Total Tayangan Halaman

Jumat, 20 April 2012

Pelajar Yang Mempunyai Pengecualian



Untuk Download via Microsoft Office Word, Silahkan klik link dibawah ini:










 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Anak adalah titipan tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar ia menjadi manusia yang berguna dan tidak menyusahkan siapa saja. Secara umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang sesuai potensinya terutama dalam bidang pendidikan. Namun seringkali kita melihat perkembangan prestasi anak yang ternyata tergolong memiliki bakat istimewa atau dikenal dengan istilah  dengan Pelajar dengan pengecualian ( Learners with Exceptionalities) atau Anak   Berkebutuhan Khusus (IDEA – Individuals with Disabilities Education Act) adalah setiap orang yang kinerja fisik, mental atau perilakunya begitu berbeda dari yang biasa-lebih tinggi atau lebih rendah-sehingga pelayanan tambahan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan orang tersebut.
Setiap individu hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan, kecerdasan, bakat, minatnya, latar belakang dan lingkungan fisik serta sosial masing-masing siswa maka kemajuan belajar siswa yang setingkat (sekelas) mungkin tidak sama.
Setiap anak dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua harus mengenali dan memahami bakat yang dimiliki anaknya. Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah dan terarah dalam mengembangkannya.

1.2 Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan dalam bab tema: Pelajar yang mempunyai pengecualian atau Anak   Berkebutuhan Khusus.
2.      Memahami bagaimana cara terbaik mengambil tindakan solusi pengajaran untuk siswa yang mempunyai Berkebutuhan Khusus serta pengembangan bakat yang dimilikinya.


1.3  Manfaat dan Kegunaan Penulisan
1.      Memahami jenis dan karakteristik pelajar yang mempunyai pengecualian atau anak yang Berkebutuhan Khusus.
2.      Memahami cara kemampuan Perilaku Adaptasi serta pengembangan bakat anak Berkebutuhan Khusus.
3.      Memahami cara pengembangan bakat anak Berkebutuhan Khusus, kemampuan Perilaku Adaptasi, kemampuan belajar yang baik serta penanggulangan Hiperaktitas atau ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder)
4.      Memahami apa yang dimaksud dengan Pendidikan Khusus dan apa yang dimaksud dengan Penyatuan












BAB II
PELAJAR YANG MEMPUNYAI PENGECUALIAN


2.1  Pengertian Pelajar yang Mempunyai Pengecualian
Pelajar dengan pengecualian adalah setiap orang yang kinerja fisik, mental atau perilakunya begitu berbeda dari yang biasa-lebih tinggi atau lebih rendah-sehingga pelayanan tambahan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan orang tersebut. Ketidakmampuan melakukan tugas-tugas akademis yang sesuai karena setiap alasan yang melekat dalam diri pelajar tersebut mengakibatkan pelajar itu mempunyai pengecualian. Rintangan adalah suatu keadaan atau hambatan yang diberikan lingkungan atau orang tersebut, ketidakmampuan adalah keterbatasan fungsi yang mengganggu kemampuan mental, fisik atau indera seseorang.
Sistem penggolongan pelajar yang mempunyai pengecualian sering berubah-ubah dan dapat diperdebatkan, dan penggunaan julukan dapat melibatkan perlakuan yang tidak tepat atau merusak konsep diri siswa.

2.2  Karakteristik Pelajar yang Mempunyai Pengecualian
Secara rata-rata, siwa yang mempunyai ketidakmapuan belajar cenderung mempunyai harga diri akademis yang rendah daripada siwa yang mampu, walaupun dalam bidang no-akademis harga diri mereka tidak berbeda dari harga diri anak-anak lain (Bear, Minke & Manning, 2001; Elbaum & Vaughn, 2001;  Gresham & Macmillan, 1997; Kelly & Norwich, 2004; Manning, Bear & Minke, 2001).
Untuk kebanyakan dimensi sosial, anak-anak yang memiliki ketidak mapuan belajar menyerupai siswa yang berpencapaian rendah lainnya (Larrivee & Horne, 1991). Anak laki-laki mempunyai kecendrungan yang lebih besar daripada anak perempuan dijuluki tidak mampu belajar. Ada sangat banyak persoalan tentang pengidentifikasian berlebihan siswa anak laki-laki dan kelompok minoritas dalam pendidikan khusus (Meyer & Cavanaugh, 1997).
1.      Bahasa Orang Pertama
Dalam merujuk pada orang-orang yang mempunyai ketidakmampuan, ada dua prinsip dasar untuk tetap diingat (Smith, 2001). Prinsip pertama ialah mendahulukan orang. Contohnya adalah merujuk Frankie sebagai siswa yang mempunyai ketidak mampuan belajar (learning disability), bukan “anak yang tidak mampu belajar” (learning disability child). Dia adalah siswa pertama-tama; fakta bahwa dia mempunyai ketidakmampuan belajar adalah yang kedua. Prinsip kedua ialah menghindari untuk menyamakan orang tersebut dengan ketidakmampuan (Smith, 2001). Ada banyak karakteristik pada diri masing-masing siswa dan ketidakmampuan hanyalah salah satu. Pendefinisian anak tersebut dari segi ketidakmampuan memberinya ketidakadilan.

2.      Tipe Pengecualian dan Jumlah Siswa yang Dilayani
Kategori ketidakmampuan menurut IDEA’97 meliputi : 1) Ketidakmampuan belajar, 2) Gangguan berbicara atau bahasa, 3) Keterbelakangan mental, 4) Gangguan emosi dan perilaku, 5) Kelemahan tulang, 6) Kelemahan kesehatan lain, 7) ketulian atau sulit mendengar, 8) Ketidakmampuan penglihatan, 9) Autisme, 10) Kebutaan-tuli, dan 11) Cidera otak traumatic

3.      Siswa dengan Keterbelakangan Mental
Keterbelakangan mental (mental retardation) merujuk pada keterbatasan mendasar dalam fungsi saat ini.Penyebab keterbelakangan mental antara lain ; 1) warisan genetik, 2) penyakit yang ditularkan antara ibu dan janin dalam rahim, 3) sindrom kebergantungan kimia janin yang disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol atau kokain oleh ibu selama kehamilan,dan 4) kecelakaan kelahiran yang mengakibatkan kekurangan oksigen dan kontaminasi racun dari lingkungan(McDonnell,Hardman & McDonell, 2003).
Siswa dengan keterbelakangan mental dapat memperoleh empat pelayanan yang mungkin diperlukan yaitu : 1) sekali-kali, 2) terbatas, 3) luas, dan 4) mendalam.
Keterbelakangan mental dapat dicegah dengan meningkatkan perawatan pranatal; memastikan gizi yang tepat; mencegah kecelakaan, penyakit dan pencernaan racun (seperti cat timbal) di antara anak-anak; dan memberikan lingkungan yang aman, mendukung, dan merangsang anak-anak pada masa anak-anak awal (Smith & Luckasson,1995).
Siswa dengan keterbelakangan mental perlu dibantu untuk mempelajari kemampuan perilaku penyesuaian diri (adaptasi).
4.      Siswa dengan Ketidakmampuan Belajar
Siswa dengan ketidakmampuan belajar diidentifikasi sebagai siswa yang mengalami kesulitan yang berarti dalam mempelajari dan menggunakan kemampuan mendengar, berbicara, membaca, menulis, bernalar, atau menghitung.Siswa dengan ketidakmampuan belajar cenderung mempunyai nilai akademis yang lebih rendah daripada siswa yang mampu belajar.
Konsep-konsep pembelajaran yang efektif bagi siswa dengan ketidakmampuan belajar antara lain dengan : 1) sering memberikan umpan balik, 2) menggunakan pengelolaan kelas yang efektif, dan 3) menggunakan strategi pengajaran yang melibatkan siswa dengan aktif ke dalam pelajaran.

5.      Siswa yang Mempunyai Gangguan Hiperaktivitas Defisit Perhatian
Siswa yang mempunyai gangguan hiperaktivitas defisit perhatian (ADHD) mengalami kesulitan mempertahankan perhatiankarena kemampuan terbatas untuk berkonsentrasi (Mash&Wolfe,2003).ADHD meliputi tindakan yang tidak terkendali, kekurangan perhatian, dan kadang-kadang perilaku hiperaktif.

6.      Siswa yang Mempunyai Kelemahan Berbicara atau Bahasa
Beberapa jenis gangguan berbicara diantaranya yang paling lazim adalah gangguan artikulasi. Sedangkan gangguan bahasa adalah kelemahan kemampuan memahami bahasa atau mengungkapkan gagasan ke dalam bahasa ibu seseorang (Bernstein & Tiegerman-Farber,2002).
Kesulitan memahami bahasa atau berkomunikasi dapat berasal dari masalah fisik seperti kelemahan pendengaran atau berbicara.

7.      Siswa yang Mempunyai Gangguan Emosi dan Perilaku
Siswa yang mengalami gangguan emosi dan perilaku dipengaruhi oleh kondisi: 1.) ketidakmampuan belajar yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor intelektual, indera, atau kesehatan, 2.) ketidakmampuan membina dan mempertahankankan hubungan antar pribadi, 3.) tipe perilaku atau perasaan yang tidak tepat dalam lingkungan normal, 4.) suasana hati ketidakbahagiaan atau depresi, 5.) kecenderungan mengembangkan gejala fisik, rasa sakit atau ketakutan yang dikaitkan dengan masalah pribadi atau sekolah. Penyebab gangguan emosi dan perilaku adalah fungsi saraf, proses psikologi, sejarah salah penyesuaian konsep diri, ketiadaan penerimaan sosial (Hardman, Drew & Winston-Egan, 1996; Roeser & Strobel,1998), disfungsi dan kesalahan perawatan keluarga dan perubahan struktur keluarga. Karakteristik siswa yang mengalami gangguan emosi dan perilaku antara lain: 1.) Pencapaian akademik yang buruk, 2.) hubungan antar pribadi yang buruk, 3.) harga diri yang buruk (Lewis & Sullivan, 1996).
Siswa yang memperlihatkan perilaku agresif biasanya dapat sering berkelahi, mencuri, merusak harta benda dan menolak untuk mematuhi guru (Jones, Dohrn & Dunn, 2004). Siswa yang mempunyai penarikan diri dan ketidakdewasaan sering tampak aneh dan selalu mengalami ketiadaan kemampuan sosial.

  2.3  Memahami  Kemampuan Perilaku Adaptasi & Memahami dan 
         Mengajarkan Kebutuhan Belajar yang Baik
Ada banyak tipe ketidakmampuan belajar dan masalah-masalah dalam mengajari anak-anak yang mempunyai ketidakmampuan belajar berbeda-beda berdasarkan tingkat usia. Namun beberapa prinsip umum berlaku untuk banyak lingkungan. Pada umumnya, pengajaran yang efektif bagi siswa yang mempunyai ketidakmampuan belajar menggunakan strategi yang sama dengan yang digunakan dengan efektif bagi siswa lainnya, kecuali bahwa mungkin ada lebih sedikit margin kesalahan. Dengan kata lain, siswa yang mempunyai ketidak mapuan belajar mempunyai kemungkinan yang lebih kecil daripada siswa lain belajar dari pengajaran yang buruk. Konsep-konsep umum pengajaran yang efektif bagi siswa yang mempunyai ketidak mampaun belajar meliputi hal-hal berikut ini (lihat Bender, 2004; Lerner, 1997; Smith, 1998) :


1.      Menekankan Pencegahan
Banyak diantara kekurangan pembelajaran yang mengakibatkan seorang anak dikategorikan mempunyai ketidakmampuan belajar ini dapat dicegah. Misalnya, program masa anak-anak awal dan pengajaran kelas-kelas sekolah dasar yang berkualitas tinggi sangat banyak mengurangi jumlah anak yang di identifikasi mempunyai ketidakmampuan belajar (Conyers, Reynolds & Ou, 2003; Slavin, 1996; Snow, Burns & Griffin, 1998).
Pengajaran perorangan untuk siwa kelas satu yang menangani kemampuan membaca dapat sangat efektif mencegah ketidakmampuan membaca (Elbaum, Vaughn, Hughes & Moody, 2000; Lyons et al., Morris, Tyner & Perney, 2000; Wasik & Slavin, 1993).
Penggunaan strategi membaca dini yang menekankan fonem yang bermanfaat bagi kebanyakan anak yang beresiko mengalami ketidakmampuan membaca (Cavanough et al., 2004; Schneider, Roth & Ennemoser, 2000; Snow, Burns & Griffin, 1998; Torgeson et al., 1999). Jelas, ketidakmampuan belajar yang paling mudah diatasi adalah ketidakmampuan yang muncul sejak pertama.

2.      Mengajarkan Kemampuan Pembelajaran Belajar
Banyak siswa yang mempunyai ketidakmampuan belajar tidak mempunyai strategi yang baik untuk belajar, mengikuti ujian dan seterusnya. Kemampuan-kemampuan ini dapat diajarkan. Banyak studi memperlihatkan bahwa siswa yang mempunyai ketidakmampuan belajar yang diajari secara langsung strategi belajar dan strategi kognisi lain terbukti berkinerja jauh lebih baik di sekolah (Bryant, Ugel, Thompson & Hampff, 1999; Deshler, Ellis & Lenz, 1996; Gersten et all., 2001; Harris, Graham & Pressley, 2001; Jitendra et all., 2004; Swanson, 2001; Swanson & Hoskyn, 1998).


3.      Sering Memberikan Umpan Balik
Siswa yang mempunyai ketidakmampuan belajar mempunyai kemungkinan yang lebih kecil daripada siswa lain yang mampu bekerja secara produktif untuk jangka waktu yang cukup lama denagn sedikit atau sama sekali tanpa umpan balik. Mereka bekerja lebih baik dalam situasi dimana mereka sering memperoleh umpan balik tentang upaya mereka, khususnya umpan balik tentang bagaimana mereka mengalami peningkatan atau bagaimana mereka bekerja keras untuk mencapai sesuatu. Misalnya anak-anak yang mempunyai ketidakmapuan belajar kemungkinan akan berkinerja lebih baik dari pada tugas-tugas yang singkat dan konkret Yang langsung dinilai daripada tugas jangka panjang. Kalau proyek atau laporan jangka panjang ditugaskan, siwa tersebut seharusnya mempunyai banyak sasaran antara dan yang seharusnya memperoleh umpan balik tentang masing-masing sasaran pencapaian itu (lihat Deshler et all., 1996).

4.      Gunakan Strategi Pengajaran yang Melibatkan Siswa dengan Aktif ke dalam Pelajaran
Siswa yang mempunyai ketidakmapuan belajar sangat tidak mungkin belajar Dari pengajaran yang panjang. Mereka cenderung berkinerja paling baik ketika mereka dilibatkan dengan aktif. Hal ini menyiratkan bahwa guru yang mempunyai siswa semacam itu dikelas mereka seharusnya banyak menggunakan proyek praktis, pembelajaran kerjasama dan metode pembelajaran aktif lainnya, walaupun penting bahwa semua itu ditata dengan baik dan mempunyai tujuan dan peran yang jelas (lihat Putnam, 1998; Slavin, 1995; Swanson & Hoskyn, 1998).





5.      Gunakan Metode Manajemen Ruang Kelas yang Efektif
Karena kesulitan mereka dalam pengolahan informasi dan bahasa, banyak siswa yang mempunyai ketidakmampuan belajar mengalami sangat banyak frustasi di sekolah dan menanggapinya dengan terlibat kedalam prilaku buruk yang kecil (atau besar). Metode manajemen ruang kelas yang efektif dapat sangat banyak mengurangi prilaku buruk ini, khususnya strategi yang menekankan pencegahan. Misalnya, siswa yang mempunyai ketidakmampuan belajar kemungkinan akan menanggapi dengan baik pengajaran yang berlangsung cepat dengan banyak keragaman dan banyak kesempatan untuk berpartisipasi dan menanggapinya dengan sukses (Baeur dan Shea, 1999; Rivera & Smith, 1997; Mather & Goldstein, 2001).

6.      Koordinasikan Pelayanan Pelengkap dengan Pengajaran di Ruang Kelas
Banyak siwa yang mempunyai ketidakmampuan belajar akan membutuhkan semacam pelayanan pelengkap, seperti pengajaran pribadi kelompok kecil, guru sumber pengetahuan tertentu, pengajaran perorangan atau pengajaran yang dibantu computer. Apapun bentuk pelayanan ini, pelayanan itu seterusnya diselaraskan secara erat dengan pengajaran yang sedang diberikan di kelas akademis. Misalnya mata pelajaran Matematika siswa sedang mengerjakan soal pecan, guru seharusnya juga sedang mengerjakan soal-soal latihan tentang pecahan.
Namun, setiap upaya seharusnya ditempuh untuk menciptakan sebanyak mungkin kaitan sehingga siswa tersebut dapat melihat hasil pembelajaran langsung bagi upaya dalam program pelengkap. Siswa yang mempunyai kesulitan terbesar dalam pembelajaran seharusnya tidak perlu menyeimbangakan dua jenis pengajaran yang sama sekali berbeda tentang topik yang berbeda.




BAB III
MEMAHAMI PENDIDIKAN KHUSUS



3.1  Pengertian Pendidikan Khusus
Pendidikan Khusus adalah program yang memenuhi kebutuhan siswa yang mempunyai ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Sedangkan menurut IDEA mengamanatkan bahwa setiap anak yang memiliki ketidakmampuan berhak atas pendidikan khusus yang sesuai dengan biaya pemerintah. Ketentuan IDEA adalah bahwa setiap siswa yang mempunyai ketidakmampuan harus mempunyai Program Pendidikan Individualisasi (IEP- Individualized Education Program).
Gagasan dibalik penggunaan IPE ialah untuk memberikan kepada setiap orang yang terkait dengan pendidikan anak yang mempunyai ketidakmampuan suatu kesempatan untuk membantu merumuskan program pengajaran anak tersebut. Berbagai jenis pelayanan tersedia bagi siswa yang mempunyai pengecualian termasuk dukungan guru pendidikan umum dan guru pendidikan khusus untuk sebagian hari itu di ruang sumber daya. Kemudian alokasi waktu yang memadai dalam pembelajarannya sangat relevfan yaitu selama lebih dari tiga jam perhari di ruang kelas pendidikan khusus, sekolah pagi khusus, sekolah asrama khusus dan rumah sakit.


3.2  Perjuangan Terhadap Penyatuan
Riset tentang penyatuan yang sering disebut mainstreaming terfokus pada siswa yang mengalami ketidakmampuan belajar, keterbelakangan ringan, dan gangguan emosi ringan. Atau diistilahkanmild academic disabilities”. Salah satu riset yang berhasil menangani kelas dengan siswa yang mengalami ketidak mampuan belajar ialah program pengajaran individualisasi. Misalnya CIRC (Coperative Integrated Reading and Composition).

3.3  Penyesuaian Pengajaran
Perilaku pengajaran yang efektif bagi siswa yang memiliki ketidakmampuan di kelas umum pada dasarnya adalah sama dengan perilaku untuk meningkatkan pencapaian bagi semua siswa, namun beberapa penyesuaian strategi akan membantu guru untuk memenuhi kebutuhan siswa yang mengalami ketidakmampuan dengan lebih baik.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk siswa yang mempunyai kebutuhan khusus antara lain:
Ø  penyesuaian format untuk tugas tertulis
Ø  penyesuaian isi
Ø  penyesuaian cara komunikasi

3.4  Pemanfaatan Komputer
Penempatan siswa dalam ruang kelas pendidikan umum hanya merupakan salah satu bagian dari penggabungan mereka dalam lingkungan tersebut.untuk selanjutnya siswa juga harus digabungkan secara sosial sama baiknya dalam pengajaran.
3.5  Sistem sahabat dan pengajaran pribadi oleh teman
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan siswa yang mengalami ketidakmampuan di kelas umum adalah memberikan bantuan kepada siswa dari teman sekelas yang dianggap mampu dengan menggunakan sistem sahabat (buddy sistem).
3.6  Penggabungan sosial siswa
Penempatan siswa dalam ruang kelas pendidikan umum hanya merupakan salah satu bagian dari penggabungan mereka dalam lingkungan tersebut.untuk selanjutnya siswa juga harus digabungkan secara sosial sama baiknya dalam pengajaran.




BAB IV
MEMAHAMI TENTANG PENYATUAN

4.1  Pengertian Penyatuan
Penyatuan berarti penempatan siswa yang mempunyai kebutuhan khusus di ruang kelas pendidikan umum setidaknya untuk sebagian dari hari itu. Penyatuan penuh terhadap semua anak di kelas pendidikan umum dengan bantuan yang sesuai adalah tujuan yang diyakini secara luas.
Riset telah memperlihatkan banyak penyatuan berjalan efektif untuk meningkatkan tingkat kinerja banyak siswa, khususnya ketika pembelajaran kerjasama, sisitem sahabat, pengajaran pribadi oleh teman, pengajaran komputer, modifikasi penyajian pelajaran dan pelatiahan dalam kemampuan sosial menjadi bagaian yang telah biasa dipergunakan pada pembelajaran diruang kelas. Riset telah memperlihatkan beberapa ketidakmampuan, khususnya ketidakmampuan membaca dapat dicegah melalui program pencegahan dan intervensi dini.
Beberapa definisi yang berkaitan dalam pengertian penyatuan penuh (full inclusion) tersebut seperti dibawah ini:
a.       Penyatuan Penuh (full inclusion), berartibahwa: Gerakan yang makin besar untuk melakukan penyatuan penuh (full inclusion) mengharuskan penyatuan semua anak dikelas pendidikan umum dengan bantuan yang tepat (lihat Gartner & Lipsky, 1987; Porter & Stone, 1988; Sapon-Sheivin, 2001, 2003)
b.      Pengelompokan utama, berarti bahwa: Penyatuan waktu, pengajaran dan sosial anak-anak yang mempunyai pengecualian yang memenuhi syarat dengan teman-teman yang normal berdasarkan perencanaan pendidikan dan proses pemprograman yang berlangsung terus-menerus dan ditentukan secara individual (Kauffman et all., hal. 40-41).
c.       Pendidikan penyatuan, berarti bahwa: Siswa menghadiri sekolah ditempat kediaman mereka bersama teman seusia dan teman sekelas mereka. Hal itu mengharuskan agar jumlah siswa yang dipisahkan untuk memperoleh pelayanan khusus relatif sama untuk semua sekolah dalam distrik tertentu....Siswa yang disertakan tidak diasingkan ke dalam kelas khusus atau ruangan samping di sekolah tersebut (National Association of State Boards of Education, 19992, hal. 12).
d.      Penyatuan sebagian. berarti bahwa: Siswa memperoleh kebanyakan pengajaran mereka dalam lingkungan pendidikan umum, tetapi siswa tersebut dapat dicabut ke lingkunagn pengajaran lain apabila lingkungan seperti itu dianggap sesuai bagi kebutuhan masing-masing siswa tadi.
e.       Penyatuan penuh, berarti bahwa: Siswa yang tidak mampu atau beresiko memperoleh semua pengajaran mereka dalam lingkungan pendidikan umum; pelayanan dukungan datang kepada sisiwa.
f.       Guru Intensional, berarti bahwa: Guru intensional menikmati tanggung jawab mereka untuk menjangkau masing-masing siswa mereka. Guru yang intensional berperan sebagai anggota tim professional guna bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan siswa yang mempunyai kebutuhan khusus.


4.2  Undang-undang Publik 94-142 dan IDEA
Undang-undang Publik 94-142 ditetapkan tahun 1975 yang mengharuskan pemberian pelayanan pendidikan khusus bagi siswa yang memenuhi syarat. PL 101-476, yang ditetapkan tahun 1990 yang mengubah nama PL 94-142 dan memperluas pelayanan kepada remaja yang mempunyai ketidakmampuan. Undang-undang publik 105-17, yang ditetapkan tahun 1997 untuk memberi otoritas pada IDEA dan menambah ketentuan bagi keterlibatan orang tua dan guru kelas ke dalam pendidikan siswa yang mempunyai kebutuhan khusus. IDEA diperbaharui melalui Undang-undang Peningkatan Pendidikan Individu Yang Mempunyai Ketidakmampuan.
Ketentuan dalam IDEA yang mengharuskan siswa yang mempunyai ketidakmampuan di didik bersama teman yang mampu dengan selayaknya dan semaksimal mungkin. Ketentuan lainnya bahwa setiap siswa yang mempunyai ketidakmampuan harus mempunyai Program Pendidikan Individualisasi (IEP) yang memberikan pedoman tentang pelayanan yang diterima siswa.

4.3  Berbagai Jenis Pelayanan Pendidikan Khusus
Berikut rangkaian pelayanan yang tersedia bagi siswa yang mempunyai ketidakmampuan, mulai dari yang paling tidak membatasi hingga yang paling membatasi : 1) penempatan ruang kelas pendidikan umum, 2) kolaborasi dengan guru konsultasi dan profesional lain, 3) penempatan ruang sumber, 4) penempatan kelas pendidikan khusus dengan penyatuan paruh waktu, 5) pendidikan khusus yang berdiri sendiri, 6) pelayanan terkait

4.4  Menyiapkan IEP (Individualized Education Program)
1.      Rujukan awal
Proses menyiapkan program IEP dimulai ketika seorang siswa dirujuk mengikuti penilaian untuk mengikuti pendidikan khusus. Kegiatan ini dapat di prakarsai oleh orang tua, dokter, kepla sekolah atau guru kelas.
2.      Pemeriksaan dan penilaian
Siswa yang telah di rujuk kemudian mengikuti pemeriksaan dan penilaian sehingga dijadikan acuan untuk menerima atau menolak rujukan tersebut.
3.      Menulis IEP
Ketika penilaian komprehensif diselesaikan, anggota-anggota tim pelayanan khusus bertemu untuk mempertimbangkan penempatan terbaik untuk siswa tersebut. Hal ini dilakukan agar metode yang digunakan efektif dan tepat sasaran.
Setelah prosedur pra penanganan selesai maka orang tua siswa harus turut mengetahui dan menandatangani formulir mengenai persetujuan, mengenai penempatan dan formulir IEP. Untuk isi dari formulir IEP sendiri paling tidak harus terdapat informasi sebagai berikut :
Ø  pernyataan yang menunjukikan tingkat kinerja anak itu saat ini
Ø  sasaran yang menunjukkan antisipasi kemajuan selama satu tahun itu
Ø  tujuan pengajaran menengah (jangka panjang dan menengah)
Ø  pernyataan tentang pendidikan khusus spesifik dan peayanan terkait yang akan diberikan dan juga sejauh mana siswa tersebut akan berpartisipasi ke dalam program pendidikan umum.
Ø  proyeksi tanggal awal pelayanan dan antisipasi jangka waktu
Ø  kriteria evaluasi dan prosedur untuk mengukur kemajuan kearah sasaran setidaknya setiap tahun.























BAB V
PENGEMBANGAN BAKAT PADA ANAK
BERKEBUTUHAN  KHUSUS

5.1  Pengertian Anak Berbakat
Bakat merupakan talenta untuk membangun kekuatan pribadi anak di masa mendatang. Kesadaran akan sisi kekuatan seorang anak perlu digali dengan bantuan orang tua. Kesadaran akan pentingnya mengembangkan sisi kekuatan anak-anak ini tampaknya sangat disadari oleh orang tua dan pendidik yang membimbing siswa-siswa berkebutuhan khusus dalam mengolah pengetahuan dan ketrampilan mereka dalam bidang seni dan bidang olahraga.
Beberapa pakar psikologi memberikan pengertian tentang anak berbakat:
a.       Tannenbaum memandang keberbakatan dari empat klasifikasi yaitu kelangkaan, keunggulan   (mengacu pada sensibilitas serta sensitivitas yang lebih tinggi), kuota (keterbatasan jumlah individu yang memiliki keterampilan) dan anomaly
b.      Renzulli berpendapat bahwa seseorang bisa dikatakan berbakat jika ia menunjukkan kemampuan diatas rata-rata, melakukan hal-hal yang kreatif dan memiliki tekad dalam melaksanakan tugasnya.
c.       Damon berpendapat bahwa bakat sangat dibutuhkan untuk berprestasi tinggi. Namun untuk berprestasi tinggi, bakat harus dikembangkan dengan kerja keras, keuletan serta latihan.
d.      Prof. Dr. S.C. Utami Munandar, anak berbakat berbeda dengan anak pintar. "Bakat berarti punya potensi. Sedangkan pintar bisa didapat dari tekun mempelajari sesuatu," jelasnya. Tapi meski tekun namun tak berpotensi, seseorang tak akan bisa optimal seperti halnya anak berbakat.
Menurut pendekatan yang lebih inklusif, yang dimaksud anak berbakat adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemampuan intelektual tinggi, tetapi juga memiliki kemampuan kreativitas, sosial-emosional dan motivasi (gifted) dan memiliki keunggulan dalam satu atau lebih bidang tertentu dalam musik, sastra, olahraga dsb (talented) sehingga mereka memerlukan layanan khusus dalam pendidikan.

5.2  Karakteristik Anak Berbakat
Anak berbakat, perkembangan motoriknya lebih cepat dibanding anak biasa. Entah dalam berbicara, berjalan, maupun membaca. Misalnya, umur 9 bulan sudah bisa jalan (normalnya, usia 12,5 bulan). Selain itu, ia juga cepat dalam memegang sesuatu dan membedakan bentuk serta warna. Untuk kemampuan membaca, kadang anak berbakat memperolehnya dari belajar sendiri.
Yaitu dari mengamati dan menghubung-hubungkan. Misalnya dari memperhatikan lalu-lintas, tv, atau buku.
Anak berbakat juga senang bereksplorasi atau menjajaki. "Jadi, kalau ia mempreteli barang-barang, bukan karena dia nakal tapi karena rasa ingin tahunya,". Tentang rasa ingin tahu yang tinggi ini, memang pada umumnya dimiliki anak kecil. Hanya, pada anak berbakat cara mengamatinya lebih kental dibanding anak-anak biasa. Hal lain yang menjadi karakteristik anak berbakat ialah bicaranya bisa sangat serius. Pertanyaannya sering menggelitik dan tak terduga. Kadang ia tak puas dengan jawaban yang diberikan, sehingga terus berusaha mencari jawaban-jawaban lain.
Untuk memahami siswa berbakat, dapat diidentifikasi dari karakteristik yang sering muncul dalam bnetuk perilaku sebagai berikut:
a.       Karakteristik belajar
Ø  Belajar lebih cepat dan lebih mudah
Ø  Menyukai tugas dan tantangan yang kompleks
Ø  Mengetahu banyak hal dimana anak lainya tidak mengetahuinya
Ø  Memiliki kosa kata yang sangat maju, dan kemampuan berbahasa sangat baik
Ø  Sudah dapat membaca pada usia yang sangat awal
Ø  Terampil dalam memcahkan masalah
Ø  Sering mengajukan pertanyaan yang kritis dan tidak teerduga
Ø  Menunukkan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap banyak hal

b.      Karakteristik Motivasi
Ø  Persisten dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya
Ø  Senang mengerjakan tugas secara independen, hanya sedikit memerlukan pengarahan
Ø  Komitmen kuat pada tugas yang dipilihnya

c.       Karakteristik Kreativitas
Ø  Sensitif terhadap estetika
Ø  Suka bereksperimen, sering menemukan cara baru dalam mengerjakan tugas
Ø  Spontan dalam mengekresikan rasa humor
Ø  Banyak ide ketika menghadapi tantangan/problem

d.      Karakteristik Sosial-Emosional
Ø  Memiliki rasa percaya diri yang kuat
Ø  Lebih menyukai teman yang lebih tua usianya dan memiliki kesamaan minat
Ø  Cenderung perpfeksionis
Ø  Mudah menyesuiakan diri pada situasi baru


5.3  Jenis-jenis Bakat dan Kepandaian
1.Kinetik Fisik (Bodily Kinesthic)
Bakat dalam menggunakan badan untuk memecahkan masalah dan mengekspresikan ide serta perasaan. Ciri-cirinya: Menonjolkah ia dalam olahraga tertentu? Apakah ia tidak bisa duduk diam untuk waktu yang lama? Pandaikah ia menirukan gerakan badan atau wajah orang lain? Tangkaskah ia dalam kegiatan yang membutuhkan ketrampilan tangan, seperti origami (melipat kertas gaya jepang), membuat pesawat dari kerta, melukis, bermain dengan tanah liat, atau merajut? Apakah ia dapat menggunakan badannya dengan baik untuk mengekspresikan dirinya?
2.Bahasa (Linguistic)
Bakat untuk menggunakan kata-kata, baik oral maupun verbal, secara efektif. Beberapa pertanyaan yang bisa membantu menetukan apakah anak berbakat di bidang ini atau tidak. Apakah ia bisa menulis lebih baik dari anak seusianya? Sukakah ia bercerita atau membuat lelucon? Sukakah ia membaca buku? Apakah ia bisa mengeja lebih baik dari anak seusianya? Apakah ia dapat mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan idenya secara baik?
3.Logika dan Matematis (Logical-Mathematical)
Bakat untuk mengerti dan menggunakan angka secara efektif, termasuk mempunyai kemampuan kuat untuk mengerti logika. Ciri-cirinya: Apakah ia tak hentinya ingin tahu bagaimana alam dan benda-benda bekerja? Apakah ia suka bermain dengan angka? Sukakah ia akan pelajaran matematika di sekolah? Sukakah ia bermain dengan permainan asah otak seperti catur? Sukakah ia mengelompokkan benda-benda?
4.Musikalitas (Musical)
Bakat untuk memahami musik melalui berbagai cara. Dibawah ini adalah beberapa pertanyaan yang membantu untuk menentukan apakah anak menunjukkan bakat musik yang menonjol: Pandaikah ia dalam menghafal lagu dan menyanyikannya? Dapatkah ia bermain alat musik? Sensitifkah ia terhadap suara-suara di sekitarnya? Apakah ia suka bersiul atau menggumam lagu?
5.Pemahaman Alam (Naturalist Intelligence)
Mengenali dan menggolongkan dunia tumbuhan dan binatang, termasuk dalam memahami fenomena alam. Ciri-cirinya: Sukakah ia berceloteh mengenai binatang kesayangannya atau tempat-tempat yang disukainya? Sukakah ia bermain di air? Apakah ia suka ke kebun binatang, taman safari atau kebun raya? Apakah ia bermain dengan binatang peliharaannya? Apakah ia suka mengoleksi kumbang, bunga, daun atau benda-benda alam lainnya?

5.4  Kebutuhan Belajar Siswa Berbakat
Merujuk kepada konsep keberbakatan yang menggunakan perspektif yang lebih inklusif dan bersifat majemuk serta karakteritik umum yang dapat diidentifikasi maka kebutuhan belajar siswa berbakat secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu:
Ø  Kebutuhan dalam mengembangankan kemampuan intelektual dan kreatifitas.
Ø  Kebutuhan dalam mengembangkan aspek sosial-emosional dan motivasi.
Oleh karena itu pembelajaran  bagi siswa berbakat seharusnya diarahkan untuk mengembangkan kedua hal tersebuat. Hal yang sering terabaikan dalam pembelajaran termasuk pembelajar siswa berbakat dalam hal pengembangan kreativitas dan sosial-emosional. Pembelajaran biasanya lebih banyak mengembangkan aspek intelektual. Hal ini dapat dimaklumi karena guru dalam melakukan pembelajaran sering terburu-buru dan kehabisan waktu untuk mengerjar terget kurikulum. Aspek kreativitas anak jarang tersentuh. Maka menjadi tidak mengherankan, jika pendidikan kita hanya menghasilkan siswa yang siap untuk ujian bukan siswa kreatif yang siap mengahadapi tantangan hidup.
Dengan adanya strategi pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berfikir maka dengan demikian dunia membutuhkan ilmuwan kreatif yang dapat menghasilkan solusi inovatif dalam memecahkan masalah. Disadari bahwa tidak semua siswa berbakat akan menjadi ilmuwan, tetapi mungkin akan menjadi pengusaha, pemimpin organisasi, pemimpin perusahaan dsb. Meskipun demikian berpikir kreatif itu sangat penting untuk semua bidang pekerjaan. Oleh karena itu sangat penting untuk menginisiasi keterampilan berpikir kreatif ke dalam pembelajaran.
Sehubungan dengan itu proses belajar bersifat aktif dalam menciptakan dan mencipta kembali pengetahuan melalui tindakan dalam lingkungan, sehingga pengetahuan menjadi milik orang yang belajar. Belajar bukan menerima pengetahuan dari guru melainkan mengkonstruksi sendiri pengetahuan oleh yang belajar.
Siswa berbakat sering merasa bosan dalam mengerjakan tugas-tugas karena mereka menganggap tidak relevan dan tidak ada sesuatu yang baru yang dapat dipelajari. Oleh karena itu tugas-tugas untuk siswa yang mempunyai kemampuan tinggi diberikan dalam bentuk project work, baik individual project work maupun group project work, yang berhubgungan dengan pelajaran tertentu atau tugas yang berdiri sendiri. Tugas-tugas dalam  bentuk projek work bersifat pemecahan masalah yang menantang. Tugas tidak diberikan dalam bentuk penyelesaian soal-soal yang bersifat tradisional.

5.5  Pengembangan Bakat
Jalur Inklusi (Siswa berkebutuhan khusus) dalam pembelajaran untuk tingkat sekolah mempertimbangakan pengembangan bakat keistimewaan kecerdasan dan bakat istimewa.
Untuk Kategori Bakat Istimewa (BI):
a.       Ruang kelas Bakat Istimewa (BI) berdiri sendiri yang khusus berisi anak-anak dengan layanan kebutuhan khusus yang proporsional fokusnya pada pengembangan seni dan olahraga (tidak dicampur dengan reguler) representatif.
b.      Berisi minimal 16 siswa dan maksimal 24 siswa.
c.       Ruang kelas hanya berisi siswa yang spesial mempunyai Bakat Istimewa (BI) dalam bidang seni (tari, musik, lukis) dan olahraga (Bola basket, Bola Volly, Futsal, Tenis Lapangan dll).
d.      Sarana olahraga lengkap (area + fasilitas milik sendiri) khusus bidang olahraga meliputi: Bola Basket, Bola Volly, Tenis Lapangan, Futsal.
e.       Sanggar seni lengkap khusus bidang tari (REYOG), Teather, seni lukis dan studio musik milik sendiri.
f.       Setiap event atau kompetisi di bidang olah raga dan seni difasilitasi oleh sekolah (biaya bimbingan dan penghargaan).
Dengan target Terbentuknya siswa-siswi yang mempunyai keunggulan berbagai seni dan kesantunan prilaku dan berprestasi dalam bidang tersebut.

5.6  Upaya Untuk Pengembangan Bakat Anak Berkebutuhan Khusus
Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang diharapkan dapat membantu anak-anak mencapai prestasi pendidikan yang baik. Namun disamping sekolah orang tua memiliki peran yang sangat berarti dalam mengembangkan bakat anak. Dipercaya bahwa adanya peran pengasuhan yang baik cenderung membuka peluang lebih besar bagi anak-anak untuk mengembangkan bakatnya sesuai dengan minat anak. Peran pola asuh keluarga yang dilandasi kasih sayang, dan disertai pemberian stimulasi (perangsangan) yang cukup dan sesuai dipercaya dapat melahirkan anak-anak yang berbakat.
Kerja sama antara sekolah dan orang tua sangat dibutuhkan. Para orang tua bagi anak-anak yang berprestasi tinggi memberikan pola asuh yang baik disertai kehangatan, selanjutnya para guru memberikan pelatihan yang baik. Hal yang bisa dilakukan orangtua dirumah adalah sebagai berikut:
Ø  Patoklah prestasi akademis yang tinggi namun realistis buat anak.
Ø  Tanamkanlah rasa optimis kepada mereka bahwa mereka bisa mencapainya.
Ø  Bicara dan bermain dengan anak, untuk meningkatkan kemampuan komunikasi.
Ø  Berceritalah mengenai berbagai peristiwa yang sedang terjadi, apa saja yang terjadi di lingkungan sekitar. Saat berbicara mengenai rutinitas harian Anda, jelaskan apa yang Anda lakukan dan mengapa. Doronglah anak untuk bertanya untuk Anda jawab, atau bisa juga bantu dia untuk menjawabnya sendiri.
Ø  Perhatikan apa yang mereka suka lakukan, seperti Menonjolkah ia dalam olahraga tertentu? Apakah ia tidak bisa duduk diam untuk waktu yang lama? Pandaikah ia menirukan gerakan badan atau wajah orang lain? Tangkaskah ia dalam kegiatan yang membutuhkan ketrampilan tangan, seperti origami (melipat kertas gaya jepang), membuat pesawat dari kerta, melukis, bermain dengan tanah liat, atau merajut? Apakah ia dapat menggunakan badannya dengan baik untuk mengekspresikan dirinya? Bantu mereka mengembangkan kesukaan itu, dan cari tahu bagaimana mereka bisa mengikuti lomba di lingkungan sekitar atau di tingkat kota.
Ø  Cari anggota keluarga yang bisa menjadi mentor membantu anak mengembangkan bakat mereka.

5.7  Hal Yang Perlu di Perhatikan Oleh Orang Tua
Orang tua hendaknya waspada akan diri mereka apakah mereka memberikan respon sungguh terhadap kebutuhan anak ataukah hanya memberikan respon kepada bakat yang dimiliki anak. Tidak sedikit orang tua yang salah dalam hal ini yaitu adakalanya orang tua menyadari anak mereka berbakat lantas secara menggebu-gebu memaksa anakya mengikuti latihan-latihan dengan program yang sangat ketat. Dorongan seperti ini lambat laun akan membuat anak menyadari bahwa orang tua mereka lebih berminat pada bakat yang mereka miliki daripada memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan diri mereka selaku anak-anaknya.
 Karenanya para orang tua serta pendidik harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1.      Dorongan, apalagi pemaksaan secara berlebihan pada anak dapat melunturkan motivasi anak untuk mengembangkan bakat mereka. Anak akan merasa tertekan, sakit hati, atau melakukan sesuatu hanya karena berharap memperoleh hadiah. Masa kecil mereka bahkan akan hilang sebagian.
2.      Pujian yang berlebihan pada anak-anak usia muda atau menjadikan anak sebagai figur publik secara terus menerus merupakan bentuk eksploitasi terhadap anak bahkan cendrung melunturkan semangat anak untuk mengeksplorasi bakat mereka lebih lanjut.
3.      Pujian yang berlebihan tanpa kendali emosi juga dapat membawa anak terbjebak ke dalam sikap lupa diri.
4.      Para orang tua yang memiliki anak-anak berbakat hendaknya jangan terlalu berharap bahwa anak-anak tersebut kelak akan menjadi kreator, inventor atau inovator. Seorang anak yang berbakat sebagai seorang dokter tidak harus menjadi penemu serum tertentu tetapi dapat menjadi pelayan kesehatan yang sangat baik bagi masyarakat.

Dengan demikian, sebaiknya yang dapat dilakukan guru dan orang tua agar anak dapat berprestasi dengan cara menyenangkan adalah sebagai berikut:
1.      Orang tua dan guru harus menyadari bahwa setiap anak merupakan pribadi yang unik dan berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan ini terjadi karena setiap anak mempunyai bakat, kemampuan, dan kebutuhan yang berbeda.
2.      Setiap anak pasti mempunyai salah satu dari sembilan kecerdasan yang diberikan Allah SWT. Bahkan, ada juga anak yang memiliki lebih dari satu kecerdasan. Kecerdasan itu adalah kecerdasan linguistik, matematika-logika, ruang-visual, musik, naturalis, interpersonal, intrapersonal, kemampuan olah tubuh, dan spiritual.
3.      Membantu anak untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Misalnya potensi fisik, iman, akhlak, ibadah, emosi, sosial, mental, dan keterampilan. Biarkan anak mengembangkannya seperti keinginannya, sedangkan orang tua mengarahkan saja.
4.      Sampaikan materi sesuai dengan kebutuhan, perkembangan, kemampuan dan bakat anak. Materi harus yang dibutuhkan anak, bukan yang diinginkan orang tua. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa perlakuan yang tepat dan materi yang sesuai tidak akan mempunyai efek yang positif jika tidak disampaikan pada situasi yang tepat. Sampaikan materi secara efektif, yakni dengan bermain, bernyanyi, atau bercerita. Sesekali tinggalkan status orang tua yang melekat pada kita, misalnya berubah menjadi badut, tukang sulap, ilmuwan, atau sahabat bagi anak kita.
5.      Yang perlu diingat, prestasi anak bukanlah prestasi untuk orang tuanya. Prestasi itu untuk diri anak itu sendiri.
Orang tua cukup mengarahkan dengan benar dan membantu anak dengan cara-cara yang disukai anak, bukan dengan hukuman atau omelan yang bisa merusak hubungan harmonis anak dengan orang tua. Keberhasilan anak tidak saja berasal dari usaha yang dilakukan anak, tetapi juga bergantung pada orang tua dan lingkungan di sekitarnya.








BAB III
KESIMPULAN

Pelajar dengan pengecualian adalah setiap orang yang kinerja fisik, mental atau perilakunya begitu berbeda dari yang biasa-lebih tinggi atau lebih rendah-sehingga pelayanan tambahan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan orang tersebut. Ketidakmampuan melakukan tugas-tugas akademis yang sesuai karena setiap alasan yang melekat dalam diri pelajar tersebut mengakibatkan pelajar itu mempunyai pengecualian. Sistem penggolongan pelajar yang mempunyai pengecualian sering berubah-ubah dan dapat diperdebatkan, dan penggunaan julukan dapat melibatkan perlakuan yang tidak tepat atau merusak konsep diri siswa.
Gagasan dibalik penggunaan IPE ialah untuk memberikan kepada setiap orang yang terkait dengan pendidikan anak yang mempunyai ketidakmampuan suatu kesempatan untuk membantu merumuskan program pengajaran anak tersebut. Berbagai jenis pelayanan tersedia bagi siswa yang mempunyai pengecualian termasuk dukungan guru pendidikan umum dan guru pendidikan khusus untuk sebagian hari itu di ruang sumber daya.
Riset telah memperlihatkan banyak penyatuan berjalan efektif untuk meningkatkan tingkat kinerja banyak siswa, khususnya ketika pembelajaran kerjasama, sisitem sahabat, pengajaran pribadi oleh teman, pengajaran komputer, modifikasi penyajian pelajaran dan pelatiahan dalam kemampuan sosial menjadi bagaian yang telah biasa dipergunakan pada pembelajaran diruang kelas. Riset telah memperlihatkan beberapa ketidakmampuan, khususnya ketidakmampuan membaca dapat dicegah melalui program pencegahan dan intervensi dini.
Setiap anak dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua harus mengenali dan memahami bakat yang dimiliki anaknya. Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah dan terarah dalam mengembangkannya.
Memahami bakat anak merupakan langkah awal dalam membantu anak meraih masa depannya. Tetapi tahukah kita batasan-batasan tentang keberbakatan itu sendiri dan apa tantangan yang dihadapai dalam mengarahkannya? Apakah anak kita benar berbakat di bidang tertentu atau tidak? Apa yang orang tua dapat lakukan untuk mengenali dan mengembangkan bakat anaknya. Dan apa yang harus diwaspadai agar usaha yang kita lakukan tidak berbuah simalakama.
Ketika bakat anak ditemukan, orang tua seyogyanya memberi peluang pada anak untuk mengembangkan bakatnya. Yakni, dengan menciptakan lingkungan yang mendorong perkembangan bakat itu. sekalipun seorang anak berbakat namun lingkungannya tak mendukung, maka ia tak akan berkembang. "Memang anak berbakat akan belajar lebih cepat dan melakukan segala sesuatu lebih baik ketimbang anak biasa, sehingga tampaknya tak perlu mendapatkan perhatian khusus. Padahal tidak demikian apakah ia berbakat atau tidak, punya hak untuk mendapatkan pendidikan yang menarik dan menantang. Tapi karena kebutuhan, minat, dan perilaku yang "lebih" dibanding anak lainnya, mau tak mau, anak berbakat harus mendapatkan pengarahan khusus. Hanya, jangan sampai perlakuan khusus itu merugikan. Baik bagi si anak itu sendiri maupun anak lain. Misalnya, orang tua sering menonjol-nonjolkan anaknya yang berbakat dibanding anaknya yang lain.


 
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku: Keperawatan Pediatrik. Ed.5; Cet.1. Jakarta: EGC.

E. Slavin, Robert. 2006. Educational Psychology: Theory and Practice. Ed.8. Boston: Pearson Education Inc.

Samosir, Marianto. 2009. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Ed.8; Bnd.2;Cet.1. Jakarta: PT Indeks.

Schwartz, M. William. 2005.Pedoman Klinis Pediatri. Cet.1. Jakarta: EGC.

Tan, Oon Seng. 2001. Educational Psychology: A Practioner-Reasercher Approach (An Asian Edition). Singapura: Seng Lee














Tidak ada komentar:

Posting Komentar