. ... [Ini] mengacu pada atribut memiliki wawasan, kemampuan untuk memberi makna pada data, kemampuan untuk memahami, dan kemampuan untuk memisahkan yang bersangkutan dari apa yang tidak (Strauss dan Corbin, 1990, hal 42) .

Strauss dan Corbin percaya bahwa kepekaan teoritis berasal dari sejumlah sumber, termasuk literatur profesional, pengalaman profesional, dan pengalaman pribadi. Kredibilitas laporan penelitian kualitatif sangat bergantung pada kepercayaan pembaca miliki dalam peneliti kemampuan untuk peka terhadap data dan untuk membuat keputusan yang tepat dalam bidang (Eisner, 1991; Patton, 1990).
Lincoln dan Guba (1985) mengidentifikasi karakteristik yang membuat manusia itu "alat pilihan" untuk penyelidikan naturalistik. Manusia responsif terhadap isyarat lingkungan, dan mampu berinteraksi dengan situasi; mereka memiliki kemampuan untuk mengumpulkan informasi pada tingkat secara bersamaan, mereka dapat melihat situasi secara holistik, mereka mampu memproses data secepat mereka menjadi tersedia; mereka dapat memberikan umpan balik langsung dan meminta verifikasi data; dan mereka bisa menjelajahi atau tidak terduga tanggapan atipikal.

Penelitian Desain dan Strategi Pengumpulan Data

Eisner (1991) mengklaim ada "kekurangan resep metodologis" untuk penelitian kualitatif, karena pertanyaan seperti tempat premi pada kekuatan peneliti bukan pada standardisasi (hal. 169). Lincoln dan Guba (1985) memberikan garis besar yang cukup rinci untuk desain penyelidikan naturalistik, yang meliputi langkah-langkah umum:

1. Menentukan fokus penyelidikan. Hal ini harus menetapkan batas untuk penelitian, dan memberikan inklusi / kriteria eksklusi untuk informasi baru. Batas, bagaimanapun, dapat diubah, dan biasanya berada.
2. Tentukan sesuai paradigma penelitian untuk fokus penelitian. Peneliti harus membandingkan karakteristik paradigma kualitatif dengan tujuan penelitian.
3. Menentukan di mana dan dari siapa data akan dikumpulkan.
4. Tentukan apa yang berturut-turut fase penyelidikan akan,. Tahap satu untuk misalnya, mungkin fitur-berakhir pengumpulan data terbuka, sedangkan fase berturut-turut akan lebih terfokus.
5. Tentukan apa yang instrumentasi tambahan dapat digunakan, di luar peneliti sebagai instrumen manusia.
6. Rencana pengumpulan data dan mode perekaman. Ini harus termasuk bagaimana spesifik pertanyaan penelitian dan rinci akan, dan bagaimana data akan setia direproduksi.
7. Rencana yang prosedur analisis data yang akan digunakan.
8. Rencana logistik pengumpulan data, termasuk penjadwalan dan penganggaran.
9. Rencana teknik yang akan digunakan untuk menentukan kepercayaan.


Langkah satu dan dua telah dibahas dalam bagian sebelumnya, langkah berikutnya akan dibahas di bawah ini.

Sampling Strategi untuk Peneliti Kualitatif

Dalam penyelidikan kuantitatif, strategi sampling dominan adalah probability sampling, yang tergantung pada pemilihan dan perwakilan sampel acak dari populasi yang lebih besar. Tujuan sampling probabilitas generalisasi berikutnya dari temuan penelitian untuk penduduk. Sebaliknya, purposive samplingmerupakan strategi yang dominan dalam penelitian kualitatif. purposive sampling mencari kaya kasus informasi yang dapat dipelajari secara mendalam (Patton, 1990).
Patton mengidentifikasi dan menggambarkan 16 jenis purposive sampling. Ini termasuk: kasus menyimpang sampling atau ekstrim; sampling kasus yang khas; sampling variasi maksimum; snowball sampling atau rantai; konfirmasi atau disconfirming kasus sampling; politik sampling kasus penting, convenience sampling, dan lain-lain (1990, hal 169-183). Menurut Lincoln dan Guba (1985), yang berguna strategi yang paling untuk pendekatan naturalistik adalah variasi sampling maksimum. Strategi ini

bertujuan untuk menangkap dan menggambarkan tema pusat atau hasil pokok yang melintasi banyak atau program variasi peserta. Untuk sampel kecil banyak heterogenitas dapat menjadi masalah karena kasus-kasus individu sangat berbeda satu sama lain. Variasi maksimum strategi sampling jelas ternyata bahwa kelemahan menjadi kekuatan dengan menggunakan logika berikut: Setiap pola umum yang muncul dari variasi yang besar adalah dari kepentingan tertentu dan nilai dalam menangkap pengalaman inti dan pusat, aspek bersama atau dampak dari program (Patton, 1990, p. 172).

variasi sampling maksimum dapat menghasilkan deskripsi rinci dari setiap kasus, di samping untuk mengidentifikasi pola-pola bersama yang memotong kasus. Lihat Hoepfl (1994) untuk sebuah ilustrasi strategi ini diterapkan untuk pendidikan riset teknologi. Beberapa contoh studi kasus sampling juga dapat ditemukan dalam literatur pendidikan teknologi (lihat Brown, 1995; Hansen, 1995; dan Lewis, 1995 dan 1997)
Terlepas dari fleksibilitas tampak dalam purposive sampling, peneliti harus menyadari tiga jenis sampling error yang dapat timbul dalam penelitian kualitatif.Yang pertama berkaitan dengan distorsi yang disebabkan oleh luasnya kurang dalam sampling, yang kedua dari distorsi yang diperkenalkan oleh perubahan dari waktu ke waktu, dan yang ketiga dari distorsi yang disebabkan oleh kurangnya kedalaman dalam pengumpulan data pada setiap lokasi (Patton, 1990).

Teknik Pengumpulan Data

Dua bentuk yang berlaku pengumpulan data yang terkait dengan penyelidikan kualitatif adalah wawancara dan observasi.

Wawancara
wawancara kualitatif dapat digunakan baik sebagai strategi utama untuk pengumpulan data, atau dalam hubungannya dengan pengamatan, analisis dokumen, atau teknik lain (Bogdan dan Biklen, 1982). Wawancara kualitatif menggunakan pertanyaan terbuka yang memungkinkan untuk setiap variasi.Patton (1990) menulis tentang tiga jenis kualitatif wawancara: 1) informal, wawancara percakapan; 2)-wawancara semi terstruktur, dan 3) wawancara, standar terbuka.

Sebuah panduan wawancara atau "jadwal" adalah daftar pertanyaan atau topik umum yang pewawancara ingin menjelajahi selama wawancara masing-masing. Walaupun siap untuk memastikan bahwa pada dasarnya informasi yang sama diperoleh dari setiap orang, tidak ada tanggapan yang telah ditentukan, dan dalam wawancara semi-terstruktur pewawancara bebas untuk probe dan mengeksplorasi di daerah-daerah penyelidikan yang telah ditentukan. panduan Wawancara menjamin penggunaan baik waktu wawancara terbatas, mereka membuat mewawancarai beberapa mata pelajaran yang lebih sistematis dan komprehensif, dan mereka membantu untuk menjaga interaksi fokus. Sesuai dengan sifat fleksibel desain penelitian kualitatif, panduan wawancara dapat dimodifikasi dari waktu ke waktu untuk memusatkan perhatian pada area yang penting tertentu, atau untuk mengecualikan pertanyaan peneliti telah ditemukan untuk menjadi tidak produktif untuk tujuan penelitian (Lofland dan Lofland, 1984).

Merekam Data. Keputusan dasar memasuki proses wawancara adalah bagaimana untuk merekam data wawancara. Apakah seseorang mengandalkan catatan tertulis atau tape recorder tampaknya sebagian besar masalah preferensi pribadi. Sebagai contoh, Patton mengatakan bahwa tape recorder adalah "diperlukan" (1990, hal 348), sedangkan Lincoln dan Guba "tidak menganjurkan rekaman kecuali untuk alasan yang tidak biasa" (1985, hal 241). Lincoln dan Guba dasar rekomendasi mereka pada campur tangan perangkat rekaman dan kemungkinan kegagalan teknis. Rekaman memiliki keuntungan data menangkap lebih setia daripada buru-buru catatan tertulis mungkin, dan dapat membuat lebih mudah bagi peneliti untuk fokus pada wawancara.

Pengamatan
Bentuk klasik pengumpulan data atau bidang penelitian naturalistik adalah pengamatan peserta dalam konteks pemandangan alam. Data observasi digunakan untuk tujuan deskripsi-dari pengaturan, aktivitas, orang, dan makna dari apa yang diamati dari perspektif peserta. Pengamatan dapat menyebabkan pemahaman yang lebih dalam dari wawancara saja, karena memberikan pengetahuan tentang konteks di mana peristiwa terjadi, dan dapat memungkinkan peneliti untuk melihat hal-hal yang peserta sendiri tidak menyadari, atau bahwa mereka tidak mau membahas (Patton, 1990). Seorang pengamat terampil adalah orang yang terlatih dalam proses pemantauan baik dan nonverbal isyarat verbal, dan dalam penggunaan beton,, deskriptif bahasa ambigu. Sours '(1997) belajar mengajar dan belajar gaya memberikan contoh yang baik dari bahasa deskriptif diterapkan pada kelas teknologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar